Photobucket

Saturday, January 27, 2007

Mencium Hajar Aswad (kisah 10)

Awalnya kukira, mendekati selesainya musim haji, kepadatan orang yang mengerjakan thowaf akan berangsur-angsur berkurang. Ternyata dugaanku salah. Hampir sebulan penuh kami berada di Mekah, situasi di seputar ka’bah sama saja, setiap hari selama dua puluh empat jam tetap hiruk pikuk dan padat oleh jamaah. Memang jumlah jamaah saat sholat fardhu sudah sangat jauh berkurang, hanya tinggal 10-20 % saja kepadatannya, bila dibandingkan dengan daya tampung total masjid.


Melihat kondisi ini, aku hampir memupus dendamku untuk mencium Hajar Aswad. Seperti yang pernah kuceritakan, di seputar Hajar Aswad selalu terjadi kepadatan yang luar biasa. Orang berdesak-desakan dengan hebat di ditu. Sudah sering kulihat, orang yang sudah selesai mencium Hajar Aswad, ternyata tidak bisa keluar sama sekali dari situ. Semua orang di sekitarnya mendesak ke arahnya. Dan akibatnya, satu-satunya jalan keluar adalah melalui jalur atas. Tangannya akan secara reflek menekan pundak orang-orang di sekitarnya, sehingga badannya terangkat ke atas. Desakan yang hebat dari orang di sekitarnya akan memudahkan dia muncul ke permukaan lautan manusia. Kalo sudah begini, askar yang berpegangan pada tali dan berdiri di samping Hajar Aswad akan mendorongnya ke belakang, hingga menjauh dari Hajar Aswad dan jatuh menimpa kerumunan orang yang sedang berdesakan. Tampak sadis memang, namun terpaksa harus demikian. Kejadian itu terjadi berkali-kali. Tidak ada yang terluka dan tersinggung di situ. Orang yang habis di-jungkrak-kan akan meninggalkan Hajar Aswad dengan senyum kepuasan yang tak terkira, karena jerih payahnya telah membawa hasil.


Semangatku untuk mencium Hajar Aswad kembali muncul ketika Pak Sucipto, yang berusia sekitar 60 tahun, bercerita tentang keberhasilannya mencium Hajar Aswad. Wah, hebat juga Pak Cip ini, pikirku. Masak aku yang umurnya separuhnya tidak mampu. Pak Cip menempuh jalur yang reguler, aman, gratis (soalnya ada juga petugas swasta yang menawarkan jasa bodyguard untuk mengawal ke Hajar Aswad, 100 riyal sekali antar), namun memang memerlukan sedikit kesabaran. Langkah pertama, thowaf dulu hingga enam putaran. Memasuki putaran terakhir, putaran thowaf diperkecil, sehingga saat mencapai Rukun Yamani, kita sudah sangat dekat atau bahkan bisa menyentuh dinding ka’bah. Selanjutnya kita naik di bidang miring di lantai, yang menempel pada dinding ka’bah, di antara Rukun Yamani dengan Rukun Hajar Aswad, untuk mengikuti antrian orang-orang yang akan mencium Hajar Aswad. Setelah antri sekitar 20 menit, Insya Allah kita akan tiba di depan Hajar Aswad. Tinggal kita pegang sisi kiri dan kanan bingkai Hajar Aswad, lalu kita bebas menciumnya. Begitu strategi yang dipaparkan Pak Cip.


Oke kalo begitu. Sasaran jelas, metode jelas, sekarang tinggal pelaksanaannya. Aku mengajak beberapa teman yang saat itu juga mendengarkan presentasi Pak Cip, untuk melaksanakan cita-cita yang sudah ada semenjak kedatangan kami di Mekah. Pada suatu sore, aku, Pak Hardo, dan Pak Hartono, bergegas berangkat ke Masjidil Haram, untuk melaksanakan sholat jamaah asar, yang akan dilanjutkan dengan thowaf dan mencium Hajar Aswad. Sesuai dengan rencana, kami dapat melaksanakan thowaf hingga hampir tujuh putaran. Begitu tiba di Rukun Yamani, kami sudah sangat dekat dengan dinding ka’bah. Antrian tidak begitu panjang, aku dan Pak Hardo langsung naik ke antrian. Pak Hartono tidak beserta kami, rupanya terpisah jauh saat thowaf tadi. Pak Hardo langsung membangun hubungan pembicaraan dengan orang di depan dan sampingnya. Dengan Bahasa Inggris yang lumayan lancar ia melobi, agar selama antri dan saat tiba di Hajar Aswad dapat saling membantu. Wah bagus juga strateginya.


Hampir 20 menit kami antri, hingga akhirnya Pak Hardo yang berada di depanku sampai di samping Hajar Aswad. Setelah berhasil mencium, Pak Hardo langsung bergeser ke belakang, menjauh dari Hajar Aswad. Aku dapat giliran berikutnya. Semenjak posisiku masih di samping Hajar Aswad, telah kupegang dengan kuat bingkai batu hitam itu. Setelah tepat berada di depannya, kubungkukkan badanku, dan kumasukkan kepalaku ke dalam bingkai. Ternyata batu hitam itu sembunyi cukup dalam pada bingkai aluminium, dan permukaan batunya cekung ke dalam. Begitu aku mengecup batu, rasanya alam ini menjadi begitu sunyi. Aku merasa masuk dalam dimensi yang lebih dalam lagi. Hiruk pikuk orang di belakangku tak terhiraukan lagi. Kuucapkan Bismillahi Allahu Akbar tiga kali saat itu. Aku sadar, banyak sekali orang yang masih antri untuk mendapatkan kesempatan ini. Aku segera menarik kepalaku, dan kudengar lagi hiruk pikuk orang. Agak susah aku keluar dari situ. Bahkan tulang kering di kakiku terasa tergencet di lingir-nya bidang miring landasan ka’bah. “Ya Allah, kumohon pertolongan-Mu, keluarkan aku dari kerumunan orang-orang ini dengan selamat ”, begitu pintaku. Alahmdulillah, begitu aku mendorong badanku ke belakang, orang-orang memberi jalan padaku. Dan Pak Hardo menangkapku dari belakang. Alhamdulillah … Kami tersenyum lebar, ekspresi kemenangan tergambar di wajah kami. Setelah itu kami langsung menuju belakang maqam ibrahim, untuk mengerjakan sholat sunat thowaf. Air mata kebahagian tertumpah saat sholat itu.


Saat pulang ke hotel, kuceritakan kisah sukses ini kepada istriku. Dia tampak senang sekali, berarti ada peluang bagi istriku untuk dapat mencium Hajar Aswad pula, begitu pikirnya. “ Wah, ya kita liat aja nanti situasinya, Dik. Kalo memang memungkinkan ya tak dukung “ kataku.


Selepas sholat shubuh hari berikutnya, aku dan istri melakukan thowaf sunat. Selama thowaf, aku terus mempertimbangkan kemungkinan untuk membantu istriku mencium Hajar Aswad. Antara iya dan tidak. Istriku sempat bilang,” Mas, aku nurut aja sama Mas, kalo memang nggak boleh nyium Hajar Aswad ya nggak papa “. Aku tidak mempedulikannya, otakku berproses terus. Pada putaran ke tujuh, saat mendekati Rukun Yamani, ragu-raguku hilang. “ Ayo Dik, tak antar ke Hajar Aswad. Nanti Adik nyesel, sudah jauh-jauh ke sini kok tidak menyempatkan diri nyium Hajar aswad “ kataku. Istriku langsung oke saja. Dengan doa yang sungguh-sungguh, Insya Allah cita-cita kita akan terwujud.


Istriku berdiri menempel ke dinding ka’bah, naik di bidang miring lantai, sedangkan aku di sisi kanannya, di lantai datar yang lebih rendah. Pundakku dijadikan pegangan oleh istriku. Antrian istriku bisa maju bersama-sama antrianku yang di bawah. Namun kali ini antriannya lebih lama dari kemarin, saat aku bersma Pak Hardo. Setengah jam kami antri, hingga akhirnya kami tinggal berjarak 3-4 orang dari Hajar Aswad. Tiba-tiba terjadi sedikit kemelut, antrianku berhenti dan terjadi desak-desakan hingga aku terhuyung-huyung. Sementara itu antrian istriku terus melaju. Masya Allah … tangan istriku terlepas dariku dan terus maju ke depan, hingga aku tak bisa melihatnya lagi, tertutupi oleh kerumunan orang, dan aku tak mampu mengejarnya. Akhirnya aku pasrahkan semuanya pada Allah,” Ya Allah, jagalah dan selamatkanlah istriku “. Hanya itu yang mampu kupanjatkan.



Dengan usaha yang cukup keras, akhirnya aku bisa menyusul istriku ke depan. Kuterobos rapatnya tubuh orang yang berdesak-desakan. Begitu di samping Hajar Aswad, kulihat istriku sedang bergerak mendorong badannya ke belakang, menjauhi Hajar Aswad. Alhamdulillah orang-orang di sekitarnya memberikan jalan. Aku langsung memeluk istriku, kulindungi badannya dan kudorong dia ke belakang. Saat itu aku tak sempat memikirkan rencanaku sendiri untuk mencium Hajar Aswad lagi. Yang penting istriku sudah melakukannya, dan dia harus keluar dari area itu dengan selamat.

15 comments:

Mdb said...

Buen sitio, saludos desde Argentina.

Anonymous said...

Amien.

wah,bener2 beruntung banget bisa sampe ke tanah suci mas. dan bisa cium hajar aswad juga lagi.

mudah2an bisa sampe kesana dan melakukan yg seperti mas lakukan.
Amien.

M. Fuad Hasan (Andi S) said...

Amin ...

Anonymous said...

May Allah give you barakah

Unknown said...

Semoga mendapat pahala yang setimpal atas jasa anda dalam menulis semua ini. saya juga seorang penulis buku. situs saya ada di http://www.mandailingnatal.page.tl/

bumi waras said...

Masya Allah, perjuangan yg luar biasa, trik nya bisa kami pakai nanti ke tika kami pergi ke tanah suci mekah. tks

M. Fuad Hasan (Andi S) said...

@ bumi waras, semoga perjalanan anda diberi keselamatan dan kebarokahan. Info tambahan, bidang miring yang menempel di dinding Kakbah, saat ini (info th 2008) Insya Allah sudah tidak ada lagi. Jadi antrinya lebih nyaman.

Anonymous said...

http://mengenal-islam.t35.com

Anonymous said...

lo sembah dah itu batu jadilah musyrik dolalah.katanya muslim batu disembah?!

Anonymous said...

Kita semua tahu bahwa Hajar Aswad hanyalah batu yang tidak memberikan mudorat atau manfaat, begitu juga dengan Ka’bah, ia hanyalah bangunan yang terbuat dari batu. Akan tetapi apa yang kita lakukan dalam prosesi ibadah haji tersebut adalah sekedar mengikuti ajaran dan sunnah Nabi SAW. Jadi apa yang kita lakukan bukanlah menyembah Batu, dan tidak juga menyembah Ka’bah.

Umar bin Khatab berkata “Aku tahu bahwa kau hanyalah batu, kalaulah bukan karena aku melihat kekasihku Nabi SAW menciummu dan menyentuhmu, maka aku tidak akan menyentuhmu atau menciummu”

Allah memerintahkan kita untuk Thawaf mengelilingi Ka’bah dan Dia pula yang telah memerintahkan untuk mencium Hajar Aswad. Rasulullah juga melakukan itu semua, dan tentu saja apa yang dilakukan oleh beliau pastilah berasal dari Allah, sebagaimana yang terdapat dalam firmanNya : “Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (QS. An-Najm : 53 ) “.
Pelajari ISLAM lebih dalam sebelum berkomentar dan menqkritik,yang beragukan agama Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW akan mengetahuinya pada hari akhir kelak, Ingat PENYESALAN ada dibelakang, Bertobatlah sebelum ajal datang.

Anonymous said...

Alhamdulillah...
bisa mencium batu syurga, semoga diridhoi juga bwt memasukinya mas

lion said...

hajar aswad itu dianggap muhamad sbg Awloh/jimat, dia mencintai mencium batu trsb, setiap dia lewat mohamad memberi tanda kpd batu trsbut. Seolah2 batu trsbut adalah mahluk yg hidup. Sodaraku dr situ kita dapat menilai apakh perbuatan itu sirik atau musrik.
kalian tinggal pilih????
Muhamad dgn awloh satu2nya yaitu hajar aswad. Atau !!
Yesus kristus dgn ALLAH bapanya, penguasa langit dan bumi.

lion said...

umat islam sudah ditipu mentah2 oleh setan/iblis.
Umar bin khatab adalah orang yg berakal tp apa boleh buat muhamad sendiri melakukan hal trsbut, dan itulah yg di ikuti berjuta2 umat islam skrg, mereka melakukan kesia2an sluruh hidupnya, yg umar bin khatab bilang tak memberi mudorat dan manfaat, makanya peradaban umat islam jauh tertinggal dgn umat2 lainnya didunia. Makanya mereka syrik dan memaksakan kepercayanya dgn berbagai macam cara spya umat lain terjerumus bersama mereka (umat islam).

Deary said...
This comment has been removed by the author.
Anonymous said...

Beliau Muhhamad melakukan itu karena PERINTAH dari Allah SWT bukan kemauan sndri bukankah sudah dijelaskan.?Beliau tidak menganggap Batu itu adalah TUHAN.Apakah anda ada bukti bahwa beliau mengtakan"SESUNGGUHNYA HAJAR ASWAD ADLH TUHAN????"masih mending hajar aswad itu batu jadi mystery kontroversi dunia.
sblm komen mohon dpkir dulu.
drpd menyembah semen+kayu yang jelas 2 semen ga tau deh merknya holcim kaliii,,,trs dbkin patung trs dsmbah.ga da spesial2nya