Photobucket

Wednesday, September 24, 2008

Profesor Wanita Amerika Masuk Islam



Subhanallah, Allahu Akbar ...

baca selengkapnya...

Orang-orang Jerman Bersyahadat



Subhanallah ... Allahu Akbar ...

baca selengkapnya...

Sunday, September 21, 2008

The Assassin, Mesin Pembunuh

Pada pertengahan abad ke 12, di Syria terdapat sebuah kelompok rahasia para penghisap ganja. Mereka berusaha merebut tahta kepemimpinan Islam pada masa itu dengan cara-cara kekerasan. Kelompok ini memiliki struktur organisasi rapi. Mereka membangun sistem sel bawah tanah. Membentuk agensi dan spionase dengan struktur kepemimpinan piramidal. Jaringan intelijen piramidal ini mereka gerakkan di tengah masyarakat Muslim di seluruh dunia.

Dalam kepemimpinan piramidal ini, ada satu pemimpin tertinggi. Tugasnya mengatur seluruh agen di berbagai wilayah masyarakat Muslim. Para eksekutor kelompok dalam organisasinya ini disebut Assassins.

Semula, kelompok Assassins ini disebut Nizariyah. Karena, mereka berusaha mengembalikan Pangeran Nizar al-Toyyib ke tahta kekuasaan Mesir. Nizariyah melakukan cara ini karena yakin bahwa Pangeran Nizar al-Toyyib adalah reinkarnasi Nabi Ismail as. Namun berkali Nizariyah salah patron dan gagal meraih tujuan. Akhirnya mereka berinovasi menentukan pemimpin.

Merasa mendapat jalan buntu dan jengah mengalami kegagalan akibat salah memilih pemimpin, Nizariyah mereorientasi sistem organisasi dan bertindak berbeda dengan cara-cara sebelumnya. Kali ini Nizariyah melanggar syariah Islam. Mereka menyabotase dan mengadopsi secara compang-camping akidah Syiah tentang Imam Mahdi. Dengan dalih mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya Imam Mahdi, Imam ke-12 yang diagungkan masyarakat Syiah, kelompok Nizariyah melancarkan serangan bawah tanah kepada orang-orang yang dianggap musuhnya.

Perbuatan Nizariyah ini jelas bertentangan dengan syariah Islam yang disampaikan Nabi Muhammad SAW dan keyakinan masyarakat Syiah. Kepemimpinan Nabi pamungkas ini (menurut keyakinan Syiah, amanah) dilanjutkan oleh 12 Imam. Imam terakhir adalah Imam Mahdi yang dijanjikan Allah SWT sebagai penegak keadilan akhir zaman.

Sehebat apapun atraksi mereka, meski mengklaim gerakannya demi mempersiapkan kehadiran Imam Mahdi, sangat jelas mereka melanggar Syariat Islam Syiah. Misalnya, kelompok Nizariyah membolehkan setiap pemimpin mereka memiliki hak istimewa; meminum anggur hingga mabuk, menghisap ganja hingga teler. Lebih fatal lagi, pemimpin mereka dihalalkan membunuh umat Islam lainnya dengan dalih jihad. Penyimpangan total terhadap Syariat Islam yang mereka lakukan menjadi alasan para ulama Syiah mendakwa mereka sebagai orang-orang murtad dan sesat.

Setelah dinyatakan bersalah dan sesat, kelompok Nizariyah meninggalkan Mesir dan pindah ke Syria. Kemudian, di sana kaum Nizariyah dikenal sebagai kelompok Hashshasin. Bahasa Inggris mengkonversi kata ini menjadi Assassins, artinya para pembunuh. Namun penegasan ini masih mengandung kontroversi. Hashshasin yang diartikan “penghisap ganja”, menurut beberapa pakar Bahasa Arab berasal dari kata yang artinya “penjaga rahasia-rahasia”.

Selanjutnya, dalam kendali kepemimpinan Hasan Bin Sabah, kelompok Assassins banyak melakukan serangan gerilya secara keji. Mereka menyerang kota Baghdad dari markas besar Lembah Alamut, di sebelah utara Persia. Mereka berusaha menggulingkan penguasa pada masa itu.

Dalam The History of The Assassins, Amin Maluf menjelaskan bahwa Hasan Bin Sabah adalah master budaya dan penyair yang menguasai sains modern. Hasan Bin Sabah berusaha keras membangun organisasi Assassins. Dia adopsi teknik-teknik Darul Hikmat di Kairo, Mesir. Dia berambisi memajukan organisasi yang dipimpinnya itu. Terbukti, setelah dua abad lebih, kelompok Assassins lihai membunuh musuh-musuhnya dengan racun dan senjata. Kelompok ini juga mahir melakukan serangan-serangan bawah tanah yang pernah menjadi momok di kawasan Timur Tengah.

Benteng Assassins Lembah Alamut menjadi salah satu legenda Persia yang terkenal dengan sebutan “ surga dunia”. Marco Polo terkesan akan kemegahan dan kemewahan Benteng Alamut. Usai perjalanannya melintasi benteng itu pada tahun 1271 M, dia menulis :

Di lembah elok itu, di antara dua gunung tinggi menjulang, dia (Hasan Bin Sabah) membangun taman-taman mewah. Di dalamnya tumbuh semua pohon berbuah ranum dan segala tumbuhan harum yang bisa dipetik. Istana-istana dengan ragam luas dan bentuk dibangun di setiap hamparan taman yang berbeda-beda. Istana-istana itu dihias batu emas. Di dinding-dindingnya bergelantungan lukisan-lukisan. Di jendela-jendelanya bermacam kelambu sutra mewah terpajang.

Di ruang-ruang istana, suguhan anggur, susu, madu, dan air bersih tersaji di tiap sudutnya. Penghuninya gadis-gadis cantik molek. Mereka semua pandai bernyanyi, memainkan berbagai alat musik, dan menari. Mereka semua manja serta memikat dengan sejuk.


Sebuah kastil kokoh, seolah mustahil dihancurkan menancap di gerbang. Dia ingin tak seorangpun masuk ke “surga dunia” itu tanpa izinnya. Itulah pintu masuk menuju lembah elok itu.

Hasan Bin Sabah merekrut para pemuda di wilayahnya sebagai pengikutnya dengan cara membius mereka dan mengangkutnya ke lembah itu. Setelah sadar, ternyata mereka berada di “surga dunia” itu. Pemandangan surga dunia dipamerkan kepada mereka. Segala kenikmatan bius mereka rasakan berbarengan dengan doktrin-doktrin sebelum akhirnya dilepas kembali ke tengah masyarakat.

Setelah para pemuda itu diculik oleh Hasan Bin Sabah untuk dijadikan murid, ketika itu mereka dicuci otak dengan berbagai merek dan tipe tipu daya. Akal sehat mereka menjadi hilang. Bagi mereka, sosok Hasan Bin Sabah adalah segalanya. Moto mereka kemudian : Tak ada larangan ! Semua halal !

Para pemuda “berotak baru” itu telah terbiasa dengan kenikmatan di lembah “surga dunia”. Akhirnya mereka merasakan dunia luar tak bernilai apa-apa. Mereka mabuk doktrin Hasan Bin Sabah. Setelah terbiasa dengan kemewahan, ketika mereka dikembalikan di lingkungan semula yang sarat dengan kerja keras dan hambatan-hambatan, timbul rasa ingin kembali ke taman surgawi Hasan Bin Sabah. Untuk mendapatkan lagi kenikmatan “surga dunia” itu, mereka halalkan segala cara dan rela meski nyawa sebagai taruhan.

Art of Imposture (seni menipu). Begitu Abdul Rahman menulis. Dia catat muslihat Hasan Bin Sabah ketika memerintah seorang murid terdekatnya yang memiliki loyalitas tinggi ditanam hingga leher. Kemudian murid yang hanya kelihatan kepalanya di atas tanah itu dilumuri darah segar. Tampaklah kepala itu tanpa tubuh. Sebelumnya murid terdekat itu dikabarkan terpenggal kepalanya di medan perang. Setelah murid loyal itu benar-benar tampak seolah mati, Hasan Bin Sabah mengumpulkan murid-murid barunya untuk menyaksikan kepala berlumur darah tanpa tubuh itu. Di depan murid-murid baru itu, murid loyal yang hanya tampak kepalanya di atas tanah itu mengabarkan kenikmatan surga.

Murid-murid barupun mendengar syair-syair palsu tentang surga yang terujar dari kepala berlumur darah itu. Indah dan menggiurkan. Mereka menyangka, seniornya itu telah masuk surga. Setelah Hasan Bin Sabah benar-benar yakin bahwa murid-muridnya telah terbius oleh tipu dayanya, dia memerintah mereka kembali ke “surga dunia”. Kemudian, murid yang ditanam hingga leher itu benar-benar dipenggal. Untuk menyempurnakan tipu muslihatnya, Hasan Bin Sabah memajang kepala itu di tiang ritual hingga selalu bisa disaksikan seluruh penduduk lembah “surga dunia”. Murid-muridpun terbius surga palsu.

Arkun Daraul dalam karyanya A History of Secret Societies, membagi kelompok rahasia pengikut Assassins menjadi tiga lapis. Pertama, para misionaris (Dayes), kedua para sahabat (Rafiq), ketiga adalah murid-murid yang teruji kesetiaannya, pecintanya (Muhibbin). Golongan terakhir adalah para eksekutor terlatih. Para muhibbin mencirikan diri dengan topi putih dan sepatu boot merah. Ketiga lapis kelompok Assassins, selain mahir menghunjam belati di dada korbannya, mereka juga menguasai bermacam bahasa. Ada kalanya mereka berdandan dan berperilaku seolah pendeta. Mereka juga berbaur dengan masyarakat dengan menjadi pedagang dan serdadu. Intinya, mereka siap menyamar apa saja sebagai kedok demi menjalankan misi dan meraih tujuan.

Kata sandi anggota Assassins adalah “dari surga”. Setiap ada “surat perintah jalan” untuk misi, eksekutor Assassins akan mendapat pertanyaan, “Dari mana asalmu ?” sang eksekutor pun menjawab,”Dari surga”. Setelah dipastikan, instruksi dimandatkan,” Bunuhlah fulan/fulanah. Setelah berhasil, kau akan kembali menghuni surga. Jemputlah kematian ! Karena para malaikat tak sabar mengangkatmu ke surga.”

Pengaruh Assassins menyebar ke seantero jagad hingga pertengahan abad 13. Setelah Hasan Bin Sabah terbunuh di tangan anaknya sendiri, Muhammad, kelompok Assassins mengalami kemunduran. Kemudian Muhammad juga dibunuh anaknya sendiri. Tahun 1256, markas besar Assassins, Benteng Alamut, jatuh ke tangan penjajah Mongol yang menandai akhir riwayat Assassins.

Pada awal abad 16, pemerintahan Ottoman yang berkuasa, menghancurkan pertahanan terakhir Assassins yang tak terkalahkan pada masanya. Perubahan besar ini menjadikan dinasti pemimpin Nizariyah Ismailiyah memodernisasi organisasinya. Agha Khan adalah tokoh utamanya. Kemudian mereka menghilangkan citra Assassins atau ‘pembunuh’. Organisasi yang berubah total ini mensyaratkan toleransi kepada sesama umat manusia sebagai lanskap kegiatannya dan melaksanakan perintah Al-Quran. []

Disalin dari Buku Secret Societies - 21 Organisasi Perusak Dunia, Michael Bradley, Rajut Publishing House, Jakarta, Juli 2008. Judul asli : The Secret Societies Handbook, diterbitkan oleh Octopus Publishing, London, 2005.

Kunjungi distributor buku : Lutfi Agency

baca selengkapnya...

Thursday, September 18, 2008

Kesabaran Seorang Pemuda Nasrani

Ini adalah salah satu kisah yang diceritakan Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat beliau. Saya salin dari kitab Riyadus Shalihin Bab 3, tentang Sabar :

Dari Shuhaib r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada seorang raja pada umat sebelum kamu, dia memiliki satu orang tukang sihir. Ketika dia sudah tua, dia berkata kepada raja: "Sesungguhnya saya telah lanjut usia, maka utuslah kepada saya seorang pemuda agar saya mengajarinya ilmu sihir." Maka raja mengutus seorang pemuda kepadanya untuk diajari sihir. Dan dalam perjalanan pemuda itu menjumpai seorang rahib (pendeta Nasrani), maka dia duduk kepada rahib dan mendengarkan ucapannya, ternyata dia terkesan. Maka apabila ia akan menemui tukang sihir, ia menemui rahib dan duduk kepadanya. Dan apabila mendatangi tukang sihir ia dipukulnya (karena mesti terlambat, pent.) Maka hal itu dia adukan kepada rahib. Rahib akhirnya berkata: "Kalau kamu takut tukang sihir maka katakanlah “Saya tertahan oleh keluarga saya”, dan apabila kamu takut pada keluargamu, maka katakan “Saya tertahan oleh tukang sihir."

Tatkala dia seperti itu tiba-tiba dia memergoki seekor binatang besar yang telah merintangi orang-orang. Maka dia berkata,” Hari ini saya akan mengetahui tukang sihir yang lebih afdhal ataukah rahib yang lebih afdhal?.” Maka dia mengambil sebuah batu kemudian dia berdoa,” Ya Allah, jikalau perkara sang rahib yang lebih engkau cintai daripada perkara tukang sihir, maka bunuhlah hewan ini sehingga orang-orang bisa berlalu.” Kemudian ia melemparkan batu itu, dia berhasil membunuhnya dan orang-orangpun bisa meneruskan perjalanan. Kemudian dia mendatangi rahib dan menceritakan (kejadian itu) kepadanya. Maka rahib berkata,” Hai putraku, engkau sekarang lebih utama daripada aku, perkaramu telah sampai pada apa yang aku lihat. Dan sesungguhnya engkau bakal diuji. Jika engkau benar-benar diuji maka janganlah engkau menunjukkan kepada aku.”

Dan adalah pemuda tadi bisa menyembuhkan buta bawaan, sopak, dan mengobati orang-orang dari semua penyakit (dengan izin Allah, pent.). Maka seorang buta yang dekat dengan raja mendengar hal itu. Akhirnya dia mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah yang melimpah, dia berkata,” Semua yang ada di sini adalah untukmu jika kamu bisa menyembuhkan aku.” Maka pemuda itu berkata, ”Sesungguhnya saya tidak bisa menyembuhkan seorangpun, sesungguhnyalah yang menyembuhkan itu adalah Allah Ta’ala. Jika anda beriman kepada Allah Ta’ala saya akan memohon kepada Allah, maka Dia pasti menyembuhkanmu.” Lalu orang itu beriman kepada Allah dan Allah Ta’ala membuatnya sembuh. Dia kemudian mendatangi raja dan duduk kepadanya sebagaimana selama ini duduk menemani raja. Maka raja bertanya kepadanya,” Siapa yang telah mengembalikan penglihatanmu ini ?”, dia menjawab,” Tuhanku dan Tuhan Anda adalah Allah.” Maka raja menghukumnya dan terus menyiksanya. Sampai akhirnya dia menunjukkan kepada pemuda itu. Pemuda itupun didatangkan, dan raja berkata kepadanya,” Hai putraku, sihirmu telah sampai pada tingkat menyembuhkan penyakit buta bawaan, sopak, dan engkau telah berbuat dan berbuat !” Maka dia menjawab,” Sesungguhnya saya tidak bisa menyembuhkan siapapun, sesungguhnya yang menyembuhkan itu adalah AllahTa’ala.” Maka raja menghukumnya dan terus menyiksanya hingga dia menunjukkan pada rahib. Rahib pun dihadirkan dan dikatakan kepadanya,” Tinggalkan agamamu !” Dia menolak, maka raja memerintah menghadirkan gergaji. Lalu gergaji itu diletakkan di tengah kepalanya, maka ia membelahnya hingga robohlah kedua belahan itu. Kemudian teman dekat raja dihadirkan dan dikatakan kepadanya,” Tinggalkan agamamu itu !” Diapun menolak, maka gergaji pun diletakkan di tengah-tengah kepalanya, dia membelahnya hingga ia robohlah kedua belahannya itu. Kemudian pemuda itu dihadirkan dan dikatakan kepadanya,” Tinggalkanlah agamamu !” Dia menolak, maka raja menyodorkannya kepada sekelompok sahabatnya. Dia berkata,” Pergilah, bawa ia ke gunung ini dan itu, dan jika kamu telah sampai pada puncaknya, maka jika dia meninggalkan agamanya (bebaskan dia) tetapi jika tidak maka lemparkanlah dia.”

Mereka membawanya pergi dan membawanya ke puncak gunung. Maka pemuda itu berdoa,” Ya Allah, cukupkanlah saya terhadap mereka dengan sesuatu yang engkau kehendaki.” Maka gunung pun bergetar menggoncang mereka dan mereka berjatuhan. Dia berjalan menuju raja. Maka raja bertanya kepadanya ,” Apa yang telah dilakukan sahabat-sahabatmu ?” Dia menjawab ,” Allah Ta’ala telah mencukupi aku terhadap mereka.” Maka raja menyerahkan kepada sekelompok sahabatnya dan bertitah,” Bawalah dia dan naikkan dia di atas sebuah perahu hingga ke tengah laut. Jika dia meninggalkan agamanya (lepaskan), jika tidak maka ceburkan dia.” Maka mereka membawanya. Dia berdoa,” Ya Allah cukupkanlah saya terhadap mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki,.” Maka tiba-tiba kapalpun terbalik dan mereka mati tenggelam. Dia berjalan mendatangi raja. Raja bertanya kepadanya,” Apa yang telah dilakukan oleh sahabat-sahabtmu ?” Dia menjawab,” Allah Ta’ala telah mencukupi aku terhadap mereka.” Lalu dia berkata kepada raja,” Sesungguhnya Anda tidak bisa membunuh saya hingga Anda mau mengerjakan apa yang saya perintahkan kepada Anda.” Dia bertanya,” Apa itu ?.” Dia menjelaskan,” Anda kumpulkan orang-orang dalam satu tanah lapang dan Anda salib saya di atas pohon korma, kemudian ambillah satu anak panah dari tempat penyimpanan (kantong) anak panah saya, kemudian letakkan anak panah tepat pada tengah-tengah busur kemudian ucapkanlah,” Dengan menyebut nama Allah, Tuhannya pemuda ini”, kemudian panahlah saya, maka sesungguhnya jika Anda melakukan hal tersebut maka Anda pasti bisa membunuh saya.”

Dia lalu mengumpulkan orang-orang dalam satu tanah lapang dan menyalibnya di atas batang pohon korma. Kemudian dia mengambil satu anak panah dari kantongnya, kemudian meletakkan anak panah di tengah-tengah busur panah. Kemudian mengucapkan,” Dengan menyebut nama Allah, Tuhannya pemuda ini.” Kemudian dia membidikkan anak panah itu kepadanya. Maka anak panah itu tepat mengenai pelipisnya. Dia meletakkan tangannya pada pelipisnya kemudian meninggal. Maka orang-orang mengucapkan,” Kami beriman dengan Tuhannya pemuda ini.” Raja kemudian dihadirkan dan diberitahu,” Apakah Anda melihat apa yang dulu Anda khawatirkan ?, orang-orang telah beriman.” Maka dia memerintah menggali parit di mulut-mulut jalan yang ada di antara rumah-rumah. Maka paritpun digali dan api dikobarkan di dalamnya. Raja lalu berkata,” Siapa yang tidak kembali dari agamanya, maka lemparkan ia ke dalamnya.” Atau diperintahkan kepadanya,” Masuklah !” Mereka lalu melakukan hingga datang seorang wanita, bersamanya adalah seorang pemuda kecil miliknya. Wanita itu enggan untuk menceburkan diri di dalam api maka anak kecil itu berkata kepadanya,” Ibu bersabarlah, sesungguhnya engkau berada di atas yang benar.” (HR. Muslim)

baca selengkapnya...

Tuesday, September 9, 2008

Pengecut yang Perlu Kita Maklumi

Beberapa hari terakhir ini, blog saya kedatangan tamu yang sangat "istimewa". Melalui shoutbox dan komentar di blog amanah, dia mencoba berpromo kepada pembaca yang lain untuk masuk ke situsnya yang sangat provokatif. Saya katakan provokatif karena situs tersebut menjelek-jelekkan Islam dengan sangat keji. Dan lagi, dia tidak bisa adil dalam menyatakan pendapat di blognya, karena : 1. Identitas pribadinya disembunyikan, 2. Komentar atau tanggapan pembaca juga di-moderasi (yang nggak dia sukai, akan di-delete)

Kepada para pembaca, khususnya yang Muslim, saya sarankan untuk tidak membaca situs-situs seperti itu. Saya sudah sering membaca situs dan berdebat dengan orang semacam itu. Hanya rasa dongkol yang didapat, dan buang-buang energi saja. Saya ibaratkan, saat ini perjalanan kita sudah sampai pada suatu taman yang indah, sejuk, dan nikmat. Taman dimana semua orang menginginkan untuk berada di situ. Lalu tiba-tiba ada orang aneh yang yang berteriak-teriak kepanasan. Maka, sebaiknya kita abaikan saja celotehan orang majnun tadi. Kita doakan saja, semoga makhluk Allah yang tidak jelas asal-usul dan identitasnya ini segera diberi hidayah. Telah kita ketahui, bahwa beberapa orang yang awalnya membabi-buta memusuhi Islam, pada akhirnya justru akan menjadi pembela Islam yang tangguh. Dan yang meluluhkan hatinya biasanya bukanlah perdebatan dan perang logika yang meledak-ledak, namun hidayah Tuhan yang sederhana namun menghanyutkan. Kita tunggu saja kesaksiannya pada masa yang akan datang, Insya Allah ...

Terhadap keadaan kita sendiri, masih banyak yang harus kita pelajari lebih dalam lagi sebagai Muslim. Sudahkah Anda membaca Al-Quran, Tafsir Ibnu Katsir, Riyadush Sholihin, Bulughul Maram, Fathul Majid, Syamail Muhammad, Shahih Bukhari-Muslim, dll, yang merupakan kitab dasar yang seharusnya "wajib" kita pelajari ? (Saya sendiri baru mau sih) Maka, lupakan celotehan si majnun ini, dan mari segera cari dan baca kitab-kitab di atas. Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa memikirkan dan mempersiapkan kehidupan akhirat. Amin

Sehubungan dengan almajnun di atas, saya pernah melihat kejadian lucu seperti ini. Saat itu saya sedang berada di suatu warung makan Padang. Saya lihat di meja sebelah saya ada sepasang muda-mudi yang juga sedang makan. Tiba-tiba, ada seorang laki-laki pejalan kaki di depan warung, yang tiba-tiba berhenti berjalan, lalu memelototi sepasang muda-mudi di meja sebelah saya, dengan pandangan mata yang menantang dan tubuh yang dicondongkan ke arah ruang dalam warung. Tentu saja sang pemuda yang dipelototi langsung emosi dan berdiri, hendak menghabisi orang aneh tadi. Apalagi dia sedang bersama teman wanitanya. Namun, beberapa detik kemudian akhirnya pemuda tadi sadar, bahwa orang aneh tadi ternyata orang gila, yang gilanya barusan saja (terlihat dari pakaiannya yang masih rapi dan kulitnya yang masih bersih). Ini diperkuat lagi oleh sang pemilik warung, yang mengatakan bahwa dia sudah beberapa kali melihat kejadian seperti itu di warungnya. Kontan saja si pemuda dan pemudi yang sempat emosi tadi langsung cengar-cengir dan duduk kembali melanjutkan makannya. Mungkin pikirnya, "Untung saya tidak ikut-ikutan gila dengan menanggapi orang gila tadi". Sedangkan the new orgill tadi lama-lama ngeloyor pergi setelah tidak mendapat tanggapan dari audiens. Kesimpulannya, jangan terpancing dan emosi dulu ketika mendapat provokasi dari orang lain. Lihat-lihat dulu siapa orangnya.

O ya, masih ada kaitannya dengan almajnun di atas, ada ulama yang pernah mengatakan (kurang lebih) : "Kalau ada orang buta yang mengatakan bahwa matahari itu berwarna hijau, mengapa kita harus mempermasalahkannya ?" Ya kita maklumi saja ...

baca selengkapnya...

Sunday, September 7, 2008

Terpikat Suara Azan, Tatiana Pilih Islam

Hidayatullah.com--“Sejuta kata-kata tak cukup untuk mengekspresikan bagaimana kecintaan saya kepada Allah. Inilah yang saya rasakan saat ini. Islam ibarat darah yang mengalir di sekujur tubuh hingga ke ujung jari saya. Ketika bercakap-cakap dengan Allah di dalam shalat, sangat indah,” kata Tatiana.

“Saya berterima kasih kepada Allah SWT atas hadiah yang sangat berharga ini, yakni menjadikan saya sebagai seorang Muslim. Sepanjang hidup kini hanya untuk memuji dan mensyukuri nikmat-Nya,” kata dia lagi.

Suka traveling

Sebelum seperti sekarang, perjalanan Tatiana menuju Islam cukup sederhana dan tidak melewati jalan yang rumit. Kadang dia mengaku sering tersenyum sendiri jika ingat perkenalan pertamanya dengan Islam. “Traveling adalah kesukaan saya. Kami sering bepergian sekeluarga dengan berkunjung ke berbagai negara. Negara-negara Muslim telah banyak pula jadi tempat liburan kami,“ akunya.

“Mesir merupakan negara terakhir yang pernah kami kunjungi. Budaya dan segala rupa keunikan masyarakatnya sangat berkesan di hati,“ kenangnya. Di sana pula pertama kali Tatiana bersentuhan secara dekat dengan mesjid. Namun waktu ke sana dia belum sempat masuk ke dalamnya. “Waktu itu saya mengira, karena bukan Muslim, dilarang masuk ke dalam mesjid,“ katanya.

“Tapi jujur saya katakan, ketika mendengar suara azan, saya merasakan getaran-getaran aneh dalam hati,“ aku dia. Ketika itu Tatiana seakan terhipnotis dan tak mendengar suara lain kecuali suara yang berkumandang melalui menara mesjid. Dia benar-benar terpikat dengan suara azan. “Yang lebih berkesan lagi adalah tatkala melihat orang-orang yang berkumpul di dalam mesjid, penuh dengan kesan kesatuan dan kasih sayang dikala mendirikan shalat. Hal itu hingga kini masih sangat berbekas dalam ingatan saya,“ katanya lagi.

Tertarik bahasa Arab

“Oya saat itu saya tidak banyak tahu tentang Islam. Sama sekali nol. Berbanding terbalik dengan apa yang telah saya ketahui hari ini,“ kata dia. Tatiana masih ingat, waktu ketika kembali dari Kairo, dia sangat tertarik sekali belajar bahasa Arab. “Secara tiba-tiba bahasa Arab menjadi salah satu bahasa yang paling indah di dunia,“ tukasnya. Sayangnya di kota tempat Tatiana tinggal tidak ada kursus yang menyelenggarakan bahasa Arab. Kala itu cuma ada bahasa Inggris dan Jerman.

Pernah pihak sekolah berencana membuka kelas bahasa Arab. Tapi dibatalkan. “Waktu itu mau masuk puasa Ramadhan. Rupanya sang guru yang berasal dari Arab, mau pulang liburan ke kampung halamannya. Makanya dibatalkan. Tentu saja saya kecewa berat,“ sambung Tatiana.

Beberapa lama dia vakum dari mempelajari bahasa Arab. Namun dia mengaku memang sangat “haus” untuk mempelajari Islam dan bahasa Arab secara lebih mendalam. “Tak lama saya mulai belajar Islam lagi, secara perlahan. Mulai dari awal sekali. Belajar melalui internet. Berbagai website tentang Islam saya telusuri. Begitu juga semua chanel di TV yang menyajikan acara tentang Islam dan Muslim tak pernah saya lewati,” tuturnya. Dia juga ikut sebuah forum khusus untuk wanita via internet. Ya melalui internet Tatiana banyak belajar Islam.

Ikut kelas Al-Quran

Ada juga beberapa warga Muslim Slowakia yang membantunya dalam memahami Islam. Pernah satu ketika seorang Muslimah asal Kosice memberitahukan akan ada kelas bahasa Arab dan Alquran. Kosice merupakan sebuah region di Slowakia yang memiliki luas wilayah 6.753 km² dan populasi penduduk 766.012 jiwa. “Muslimah itu cukup saya kenal wajahnya sebab sering tampil di acara talk show menceritakan tentang Islam dan Muslim,” kenangnya.

“Saya tentu saja tak menyia-nyiakan kesempatan itu dan segera mengirim email kepadanya memberitahukan keikutsertaan saya. Kami ketemu sepekan kemudian. Bukan main. Orangnya sangat ramah dan santun sekali. Wajahnya memancarkan kedamaian,” aku Tatiana lagi.

Satu sifat Tatiana, yakni dia selalu berprasangka baik terhadap orang lain. Jadi tak sulit baginya untuk belajar sesuatu yang baru. Tak ada rasa takut tentang die\sebut teroris, misalnya. “Saya belajar dari siapa saja. Saya hadir bersama rekan Muslimah tersebut ke kelas bahasa Arab. Tak berapa lama saya punya banyak kenalan baru. Saya hadir secara rutin dan sangat menikmati kelas Alquran,” katanya. Ketika itu dia belum masuk Islam lagi, namun tak menghalanginya untuk belajar Quran. Semua yang ada di kelas sangat respek dan membantu setiap kesulitan yang dihadapinya.

Selepas beberapa bulan kemudian kelas bahasa Arab berakhir. Tapi keakraban di antara mereka telah terjalin begitu kental. “Kami sering bertemu. Bahkan sering kami diskusi berjam-jam lamanya. Bagi saya hal itu sangat membantu untuk mengenal kehidupan Islam lebih dalam,” imbuh dia.

Waktu itu Tatiana masih ragu-ragu, antara masuk Islam dan tidak. “Saya masih menghadapi dilema soal itu. Tapi batin saya mengatakan itu bukan hal krusial. Yang paling penting sekarang adalah belajar mengenal dan mencintai Tuhan (Allah).

Saya bertanya kepada kawan-kawan Muslimah lainnya, kapan waktu yang tepat (untuk masuk Islam). Mereka secara diplomatis menjawab bahwa tanda itu nanti akan datang dengan sendirinya. Mereka menyebutnya dengan hidayah Allah.”

Keluarga Tatiana berlatar belakang Kristen Katolik. Namun dia mengaku tak ada seorang pun yang membimbingnya belajar agama. Praktis sejak kecil dia tak menganut agama apapun. “Ibu memberikan kebebasan bagi saya untuk memilih keyakinan. Dia tak memaksa. Semua terserah saya. Keluarga saya bahkan tak pernah pergi ke gereja,” katanya berterus terang Namun Tatiana mengaku, di antara anggota keluarga yang lain dialah yang lebih “alim”. “Saya merasa Tuhan itu ada dan dekat sekali.”

Waktu berlalu dan semuanya berjalan biasa saja, tak ada kejutan yang berarti. Saban hari Tatiana berdoa supaya Tuhan beri petunjuk kepadanya untuk jadi seorang Muslim.

Debar aneh

Pas musim panas Tatiana menghabiskan waktu liburannya di rumah nenek. Selepas liburan dan kembali ke rumah dia merasakan sesuatu yang lain dalam hati. Sesuatu yang amat “spesial“ itu hadir secara tiba-tiba. Spontan Tatiana teringat dengan kata-kata teman Muslimahnya:”Satu saat kamu akan dapatkan petunjuk dari-Nya.“

“Entah mengapa saya persis seorang anak kecil yang baru mendapatkan sesuatu. Mendadak saya merasakan gairah yang hebat untuk segera menjadi seorang Muslim. Tuhan serasa membimbing saya,” aku dia. Tatiana benar-benar ingin segera dekat dengan Yang Kuasa.

Dia percaya kebenaran telah datang. Allah telah kirimkan kepadanya. Tekad Tatiana sudah bulat. Dia tidak ragu-ragu lagi untuk memeluk Islam. “Saya yakin pilihan saya benar adanya. Jika Anda tanya kenapa, saya tak mampu menjawabnya. Tapi saya yakin dengan sinyal ini,” tukas Tatiana.

Bersyahadah

Tatiana memberitahukan rekan Muslimah yang pertama kali membimbingnya. “Tak berapa lama saya pun bersyahadah. Rekan-rekan memeluk saya dengan penuh kasih sayang. Saya merasa seperti “orang baru” di dunia ini. Seperti dilahirkan kembali. Menurut Alquran semua dosa-dosa masa lalu dihapuskan. Bak kain putih, tak ada noda lagi. Saya sudah siap untuk menjalani kehidupan baru ini,” kenangnya.

Pada awal keislaman, dia semakin banyak bertanya terutama hal-hal yang prinsipil dalam Islam. “Saya ingin tahu apa saja, dari nol. Jujur saja, keinginan untuk belajar sangat menggelegak ketika itu. Islam benar-benar telah “membangunkan” kehidupan baru bagi saya. Saya inginnya mendapat semua informasi, dari hukum-hukum hingga sejarah Islam dan bermaksud meneruskannya ke koleganya yang lain,” kata dia penuh obsesi.

“Contekan” shalat

“Oya usaha pertama saya untuk shalat sangat amatiran sekali. Tapi semuanya benar-benar keluar dari hati, bukan paksaan,” kenang dia. Ketika baru pertamakali belajar, dia menulis semua tatacara shalat di secarik kertas. Begitu juga dengan ayat Alquran, ditulisnya di secarik kertas. Jadi dia membaca “contekan“ di kertas tersebut sembari shalat. Bukan main. “Tahu tidak, sekitar tiga minggu kemudian saya sudah bisa mengerjakan shalat tanpa bantuan kertas itu lagi,” ujarnya senang.

“Saya selalu berdoa kepada Allah agar dimudahkan dalam belajar Islam,” tukasnya. “Islam agama yang sangat indah, “ kata dia lagi.

Di akhir penuturannya, dia berharap dapat terus dekat dengan Allah dan melakukan segala hal semata-mata karena perintah-Nya. “Menghindari larangannya, lalu memperlihatkan dan memberi contoh budi pekerti yang baik kepada orang lain. Hanya dengan cara itu kita bisa tunjukkan Islam yang sebenarnya,” tutupnya. [Zulkarnain Jalil/www.hidayatullah.com]

baca selengkapnya...

Gratis Rekaman Video Umroh dan Haji untuk Anda

Saya baru tahu, kalo ada blog yang merekam dan mendokumentasikan aktivitas Sholat jamaah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Alamat situsnya di www.haramainrecordings.com. Rekaman dilakukan terhadap setiap siaran langsung sholat lima waktu yang disiarkan oleh TV Saudi Arabia. Bagi Anda yang barusan Umroh atau Haji mulai tahun 2007, dapat men-download rekaman Sholat-nya di Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi. Wah, keren ya...

Ternyata kamera-kamera yang nongkrong di tiang-tiang Masjid Haramain tersebut tidak hanya berfungsi untuk kepentingan security saja. Memang, saat kita ikut berjamaah di sana, kalo kita perhatikan, kadang-kadang kamera itu bergerak-gerak sendiri. Rupanya orang-orang TV Saudi yang mengoperasikannya.

Rekaman yang ditampilkan di situs tersebut hanya yang di"jahar"kan saja bacaannya oleh imam, yaitu Sholat Fajr/Shubuh, Maghrib, Isya, Jumat, dan Tarawih. Di situ ada juga beberapa info seputar Masjid Haramain. Silakan mengunjungi ...

baca selengkapnya...