Photobucket

Wednesday, October 12, 2011

Lamaran Bahasa Jawa

Secara mengejutkan, saya diminta untuk mewakili Om saya dalam acara acara lamaran calon mempelai wanita untuk putranya. Wah, sudah setua itukah diriku ? Usut punya usut, ternyata alasannya adalah karena saya seorang native speaker Bahasa Jawa.

Karena ini debut pertama, dengan serius saya menggubah susunan kata-kata lamaran, yang kemudian saya konsultasikan via telepon ke Bapak saya. Beliau sudah sering berpidato dalam Bahasa Jawa. Dan katanya sih, naskah lamaran saya nilainya...sembilan.. :D

Berikut ini adalah lamaran saya, dengan Bahasa Jawa sederhana.

Assalamu ‘alaykum wr.wb.
Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Allahuma shalli ‘ala Muhammad, wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.

Puji syukur, kita konjukaken wonten ngarsanipun Allah Swt, ingkang sampun paring rahmat lan kanikmatan dhumateng umatipun, saengga dugi titi wanci menika, kita sedaya tansah manggih ing karaharjan, widada astuti, nir ing sambekala.

Shalawat sarta salam, mugi tansah tinetepna kagem junjungan kita Rasulullah Muhammad Saw, sumrambahipun dhumateng kulawarga Nabi, para sohabat, lan jamaah muslimin lan muslimat sedaya.

Wonten ngarsanipun para pinisepuh lan sesepuh kulawarga Bapak --- ingkang satuhu kinabekten, lan para tamu undangan ingkang dhahat kinurmatan, keparenga kula kumowantun matur wonten ngarsa panjenengan sedaya, minangka sulih aturipun Bapak --- sakulawarga, ingkang pidalem wonten ing Desa ---, Kec ---, Kab ---.

Ingkang sepisan, Bapak --- sakulawarga ngaturaken salam taklim kanthi atur “Assalamu ‘alaykum wr.wb”, katur keluarga besar Bapak ---, sinartan atur panuwun ingkang tanpa upami, dene sowan kula sakrombongan sampun katampi kanthi sae lan kanthi renaning penggalih.

Kaping kalihipun, netepi jejegipun tiang sepuh, Bapak --- kaliyan Ibu --- ingkang peputra Dhimas ---, dipun sambati dening putranipun, dene anggenipun srawung kekancan kalian Nimas --- putra putrinipun Bp --, tambah raket, nuwuhaken raos tresna ingkang tan kena pinisah. Golonging tekad, Dhimas --- nedyo ngajak bebrayan wontening ikatan perkawinan ingkang suci. Kanthi menika, Bp --- sakulawarga sowan wonten ngarsanipun kulawarga Bp ---, kanthi sedya nglamar putrinipun, ingkang sesilih Nimas ---.

Njangkepi sowan kula sakrombongan, kula aturaken ugi uba rampe rerangkening pirembagan, ingkang arupi kalpika/cincin lan oleh-oleh sakcekapipun. Mugi saget katampi, lan ndadosaken rumaketing silaturahmi antawisipun kulawarga Bp --- lan kulawarga Bp ---. Amin.

Makaten ingkang dados atur kula. Mbok bilih wonten klenta klentu saha kebat kliwating atur kula ingkang mboten ndadosaken serjuning penggalih, saestu kula nyuwun lumunturing sih samudra pangaksami.

Wabilahitaufiq walhidayah, Wassalamu ‘alaykum wr.wb.


Pada Hari H-nya, ternyata keluarga calon mempelai wanita menyambut rombongan pelamar kami dengan Bahasa Indonesia dan sedikit bercampur dengan Bahasa Jawa. Akhirnya saya pun menggunakan bahasa campur-campur, tidak sesuai naskah aslinya.

Published with Blogger-droid v1.7.4

baca selengkapnya...

Sunday, July 17, 2011

Aplikasi Islami Android

Berikut ini adalah beberapa contoh aplikasi Islami untuk gadget Android yang sangat menarik dan bermanfaat, yang dapat didownload secara gratis di Android Market.






Live Mecca dan Live Madina. Merupakan live video streaming Mekah dan Madinah 24 jam. Bagi yang rindu dengan Al-Haramain, bisa melihat live video streaming dengan aplikasi ini. Suasana Kakbah dan Masjid Nabawi akan terpantau secara real time (ya.. delay-delay dikit lah), termasuk saat Sholat lima waktunya. Namun hati-hati dengan akses internetnya. Sebaiknya menggunakan WiFi atau paket internet unlimited.







Radio Rodja. Aplikasi str
eaming Radio Rodja 756 AM, radio dakwah Islam yang disiarkan dari Cileungsi, Jawa Barat. Kalo pas mendengarkan, setelan time out layar di HP atau tablet harus diperpanjang agar siaran tidak sering terputus karena layar mati.







Al-Quran. Banyak sekali aplikasi Al Quran di Android Market. Tiga aplikasi Quran dengan ikon di atas adalah Al-Zikar, MyQuran, dan iQuran. Untuk
Al-Zikar full version (berbayar, sekitar Rp 60.000,-), disertai dengan suara 7 orang Qari (recitor) yang bisa kita pilih saat menyimak ayat demi ayat Quran, yaitu Ahmed Al Ajmi, Ali Al Hothaify, Maher Moeqali, Mohammad Ayoub, Saad Al Ghamdi, Sheikh Sudais, dan Waheed Qasmi. Suara qari harus di-download sendiri setelah kita melakukan pembayaran dengan kartu kredit. Ada pilihan terjemahan beberapa bahasa yang bisa dipilih, termasuk Bahasa Indonesia.

MyQuran merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh developer Indonesia. Keunggulan aplikasi ini adalah adanya pewarnaan hu
ruf untuk menandai tajwid. Tidak ada pilihan suara Qari, hanya ada satu saja.

iQuran, cukup bagus dan lengkap juga, disertai suara 6 orang Qari, yaitu Sheikh Husary, Mishary Rashed, Shuraim, Abu Bakr Ash-Shatree, Abdul Basid, dan Ghamdi. Tentu saja akan bisa didownload lengkap bila menggunakan versi berbayar. Sayangnya, terjemahan Indonesia tidak tersedia untuk versi gratisannya.








Shahih Muslim. Sebetulnya banyak aplikasi kitab Islam yang bisa didownload secara gratis di Android Market, namun sangat sedikit yang b
erbahasa Indonesia, salah satunya kitab Hadits Shahih Muslim ini.







Salat Widget. Widget akan dimunculkan di layar utama gadget
. Setiap waktu Salat akan diperdengarkan suara azan sesuai dengan suara Muazin pilian kita.







Kalender Hijriah. Ikon-ikon di atas, secara berurutan masing-masing adalah Hijri Calendar, LunaSolCal Mobile, Google Sky Map, dan Star Chart. Hijri Calendar menampilkan penanggalan Hijriah, disertai dengan konversi ke kalender Gregorian dan tabel hariannya.

LunaSolCal Mobile menampilkan data-data dan grafik lintasan edar matahari dan bulan, seperti azimuth, altitude, phase, dll.

Google Sky Map dan Star Chart merupakan aplikasi augmented reality lan
git. Gadget kita berfungsi seperti teropong atau jendela untuk melihat benda langit secara real time. Jadi layar akan menunjukkan benda-benda langit yang berada di balik layar gadget kita, tergantung ke mana kita mengarahkan gadget-nya. Dengan aplikasi ini kita bisa melihat posisi bulan relatif terhadap garis cakrawala, sehingga kita bisa tau apakah bulan sudah terbit atau tenggelam di cakrawala. Namun syaratnya, gadget kita harus memiliki GPS. O ya, aplikasi Star Chart tidak bisa didownload gratis di Android Market. Namun di Samsung Apps aplikasi ini bisa didownload guratis tis...







Alkitab. Ini aplikasi Islami bukan ya ? He he.. Bagi yang ingin melakukan studi perbandingan, okelah untuk mendownload aplikasi ini. Terdiri dari terjemahan Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

baca selengkapnya...

Sunday, June 12, 2011

Menggunakan Blackberry Prabayar di Mekkah dan Madinah

Selama ini hampir tidak ditemukan tulisan yang jelas di internet, yang menginformasikan pengalaman cara menggunakan blackberry prabayar di Mekkah dan Madinah. Sepanjang yang saya tau, operator GSM di Arab Saudi ada tiga, yaitu STC (Al-Jawal), Mobily, dan Zain. Ketika berkunjung ke website ketiga operator itu, memang ada info layanan blackberry, ada yang paskabayar dan ada pula yang prabayar. Bahkan STC menyediakan layanan blackberry prabayar mingguan. Cuma masalahnya, dulu sempat ada kabar bahwa layanan blackberry di Arab Saudi dilarang. Yang awalnya pernah dilarang begitu, di kemudian hari biasanya terdapat macam-macam pembatasan dan pengetatan penggunaan. Kira-kira, apa yang perlu kita persiapkan agar saat tiba di sana bisa langsung pake balckberry ?

Saat berangkat dari Bandara Juanda, sempat nanya ke travel leader, katanya registrasi blackberry di Arab Saudi memang agak susah, harus datang ke kantor operator setempat, dengan membawa paspor. Haduh, kok ribet ya. Lalu, kebetulan ada pegawai travel di bandara yang menawarkan Sim Card prabayar Zain kepada para jamaah, seharga SR 70 (mata uang Riyal). Saya minta Sim Card Al-Jawal, yang menyediakan layanan blackberry prabayar mingguan. Tapi katanya Al-Jawal susah dicari kalo tidak pas musim haji. Jadi, dia hanya punya kartu Zain saja. Lalu saya tanya lagi, untuk blackberry gimana registrasinya. Kata Mbak-mbak travel itu, pulsanya harus diisi sampai 100 Riyal dulu, lalu registrasi dengan SMS. “Isi SMS-nya, nanti tanya pembimbing umroh di Arab saja,” katanya.

Sampai di Jedah jam 16.30 waktu Saudi, pesawat langsung diarahkan ke Madinatul Hujjaj, terminal kedatangan dan keberangkatan khusus haji dan umroh yang tahun ini mulai digunakan lagi. Kalo nggak salah sejak 2006 Madinatul Hujjaj memang tidak digunakan. Di ruang tunggu Madinatul Hujjaj banyak petugas cleaning service yang menawarkan Sim Card prabayar. Yang ditawarkan memang hanya Zain, sementara Al-Jawal dan Mobily pada nggak punya. Wah gimana nih, kok nggak bisa dapet Al-Jawal. Lalu kupikir, pasti beberapa hari pertama ini belum akan bisa menggunakan blackberry dengan menggunakan nomor HP Arab Saudi. Akhirnya, dalam perjalanan menggunakan bis menuju Madinah, kuaktifkan layanan Roaming harian Blackberry Kartu Halo Telkomsel dengan menekan *266# lalu Call/Ok. Syaratnya, APN harus disetting menjadi “blackberry.net”, dan setting Network-nya diarahkan secara manual untuk menggunakan operator Zain. Lumayanlah, Rp 50 ribu perhari dapat blackberry unlimited. Cuma sayangnya perhitungan hariannya mengacu pada pergantian hari di Indonesia (WIB). Jadi, saat aktivasi jam 17.00 di Jedah (21.00 WIB), tiga jam kemudian layanan roaming BB harian akan berakhir.

Keesokan harinya di Madinah, sekitar jam 10 saya diantar Ustadz Mujib, pembimbing yang sudah lama bermukim di Mekkah, ke kantor pelayanan Mobily. Lokasinya ada di arah lurusnya pintu utama Masjid Nabawi. Alasan memilih Mobily, karena Ustadz Mujib pake Mobily juga..he he. Di kantor Mobily, kami ambil print out kartu antri dulu. Setelah beberapa menit, nomor kami dipanggil, dan ustadz mulai kal kil kul (kalo di Indonesia cas cis cus :-)) dengan petugas customer service. Untuk registrasi, saya diminta menyerahkan ID Card dari travel yang dikalungkan di leher saya. Rupanya ID Card ini cukup sakti juga, sudah bisa menjadi pengganti paspor. Di ID card sudah tertulis nama dan nomor paspor pemegang ID Card. Lalu, saya diminta bayar SR 30, untuk biaya registrasi prabayar dan pulsa senilai SR 30. Untuk aktivasi balckberry, saya dipersilakan mengisi pulsa dengan voucher yang dijual bebas di luar sampai minimal SR 100, lalu kirim SMS ke 1100 dengan isi SMS “BIS”.

Keluar dari kantor Mobily, kami langsung ke Money Changer, untuk beli voucher pulsa Mobily. Saya beli yang SR 90, lalu segera saya isikan ke nomor HP Mobily. Dan saat mengirimkan registrasi BB ke nomor 1100, pulsa berkurang sebesar SR 99. Alhamdulillah, akhirnya bisa BB-an pake nomor HP setempat. Keuntungannya, bisa tetap BB unlimited dengan murah, sekaligus bisa telepon dengan tarif lokal ke nomor HP istri, pembimbing, dan anggota jamaah yang lain yang sudah menggunakan nomor Arab Saudi. Untuk setting email, dilakukan langkah yang sama seperti setting email saat di Indonesia, yaitu melalui menu Setup>Email Setting.

Pada hari-hari berikutnya saya baru sadar, ternyata di emper-emper gedung sekitar Masjid Nabawi banyak orang berjualan Sim Card dan voucher pulsa, lengkap mulai dari STC, Zain, dan Mobily. Contoh voucher pulsa SR 10 untuk Mobily terlihat pada foto di awal tulisan ini. Kartu-kartu ditata di dalam kotak kaca kecil yang mudah dibawa-bawa oleh penjualnya. Wah, tau gitu kemarin nggak perlu ke kantor pelayanan Mobily. Mestinya bisa langsung beli prabayar STC dan aktivasi BB mingguan di penjual kartu kakilima ini. Hanya saja, kalo di penjual kartu kakilima, registrasinya mungkin tidak menggunakan nama kita sendiri. Mungkin sudah diregistrasi secara bodong oleh penjualnya.

Pas mau upload tulisan ini, sempat browsing lagi, dan ternyata Mobily juga punya yang mingguan. Wew, habis website-nya memang lemot sih saat dulu dibuka-buka.

Berikut beberapa cara aktivasi blackberry prabayar dengan SMS :
1. STC/Al-Jawal, ketik 8844 (mingguan, SR 29), atau ketik 8811 (bulanan, SR 99), kirim ke 902. Atau bisa lihat di website-nya
2. Mobily, ketik BIS7 (mingguan, SR 29), atau ketik BIS (bulanan, SR 99), kirim ke 1100. Atau bisa lihat di website-nya
3. Untuk Zain, website-nya ada, cuma cara aktivasinya belum nemu.

baca selengkapnya...

Tuesday, May 17, 2011

Kisah Sebuah Sandal

Dalam sholat dua rokaat inipun hatiku masih gelisah, hingga tidak bisa khusu'. Pikiranku terusik, sepertinya thowaf yang barusan kami lakukan tadi baru enam putaran mengelilingi Kakbah. Langsung saja, setelah salam di akhir Sholat, aku konfirmasikan keraguanku ini ke ustadz Anis. Beberapa rekan yang lain juga ikut nimbrung ke hadapan ustadz. Tapi beliau menjawab dengan yakin bahwa Thowaf kami sudah lengkap tujuh putaran. Tidak puas dengan jawaban ustadz Anis, kemudian aku alihkan pandangan ke Pak Mochtar, mantan dekan sebuah perguruan tinggi di Malang, ternyata beliau juga menunjukkan gurat keraguan yang sama di wajahnya. "Saya hitung tadi juga baru enam putaran Ustadz", kata beliau. Tak kalah hebohnya, Si Umi, Ibu juragan ikan juga menyampaikan pendapatnya kepada Ustadz Anis bahwa thowafnya kurang satu putaran.

Demi mendengar itu semua, ustadz pun terdiam sesaat. Lalu, dengan cepat beliau memutuskan,"Baik, kita tambah lagi satu putaran, kita mulai dari Hajar Aswad." Seluruh anggota "geng" pun patuh mengikuti Ustadz Anis menuju titik awal thowaf, Hajar Aswad, kecuali saya dan istri. Ups, itulah kesalahan saya. Saya pikir, saya kan sudah sampai di Maqom Ibrahim, mestinya tinggal melanjutkan sisa putaran dari situ saja. Seperti halnya bila kita batal wudlu saat thowaf atau sa'i, setelah berwudlu kembali, kita melanjutkan thowaf atau sa'i dari mana kita batal. Begitu pikirku, dan begitulah yang aku lakukan.

Singkat cerita, thowaf sudah dilengkapi dengan satu putaran lagi, dilanjutkan dengan sa'i di antara Shofa - Marwa hingga akhirnya bertahalul. Setelah semuanya selesai, ternyata masih ada sedikit perasaan mengganjal di hati, kenapa tadi nggak ikut memulai putaran terakhir Thowaf dari Hajar Aswad. Ah, sudahlah. Hari sudah malam, kami serombongan yang berjumlah sepuluh orang ditambah dua pembimbing itu pun sepakat untuk menuju pintu keluar masjid.

Haduh, sandalku yang sebelah kok nggak ketemu ya. Rak sandal dari kayu bercat putih setinggi lutut itu sudah kusisir berkali-kali, namun hanya sandal sebelah kiri yang kutemukan. Teman-teman yang lain bahkan ikut mencari keberadaan sang sandal jepit "eiger" warna hitam itu, di rak-rak sebelahnya. Dan hasilnya..., nihil. Akhirnya, sandal itu pun dinyatakan hilang sebelah. Sebagai kenang-kenangan, sandalku yang sebelah kiri tetap aku bawa pulang.

Keluar dari Masjidil Haram, hanya aku yang tidak beralas kaki, sementara yang lain bersandal lengkap. Berjalan menuju hotel yang berjarak sekitar 300 meter, telapak kaki ini cukup tersiksa juga rasanya menginjak kerikil-kerikil jalanan. Baru kira-kira 100 meteran berjalan, terpaksa kami mampir di sebuah toko untuk beli sandal. Walaupun busa sandal jepitnya sangat lunak, tak apalah, yang penting bisa untuk sekedar melindungi telapak kaki.

Sekitar jam 24.00, kami baru masuk ke hotel dan langsung menuju ke kamar masing-masing. Capek sekali rasanya, siang tadi rombongan kami mengadakan perjalanan dengan bus dari Madinah ke Mekah, malamnya umroh di Masjidil Haram, yang disertai dengan "kemelut" thowaf yang kurang satu putaran. Oh ya, tentang sandal yang hilang, ternyata tidak bisa dianggap remeh. Peristiwa itu menyihirku perlahan-lahan, memunculkan kerisauan yang tak terelakkan. Bayangkan, putaran terakhir thowaf bersama istri rasanya tidak sempurna. Lalu, setelahnya, sandalku hilang satu, sebelah kanan. Inikah sebuah pertanda, bahwa thowafku memang kurang satu? Dan menjadi sia-sialah perjalanan ibadahku bila ritual wajib ini tidak sah. Astaghfirullah...

Semula aku berniat mau berkonsultasi ke Ustadz Anis mengenai perihalku ini. Tapi segera aku urungkan, mengingat permasalahanku terjadi karena ketidakpatuhanku terhadap beliau saat diminta memulai thowaf dari Hajar Aswad. Aku lihat jam, saat ini di Indonesia mendekati jam 5 pagi. Pikirku, sudah pantaslah untuk menelepon seorang ustadz pada kondisi "darurat" seperti ini. Kuraih HP, lalu kutelepon Ustadz Khusnul di Malang, kusampaikan kisah "tragedi" thowaf yang barusan kualami. Kutanyakan kepada beliau, apakah kami perlu mengulang umroh besok. Hal yang paling merisaukan adalah bahwa saat melengkapi thowaf, aku bersama istri tidak memulai putaran dari Hajar Aswad. Tapi jawaban dari Ustadz Khusnul cukup menenangkan. Kata beliau, umroh tidak perlu diulang, nggak papa. Nanti diperbanyak thowaf sunat saja.

Masih belum puas, kutelepon Ustadz Amrizal yang ada di Malang juga. Kata beliau, memang kalo menambah putaran yang kurang harus dimulai dari Hajar Aswad. Tapi nggak apa-apa, umroh tidak perlu diulang. Sama dengan Pak Khusnul, Ustadz Amrizal menyarankan kami untuk memperbanyak thowaf sunat saja, ditambah dengan membayar dam, memberikan sedekah kepada fakir miskin.

Tak kusangka, ternyata perasaan gelisahku tetap tidak mau pergi. Fokus masalah menjadi mengarah ke sandal. Lho ? Kalo thowaf dianggap lengkap, mengapa sandalnya mesti hilang satu ? Kadang-kadang hal kecil tidak bisa dianggap sepele di tanah haram. Baik, gini aja, aku tekadkan untuk istirahat dengan tenang malam ini. Kita lihat saja nanti pas Sholat Shubuh di masjid, aku akan mencari sandal "tambatan hatiku" yang hilang itu. Kalo aku bisa menemukannya, berarti "case closed", umroh tidak perlu diulang. Kalo sampe tidak ditemukan, aku harus mengulang umroh.. Walah, kalo bingung begini mestinya Sholat istikharoh, bukannya mengundi dengan sandal :-) . Tapi itulah sekilas yang terbersit di pikiranku.

Pagi-pagi, begitu masuk masjid, aku langsung menyerbu rak sandal dimana kemarin aku kehilangan dia, dengan harap-harap cemas. Tidak membutuhkan waktu yang lama, pandangan pertama pada rak itu langsung membuat "plong". Sesosok sandal sebelah kanan berwarna hitam sudah menunggu di situ. Alhamdulillah, akhirnya ketemu juga. Ke mana saja sandal ini semalam, padahal kemarin satu regu pencari sudah sibuk menyapu rak ini dan sekitarnya. Lega banget rasanya, rasa tidak tenang pun langsung hilang. Dan saat perjalanan pulang dari Sholat Shubuh, ketika mengetahui sandalku telah ditemukan, Pak Mochtar mengatakan,"Mas, sandal itu nggak mau pisah sama sampeyan. Sampeyan harus jaga dia sampai kapanpun..." Begitu katanya, dengan raut muka yang dibuat serius.*** [Dari umroh tahun 2008]

baca selengkapnya...