Photobucket

Thursday, August 30, 2007

Paspor dan Uang Palsu dari Isreal

Merupakan cuplikan dari novel Ketika Cinta Bertasbih, Habiburahman El Shirazy, Republika-Basmala, Maret 2007. Bagian ini saya cuplik karena memuat informasi mengenai strategi Israel. Walaupun merupakan sekedar novel, namun saya yakin, penulis tidak asal menulis. Pastilah isinya didasarkan kepada fakta yang terpercaya. Saya telah membaca yang episode 1, dan kini sedang menunggu penerbitan episode 2. Ceritanya bagus, sekelas dengan Ayat-ayat Cinta. Berikut ini cuplikan yang saya maksud.

... “Bagaimana dia bisa mendapatkan paspor-paspor ini ?” tanya Furqan lugu.

“Ya tentu saja Israel. Paspor-paspor itu ‘palsu tapi asli’.”

“Maksud kolonel dengan ‘palsu tapi asli’ bagaimana ?”

“Paspor itu sesungguhnya palsu. Karena yang mengeluarkan bukan negara asalnya tapi yang mengeluarkan sebenarnya adalah Mosad Israel. Tapi asli, artinya bahkan negara aslinya pun akan mengakui itu asli. Sebab tidak bisa dibedakan dengan yang asli. Jenis kertasnya sama. Semuanya sana. Kau harus tahu, Israel memiliki semua jenis kertas yang digunakan untuk membuat uang di seluruh dunia. Juga memiliki semua jenis kertas yang digunakan untuk membuat paspor di seluruh dunia. Israel juga memiliki teknologi untuk membuat uang dan paspor yang sama persis dengan yang ada di seluruh dunia. Inilah rahasia yang berhasil kami kuak. Maka kita harus hati-hati. Dengan membuat uang palsu, tapi benar-benar tidak bisa dibedakan dengan yang asli, Israel bisa merusak ekonomi suatu negara. Krisis Asia Tenggara dalam analisis kami tak bisa dilepaskan dari rekayasa Israel.”

Kolonel Fuad memberikan penjelasan panjang lebar. Furqan jadi sangat mafhum. Jika untuk membuat paspor di seluruh dunia adalah begitu mudah bagi Mosad Isreal, maka untuk sekedar mengetahui identitas dirinya dan membuka kamar hotelnya bukanlah pekerjaan susah.

baca selengkapnya...

Sunday, August 26, 2007

Amru bin Ash Menaklukkan Romawi di Mesir


Masih dari buku Di Atas Sajadah Cinta.

Untuk membuka negeri Mesir, Khalifah Umar Bin Khattab ra. Mengirim pasukan perang yang dipimpin oleh Amru bin Ash ra. Setelah melakukan perjalanan panjang akhirnya tibalah pasukan kaum muslimin di Mesir. Panglima Amri bin Ash membangun markasnya di dekat benteng pasukan Romawi yang saat itu menjajah Mesir.

Suatu hari Panglima Romawi mengirim utusan untuk menemui Panglima Amru bin Ash. Utusan itu menyampaikan pesan bahwa panglimanya mengundang Amru bin Ash untuk berunding.

Panglima Romawi sudah sepakat dengan seluruh pasukannya hendak membunuh Amru bin Ash, pada saat Amru hendak kembali pulang ke markasnya. Beberapa tentara telah bersiap di atas benteng. Begitu Amru keluar dari benteng usai perundingan, mereka akan menghujaninya dengan batu cadas.

Amru bin Ash memenuhi undangan itu dan menemui panglima Romawi. Lalu mengadakan perundingan dengannya. Karena tidak menemui kesepakatan Amru minta diri. Ketika ia berjalan untuk keluar benteng, sudut matanya menangkap gerakan aneh di atas benteng. Ia mendapat firasat yang tidak baik. Otaknya langsung bergerak cepat. Ia mendapatkan jalan keluar. Ia pura-pura mengingat sesuatu lalu kembali menemui panglima Romawi, dan berkata,

"Aku punya ide, di markasku ada sekumpulan sahabat Rasulullah saw., diantaranya adalah Khalifah Umar bin Khattab ra. Kami selalu meminta petunjuk Umar dalam melangkah. Bagaimana kalau Anda langsung berbicara dengannya ?"

Panglima Romawi itu bertanya, "Benarkah dia bersama kalian saat ini ?"

"Ya. Aku ini datang ke sini menemuimu juga atas persetujuannya. Bagaimana pendapatmu ? Aku jemput saja dia untuk datang ke sini agar dia bisa langsung berbincang denganmu."

Mendengar hal itu Panglima Romawi senang sekali. Dalam otaknya ada satu pemikiran, "Jika Umar ada di dalam pasukan kaum Muslimin, maka membunuh Amru bin Ash tidak ada artinya. Karena meskipun Amru mati, Umar bisa langsung memimpin kendali. Tapi jika Umar datang ke benteng ini dan bisa dibunuh, maka ini akan sangat bermanfaat agi Romawi. Kekuatan kaum Muslimin akan mengendor. Dan daerah-daerah yang direbut mereka seperti Syam dan Palestina bisa direbut kembali. Hemm, jika tadi aku akan membunuh seorang panglima saja, maka aku akan membunuh khalifahnya."

Panglima Romawi itu lalu memberikan isyarat kepada semua pasukannya untuk membiarkan Amru pulang dengan selamat. Amru pulang dengan diantar panglima Romawi itu hingga di luar gerbang, dengan harapan tak lama lagi Umar akan datang ke dalam bentengnye. Dan jika Umar datang ke bentengnya pastilah akan diikuti para pembesar kaum Muslimin. Dengan begitu sangat mudah sekali untuk membunuh mereka sekaligus.

Amru kembali ke markasnya. Lalu mengumpulkan seluruh tentaranya. Ia mengatur rencana matang penyerangan benteng itu. Dalam waktu yang singkat selama ia ada di dalam benteng, ia bisa menguasai peta benteng Romawi. Di mana gudang senjatanya. Letak pasukan pemanah. Tempat panglima. Gudang makanan. Bagaimana pintu itu bisa didobrak. Juga titik-titik kelemahannya. Dalam hal berperang, kecerdikan dan kecerdasan Amru memang telah teruji sejak zaman jahiliyah sebelum ia masuk Islam.

Pagi harinya, Amru melakukan penyerangan besar-besaran. Pintu benteng bisa dijebol. Ribuan pasukan Muslimin membanjiri benteng. Akhirnya benteng itu bisa dikuasai dan pasukan Romawi menyerah kalah. Setelah itu dalam waktu singkat seluruh negeri Mesir bisa dikuasai kaum Muslimin. Kedatangan kaum Muslimin disambut gembira oleg rakyat Mesir. Sebab mereka datang tidak sebagai penjajah sebagaimana bangsa Romawi, tetapi sebagai saudara yang saling menyayangi. Dengan keluhuran budi, kaum Muslimin bisa menarik rakyat Mesir untuk masuk agaman Islam. Dan dalam waktu yang singkat Islam menjadi darah daging rakyat Mesir.


baca selengkapnya...

Friday, August 24, 2007

Imam Hasan Al Bashri dan Tetangga Nasrani

Salah satu kisah dari buku Di Atas Sajadah Cinta, Habiburrahman El Shirazy, Republika-Basmala-MD, Mei 2007.

Imam Hasan Al Bashri adalah seorang ulama tabi'in terkemuka di kota Basrah, Irak. Beliau dikenal sebagai ulama yang berjiwa besar dan mengamalkan apa yang beliau ajarkan. Beliau juga dekat dengan rakyat kecil dan dicintai oleh rakyat kecil.

Imam Hasan Al Bashri memiliki seorang tetangga nasrani. Tetangganya ini memiliki kamar kecil untuk kencing di loteng di atas rumahnya. Atap rumah keduanya bersambung menjadi satu. Air kencing dari kamar kecil tetangganya itu merembes dan menetes ke dalam kamar Imam Hasan Al Bashri. Namun beliau sabar dan tidak mempermasalahkan hal itu sama sekali. Beliau menyuruh istrinya meletakkan wadah untuk menadahi tetesan air kencing itu agar tidak mengalir ke mana-mana.

Selama dua puluh tahun hal itu berlangsung dan Imam Hasan Al Bashri tidak membicarakan atau memberitahukan hal itu kepada tetangganya sama sekali. Dia ingin benar-benar mengamalkan sabda Rasulullah SAW. "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya."

Suatu hari Imam Hasan Al Bashri sakit. Tetangganya yang nasrani itu datang ke rumahnya menjenguk. Ia merasa aneh melihat ada air menetes dari atas di dalam kamar sang Imam. Ia melihat dengan seksama tetesan air yang terkumpul dalam wadah. Ternyata air kencing. Tetangganya itu langsung mengerti bahwa air kencing itu merembes dari kamar kecilnya yang ia buat di atas loteng rumahnya. Dan yang membuatnya bertambah heran kenapa Imam Hasan Al Bashri tidak bilang padanya.

"Imam, sejak kapan Engkau bersabar atas tetesan air kencing kami ini ?" tanya Si Tetangga.

Imam Hasan Al Bashri diam tidak menjawab. Beliau tidak mau membuat tetangganya merasa tidak enak. Namun ...

"Imam, katakanlah dengan jujur sejak kapan Engkau bersabar atas tetesan air kencing kami ? Jika tidak kau katakan maka kami akan sangat tidak enak," desak tetangganya.

"Sejak dua puluh tahun yang lalu," jawab Imam Hasan Al Bashri dengan suara parau.

"Kenapa kau tidak memberitahuku ?"

"Nabi mengajarkan untuk memuliakan tetangga, belaiu bersabda, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya !"

Seketika itu Si Tetangga langsung mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia dan seluruh keluarganya masuk Islam.

baca selengkapnya...

Herman Halim, Mualaf dari Bank Maspion

Diambil dari kumpulan kisah mualaf tabloid Nurani, yang diterbitkan ke dalam buku Hidayah Allah untuk Para Pendeta, JP Books, Surabaya, Maret 2007.

Allah memang berhak untuk membuka hati siapa saja untuk menerima ajaran Islam secara kaffah. Begitu juga dengan Herman Halim, Presdir Bank Maspion ini terbuka hatinya dan memutuskan untuk menjadi Muslim. “Saya masuk Islam Tanggal 27 Agustus. Saya bersyahadat di Masjid Ceng Hoo Surabaya dan disaksikan oleh banyak orang,” tuturnya kepada NURANI saat ditemui di kantornya.

Herman menerangkan bahwa saat dirinya bersyahadat, ia tidak disertai dengan keluarganya. “Saya berangkat ke sana sendiri. Untungnya, teman saya di PITI Masjid Ceng Hoo banyak. Jadi sudah dipersiapkan. Bahkan Pak Ali Markus, memberikan selamat ketika saya sudah bersyahadat,” terangnya sambil tersenyum.

Saat ditanya tentang tanggapan keluarga ketika dirinya menjadi Muslim, Herman Halim menerangkan bahwa pihak keluarga sebenarnya mengkritik, namun tidak berani secara frontal. “Setahu saya, mereka hanya berani mengkritik atau menyindir. Mereka tidak berani bertanya secara frontal. Mungkin karena saya saudara tertua. Jadi mereka segan dengan saya,” ungkapnya.

Ditanya soal ketertarikannya kepada Islam, pemilik nama Lim Xiao Ming ini mengatakan bahwa dirinya mengenal Islam sejak enam tahun lalu, dari kesukaannya membaca buku-buku agama. “Saya memang senang membaca segala buku agama, mulai dari agama Budha, Kong Hucu, Kristen, dan Islam,” terangnya.

Ayah dua anak ini mengatakan bahwa dari kesukaannya membaca buku-buku agama inilah dia mulai menyerap intisari dari agama. “Dari pembacaan dan perenungan semua intisari agama yang saya serap, bahwa semua agama itu benar dan mengajarkan kebaikan (namanya juga mualaf – amanah). Cuma penyampaiannya bermacam-macam,’ terangnya

Setelah merenung sekian lama, akhirnya pimpinan Bank Maspion ini memilih Islam menjadi keyakinannya setelah ia memeluk agama Kristen. “Saya melihat Islam adalah agama terakhir, dan ia mengambil dari semua intisari agamayang telah ada. Sehingga ajaran Islam begitu lugas dan mudah diserap secara kaidah,” terangnya.

Ketika ditanya tentang latar belakang agama keluarga Herman Halim, ia menjelaskan bahwa keluarganya memeluk beberapa agama. “Dalam keluarga saya tidak fanatik memeluk satu agama. Saya dulu agamanya Kristen. Sedangkan saudara saya ada yang Budha ada juga yang Kong Hucu. Malah, istri saya beragama Budha,” terangnya.

Sikap inilah yang dipegang teguh Herman Halim dalam membentuk karakter keluarganya. Bahkan soal menganut agama, ia tidak pernah memaksakan kepada kedua anaknya. “Anak saya, saya bebaskan dalam memilih agama. Saya tidak pernah melarang hal itu,” ujarnya.

Terpengaruh Anak
Ketertarikan Herman Halim akan Islam memang berangkat dari perenungan panjang. Namun, ia mengaku lebih banyak dipengaruhi Andrew anak keduanya. Awalnya Herman Halim keget dan menanyakan tentang keinginan anak keduanya memeluk agama Islam. Namun, Andrew bisa meyakinkan ayah dan keluarganya tentang niatnya menjadi Muslim.

“Apa perbedaannya dengan agama yang kamu yakini selama ini ?” tanya Herman Halim kepada Andrew saat itu. “Saya pernah mencoba memeluk beberapa agama. Namun Islamlah yang membuat saya lebih tenang dan pas. Dan saya bisa lebih gampang menangkap ajaran Islam daripada yang lain,” ujar Herman yang menirukan pendapat Andrew.

Dari diskusi antara anak dan ayah inilah, Herman terus mencari dan mencari jawaban atas argumen yang dikemukakan oleh Andrew. “Saya mengenal Islam lebih banyak setelah Andrew menerangkan kepada saya dan keluarga tentang ajaran Islam sesungguhnya,” ujarnya.

“Saya juga heran, padahal ia sejak kecil sudah ada di Australia. Namun ia begitu kuat saat menerangkan tentang bagaimana ajaran Islam,” tambahnya. Herman menerangkan, dalam menjelaskan agama Islam, Andrew Halim ini membawa Al Quran dan Injil. “Ia membandingkan antara ayat per ayat. Bahkan, beberapa dari paman dan bibinya tidak bisa menyela dan menjawab pertanyaan Andrew,” terangnya.

Dari pertemuan antara Andrew dan keluarga yang juga dihadiri oleh Herman Halim itulah akhirnya wacana tentang kebenaran Islam mulai terungkap. “Sejak itu saya jadi tekun belajar Islam. Saya baca Al Quran yang terjemahan dari Bahasa Inggris dan Tionghoa. Saya terus mencari apa yang dikatakan Andrew,” terangnya.

Menurut Herman Halim, Andrew bukan tipe orang yang mudah percaya dengan sesuatu. “Andrew itu, untuk percaya dan yakin biasanya sudah melalui penelitian dan perbandingan antara baik dan buruknya,” terangnya.

Makanya, Herman Halim yakin bahwa apa yang diyakini anaknya adalah suatu kebenaran yang pasti. “Saat saya beritahu saya menjadi Muslim, ia begitu senang. Ia menyebut lafal Allahu Akbar berulang-ulang. Ia begitu senang saya masuk Islam,” paparnya.

Lebih Tenang
Herman Halim saat ini mengaku lebih tenang batinnya setelah mengucapkan dua kalimat Syahadat. “Pertama kali saya melaksanakan salat, hati saya rasanya tenteram dan damai. Tidak pernah saya merasakan hal seperti ini sebelumnya. Meski saya tidak fasih cara melafalkan Arabnya, namun saya tahu arti Bahasa Indonesianya,” paparnya sembari memejamkan mata.

“Saat salat hati saya damai, sehingga bisa melepas kejenuhan dan stres saat bekerja. Saya lebih mantap dalam mengerjakan tugas-tugas kerja,” tambahnya.

Yang paling menarik bagi bagi pemilik nama asli Lim Xiao Ming ini dalam mempelajari Islam adalah cara menghafal bacaan salat. “Kalau salatnya sih sudah bisa dipelajari. Tapi kalau melafalkannya, ini saya masih kaku. Butuh waktu yang banyak,” ujarnya. “Kalau lupa bacaannya, bukunya saya baca, lalu saya kembalikan lagi. Lucu pokoknya kalau melihat saya belajar salat,” tambahnya sambil tertawa.

Namun, Bapak dari Albert Halim dan Andrew Halim ini tidak menyerah. Ia bertekad untuk bisa melafalkan bacaan Al Quran serta belajar membaca Al Quran. “Saya berencana mendatangkan guru privat Bahasa Arab. Dan saya ingin sekali bisa melafalkan bacaan salat,” niatnya.

Kunjungi Tabloid NURANI

baca selengkapnya...

Tuesday, August 21, 2007

Wahyu Suparno Putro, Dale Collin Smith

Diambil dari kumpulan kisah mualaf tabloid Nurani, yang diterbitkan ke dalam buku Hidayah Allah untuk Para Pendeta, JP Books, Surabaya, Maret 2007.

Hidayah datang lewat berbagai cara. Seperti yang dialami oleh komedian bule Wahyu Suparno Putro Dale Collin Smith. Pria berdarah Scotlandia namun berkewarganegaraan Australia ini mengaku memeluk Islam lantaran ingin mengerjakan Salat Tarawih setelah ikut berpuasa Ramadan. Berikut kisahnya.

Tahun 1994 saya bekerja di Jogjakarta. Waktu itu saya dikontrak oleh sebuah penerbangan swasta di Indonesia, di bagian manajemen. Saat itu saya belum berkecimpung di dunia seni peran seperti sekarang ini. Kala itu saya beragama Budha. Dalam ajaran Budha kita diharuskan untuk belajar bertoleransi. Selama di Jogjakarta saya banyak bertemu dengan orang-orang yang beragama Islam. Saya kadang suka ikutan puasa bersama mereka saat Ramadan tiba. Alhamdulillah saya puasa full lho selama Bulan Ramadan itu.

Senang bisa puasa dan berbuka puasa bersama-sama mereka. Hanya saja saya merasa ada sedikit yang kurang dalam melaksanakan semua itu. Karena saya tidak bisa menjalani Salat Maghrib dan Salat Tarawih bersama teman-teman saya itu. Apa yang saya kerjakan terhenti begitu waktu berbuka puasa tiba. Hal itu berlangsung sampai tiga tahun lamanya.

Bangun Subuh
Selain itu, saya juga mengalami kejadian yang terbilang berbeda pula. Setiap hari saya selalu terbangun ketika azan Subuh berkumandang. Itu terjadi setiap hari tanpa terkecuali. Peristiwa itu akhirnya saya tanyakan kepada bapak angkat saya. Kebetulan ketika saya mulai tinggal di Jogja, saya bertemu dengan seorang bapak yang akhirnya saya anggap seperti ayah sendiri. Jadi kalau saya ada apa-apa biasanya bertanya kepadanya.

Waktu itu dia menyarankan saya untuk menanyakan hal itu kepada seorang ustadz yang biasa dipanggil Pak Haji, yang tinggal di belakang rumah saya. Saat itu Pak Haji bilang kalau kita terbiasa bangun subuh tanpa memakai jam beker, berarti malaikat mulai dekat dengan kita. Sehingga kita suka terbangun ketika subuh tiba. Dari situlah saya akhirnya mulai banyak belajar tentang Islam.

Lebih Tenang
Saya belajar Al Quran dari Pak Haji. Setelah saya merasa benar-benar mantap, akhirnya saya masuk Islam. Bukan berarti dalam agama Budha saya tidak merasa tenang, tetapi saya merasakan kalau ajaran Budha lebih mirip prinsip hidup daripada agama. Sementara Islam mengajari hubungan vertikal antara hamba dengan Tuhannya. Jadi inilah yang membuat saya merasa cocok dan merasakan adanya ketenangan setelah mempelajari Islam.

Kalau ditanya, kenapa saya beragama Budha bukannya Kristen. Itu mungkin disebabkan karena saya lebih tertarik dengan Budha. Kebetulan kedua orang tua saya tidak beragama. Mereka menyerahkan urusan agama kepada saya, mana yang saya rasa cocok ya silakan dipeluk. Dulu sewaktu saya berumur sekitar sepuluh tahunan, di sekolah saya banyak mendapatkan cerita tentang Gandhi. Beliau pribadi yang penuh kasih. Dan saya memang menyukai pribadi orang yang seperti itu. Saya tipe orang yang tidak bisa menyakiti orang. Saya tidak menyukai peperangan dan memukul orang. Waktu itu saya berpikir misi Budha cocok untuk saya. Makanya saya pilih Budha (Nyambung nggak ya sama Gandhi ? – amanah).

Tapi selama itu saya merasa ada sesuatu yang kurang dalam jiwa saya. Dan sekarang saya sudah dewasa dan jauh lebih matang. Jadi melihat segala sesuatunya tidak serba hitam putih saja. Namun ada sisi yang lain. Saya tidak langsung menurut dan terpengaruh atas apa yang saya baca. Saya melakukan sesuatu aras panggilan jiwa bukan hitam putih lagi.

Masuk Islam
Saya masuk Islam sekitar tahun 1999 di Jogjakarta, di sebuah mushola di belakang rumah saya. Sewaktu saya berikrar masuk Islam, saya sempat ditanya mengapa saya masuk Islam. Saya jelaskan kalau itu panggilan jiwa saya. Mereke bertanya seperti itu karena di sana baru saja terjadi suatu peristiwa, di mana terdapat suau kelompok orang yang masuk Islam, tapi belakangan diketahui dia masuk Islam dengan tujuan untuk merusak Islam dari dalam. Mereka bertanya apakah apakah saya termasuk kelompok itu. Ya saya jawab bukan, karena saya juga baru mendengar ada kejadian sepert itu untuk pertama kalinya. Saya katakan saya masuk Islam dari hati nurani. Sewaktu saya membaca shahadat saya terharu sekali, sampai menitikkan air mata. Saya merasa seperti ada yang menyentuh kepala saya.

Saya diberi nama muslim Wahyu oleh ayah angkat saya. Waktu itu saya meminta untuk tidak diberi nama Muhammad, karena hampir semua orang bule yang masuk Islam namanya Muhammad. Saya ingin berbeda. Saya juga mencantumkan nama bapak angkat saya Suparno di belakang nama Wahyu, untuk menghormati beliau.

Kebetulan kedua orang tua saya sudah meninggal dunia semua. Jadi saya sudah menganggap beliau seperti orang tua saya sendiri. Mereka tinggal di Jogjakarta saat ini. Setiap lebaran tiba, saya pasti merayakannya bersama mereka. Kini keinginan saya hanya satu, ingin bisa memberangkatkan haji keduanya. Setelah keduanya bisa berhaji, barulah saya mempersiapkan diri untuk berhaji. []

baca selengkapnya...

Saturday, August 18, 2007

Merasakan Adanya Kehadiran Tuhan

Cuplikan ke-2 dari The Divine Message of The DNA, Kazuo Murakami,Ph.D., Mizan, tahun 2007.

Saya pernah menghabiskan beberapa hari di sebuah hotel yang sama dengan Russel L. Schweickart, dan kami mendapat banyak kesempatan untuk mengobrol. Sebagai seorang astronot Amerika dan anggota kru Apollo 9, ia pun berbagi pengalamannya di luar angkasa. Saya paling terkesan dengan salah satu komentarnya, yang intinya sebagai berikut : "Bumi jika dilihat dari luar angkasa tidak hanya indah; tetapi bahkan tampak seperti hidup. Jika menatapnya, saya merasakan diri saya terhubung dengan kehidupan itu; saya merasa bahwa keberadaan saya ini sungguh berkat adanya bumi. Pengalaman itu begitu menggerakkan hati sehingga saya tidak dapat menjelaskannya dengan kata-kata."

Walau secara intelektual kita mungkin tahu bahwa bumi itu hidup, hal ini bukanlah sesuatu yang biasanya kita sadari dalam kehidupan sehari-hari. Schweickart tertegun disebabkan kesadaran ini saat melihat bumi dari sudut pandang makrokosmik luar angkasa. Serupa dengannya, saya pun terinspirasi oleh ketakjuban dan kekaguman yang sama ketika saya melihat mikrokosmos, yaitu dunia yang terkandung dalam gen kita.

Semakin banyak yang saya ketahui tentang gen, semakin saya mengakui kehebatannya. Gen kita, yang terkandung di dalam nukleus sel yang begitu kecil sehingga tidak dapat terlihat, memiliki tiga miliar kombinasi dari empat huruf kimia yang berpasang-pasangan secara sempurna, A dengan T, dan C dengan G. Informasi yang begitu besar jumlahnya inilah yang menjaga kita tetap hidup - dan tidak hanya kita, tetapi juga setiap makhluk hidup di bumi mulai dari mikroorganisme hingga tumbuhan, hewan, dan manusia. Diperkirakan terdapat dua juta hingga duaratus juta spesies yang hidup di dunia ini, semua menyandarkan hidup mereka pada kode genetik yang sama. Bagi saya, hal ini sepertinya begitu luar biasa, namun tetap merupakan suatu fakta tak terbantah. Bagi saya, hal ini benar-benar merupakan bukti dari apa yang saya sebut sebagai "Sesuatu yang Agung".

Setelah kembali dari luar angkasa, Schweickart tergerak untuk berkelana berkeliling dunia dan berbagi emosi mendalam yang telah ia alami dengan sebanyak mungkin orang. Saya pun terinspirasi oleh perasaan yang sama. Kita tidak dapat menjelaskan dengan tepat apakah "Sesuatu yang Agung" ini sebenarnya. Sebagian orang menyebutnya sebagai kekuatan alam; yang lain menyebutnya Tuhan atau Buddha. Kita bebas untuk menyebutnya apapun yang kita inginkan. Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa hidup kita ada berkat karya kekuatan misterius ini.
Tak peduli betapa inginnya kita hidup, jika gen-gen kita berhenti berfungsi, kita tidak akan dapat bertahan sedetik pun. Masa hidup manusia yang mendekati seratus tahun ini adalah suatu pemberian tak ternilai dari Ibu Pertiwi. Jika seseorang memberi Anda satu juta dolar, mungkin Anda akan sangat senang. Mungkin Anda akan sedikit khawatir akan pajak-pajaknya, tetapi tetap saja Anda akan senang. Namun, dibandingkan dengan hadiah kehidupan, satu juta dolar tidak ada artinya.

Kita mengajari anak-anak kita untuk berterima kasih kepada orangtua mereka yang telah mengandung dan merawat mereka selama masa kanak-kanak. Saya pikir, sebagian besar orang menerima logika ini dan merasa berterima kasih. Tetapi karena orangtua kita juga memiliki orangtua yang sekali lagi memiliki orangtua sebelum mereka, sepertinya masuk akal bagi saya bahwa dengan memperpanjang terima kasih kita kembali melalui generasi-generasi yang lalu, pada akhirnya kita akan mencapai orangtua dari seluruh kehidupan. Rasa terima kasih terhadap orangtua kita seharusnya otomatis membawa kita pada rasa terima kasih terhadap mereka yang telah hidup sebelum kita dan oleh karena itu juga terhadap asal mula kehidupan. Walaupun kita tidak dapat melihatnya, berlangsungnya kehidupan yang terus-menerus menunjukkan bahwa kuasa ini ada. Dengan bekerja dalam penelitian genetik, perlahan membuat saya menyadari betapa pentingnya memperhatikan kenyataan bahwa kita hidup di dunia ini berkat adanya keberadaan ini, yang telah mendahului keberadaan kita semua.

kunjungi :
1. http://www.mizan.com/
2. bukukita.com

baca selengkapnya...

Friday, August 17, 2007

Keajaiban Kode Genetik

Cuplikan dari buku The Divine Message of The DNA, Tuhan dalam Gen Kita, Kazuo Murakami, Ph.D., Mizan, 2007.

Selain menyebabkan pembelahan sel dan mentransmisikan sifat-sifat dari orang tua ke anak, gen bekerja tanpa henti pada tingkatan yang jauh lebih langsung. Contohnya, kita tidak akan dapat berbicara tanpa berfungsinya gen kita, yang memainkan peran penting dalam menyaring informasi linguistik dari otak. Perantaraan gen diperlukan untuk mengangkat benda-benda, memainkan piano, atau mengerjakan segala aktivitas lainnya. Bukti bahwa kita tidak berubah menjadi sapi saat kita memakan daging sapi adalah juga diakibatkan oleh gen. Gen terlibat jauh lebih langsung dalam proses-proses kehidupan sehari-hari dibandingkan dengan yang dibayangkan oleh kebanyakan orang.

Sebuah aspek lain yang mengagumkan adalah, walaupun gen sama-sama memiliki prinsip cara kerja yang umum, adanya kemungkinan kombinasi yang tak terhingga memastikan tidak akan pernah ada dua makhluk yang sama persis. Untuk setiap satu orang anak, terdapat tujuh puluh trilliun kombinasi gen yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, perkawinan antara seorang wanita cantik dan seorang lelaki pintar tidak menjamin akan lahirnya seorang genius yang tampan. Seorang aktris cantik pernah dikabarkan melamar George Bernard Shaw karena sang aktris menginginkan seorang anak yang memiliki kencantikannya dan kecerdasan sang lelaki. Penulis sandiwara yang terkenal dengan lelucon-leluconnya yang mengandung sarkasme itu menjawab,"Dan bagaimana jika kita memiliki anak dengan otak seperti Anda dan wajah seperti saya ?"

Anda dapat melihat fakta ini dari persepsi berikut : Anda ada di dunia ini karena kebetulan Anda terpiih dari tujuh puluh triliun kemungkinan yang berbeda. Itu menunjukkan betapa istimewanya Anda.

Namun, ada sebuah potongan teka-teki lain yang menggelitik para ilmuwan seperti diri saya. Siapakah yang pada awalnya menuliskan kode luar biasa ini ? Umat manusia tentunya tidak dapat menciptakan kode genetik ini, namun apakah ini berarti bahwa kode genetik terjadi secara spontan begitu saja ? Toh bahan-bahan baku yang diperlukan untuk membentuk kehidupan banyak terdapat dalam dunia alami.

Menurut pendapat saya, kehidupan tidak mungkin merupakan hasil dari kebetulan saja. Jika hal ini benar, sebuah mobil seharusnya dapat merakit dirinya sendiri secara spontan asalkan seluruh onderdil yang diperlukan telah terkumpul di satu tempat. Kita tahu bahwa hal ini tidak pernah terjadi. Suatu kuasa yang lebih besar tentunya ada di belakang semua ini, sebuah kekuatan yang berada di luar pemahaman manusia.

Selama lebih dari sepuluh tahun, saya telah menyebutkan sebagai "Sesuatu yang Agung". Saya tidak tahu pasti gal apakah sesungguhnya itu, namun tanpanya, kehidupan yang berjalan dengan mulus berdasarkan sebuah cetak biru yang luar biasa luas yang dipadatkan ke dalam sebuah sel mungil ini tidak akan dapat tercipta.

Kemajuan-kemajuan penting telah berhasil diciptakan dalam bidang ilmu kehidupan sehingga kita dapat menangkap misteri-misteri dalam hidup, satu demi satu. Namun, meskipun seluruh tim penerima Hadiah Nobel bekerjasama, mereka masih tidak akan dapat menciptakan satu buah bakteri pun. Menciptakan kehidupan dari awal adalah sesuatu di luar kemampuan kita. Walaupun ada kemajuan teknologi yang luar biasa, kita tidak boleh lupa nahwa kehidupan kita merupakan anugerah dari kekuatan alam yang sungguh hebat. Banyak orang yang beranggapan bahwa "membuat bayi" itu mudah, namun ini adalah cara yang arogan dalam berpikir. Satu-satunya peran yang kita jalankan hanyalah menciptakan kesempatan bagi sebuah kehidupan untuk dilahirkan, dan setelah lahir, memberi kehidupan tersebut nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh. Anak-anak tumbuh alami sesuai dengan prinsip-prinsip kehidupan yang telah tersusun dengan sangat mendetail.

kunjungi penerbit : http://www.mizan.com/

baca selengkapnya...