Photobucket

Friday, December 21, 2007

Liputan Haji 24 Jam di Internet

Informasi, barangkali ada yang belum tahu. Kita bisa lihat siaran langsung (live) pelaksanaan haji di Tanah Suci melalui internet. Masuk aja ke www.islambox.tv, lalu lakukan registrasi gratis di situ. Setelah masuk, pilih channel Saudi 2. Selamat menikmati, siapa tau teman atau saudara kita pas ketangkap kamera di sana.

baca selengkapnya...

Saturday, September 1, 2007

Perkembangan Islam di Tiongkok

Islam berkembang di Tiongkok pada dinasti Tang dan Song, sekitar abad 7-13. Pada awal dinasti Yuan berjaya, agama Islam menjadi kepercayaan independen yang sejalan dengan agama lainnya. Banyak etnis yang menganut Islam. Umumnya mereka dipanggil bangsa Huihui, yaitu etnis-etnis Huihu, Shala, dan Dongxiang.

Tak ketinggalan juga etnis Uighur di Daerah Otonom Uighur Xinjiang yang beralih menganut agama Islam. Etnis Bao’an campuran darah etnis Mongol, Hui, Han, dan Tibet, mengikuti jejak pendahulunya menerima ajaran Islam, di abad ke-17.

Sebagian besar wilayah Tiongkok pada zaman dinasti Yuan dipadati pemukiman warga Muslim. Kala itu, Muslimin sudah tidak lagi dianggap sebagai “suku terasing” selayaknya zaman dinasti Tang dan dinasti Song. Mereka menjadi Muslimin Tiongkok yang mempunyai kesadaran pribumi. Selanjutnya, ekspansi Islam makin melebar seiring bertambahnya populasi Muslim.

Agama Islam memasuki daerah Xinjiang paling awal pada zaman Lima Dinasti China (907 – 960), awal abad ke-10. Kegiatan penyebarannya seiring dengan perkembangan pengaruh agama Islam di kawasan Asia Tengah. Etnis Uigur yang pada zaman kuno disebut Huihe, menjadi salah satu cabang tribe nomandis orang Tujue. Mereka selanjutnya mendirikan Negara Kehan dan mendalami agama Islam.

Mereka menyebarluaskan dengan kekuatan bersenjata. Setelah melalui serentetan aksi militer, akhirnya mengalahkan kekuatan agama Budha di sekitar daerah Yutian – Odan dan menegakkan agama Islam di daerah bagian selatan Xinjiang.

Pasca berdirinya Republik Rakyat China (RRC) turut didirikan pula Perhimpunan Agama Islam, sehingga agama Islam di Tiongkok mengalami perubahan yang baru. Setelah dilaksanakannya reformasi dan keterbukaan terhadap dunia luar, kehidupan agama berbagai etnis Muslim Tiongkok mendapat penghormatan sepenuhnya. Status sosial yang benar-benar sama dan sederajat.

Kini, perkembangan di berbagai bidang agama Islam Tiongkok berjalan dinamis yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Melewati perkembangan selama 1.300 tahun, Islam kini telah menyebar ke lima benua di dunia dan mempunyai sekitar 1 miliar penganut. Atau kira-kira seperlima dari populasi dunia.

Kini Islam menjelma sebagai agama nasional di lebih dari 40 negara dunia, khususnya di banyak negara Asia dan Afrika. Agama Islam mempunyai pengaruh yang menjangkau jauh dunia sosial, politik, dan kultur.

Diambil dari Majalah Komunitas (Media Informasi & Komunikasi PITI Jawa Timur, edisi 34, Agustu 2007.

baca selengkapnya...

Aldo Demeris, Muslim Mantan Pendeta Srilanka

Dari buku Kisah Para Pastur dan Pendeta Yang Masuk Islam, Syaikh Al Husaini Al Muiddi, Pustaka Al Kautsar, Maret 2007. Ditulis kembali dengan pengeditan seperlunya.

Aldo Demeris adalah salah seorang pendeta yang sangat berpengaruh di agama Nasrani, ia juga seorang dai dalam agama Nasrani, di negara Srilanka. Pekerjaannya mengajar anak kecil akidah trinitas dan menanamkan dalam jiwa agar ia mendalaminya dalam pikiran dan akalnya agar ia dapat menjadi seorang Nasrani yang tidak tahu selain Nasrani. Ia juga seorang ahli perbandingan agama, ia juga ahli ekonomi dan perdagangan yang memungkinkan ia pergi ke Arab Saudi yang dari situ mulai cerita ia masuk Islam.

Aldo Demeris menyangka umat Islam adalah orang yang menyembah rembulan. Prasangka itu disebabkan oleh paham yang salah, bahwa umat Islam memakai kalender bulan hijriyah. Ia tidak tahu kalau mereka harus mengetahui awal-awal bulan untuk melakukan kewajiban puasa dan haji. Dengan pemahamannya ia berpendapat bahwa umat Islam menyembah bulan, seperti yang dilakukan penyembah berhala (mungkin akibat pengaruh buku The Islamic Invasion-nya Robert Morey - amanah). Pemikiran ini tumbuh ketika ketika ia berada di lingkungan Nasrani yang fanatik.

Ketika Aldo Demeris di Arab Saudi ia berfikir mengapa orang-orang menutup tokonya dan umat Islam pergi ke masjid ketika azan dikumandangkan untuk shalat. Pemandangan ini telah menariknya dan memberi pengaruh yang dalam pada jiwanya, umat Islam dan betapa mereka memperhatikan agamanya. Juga perlakuan yang baik dari umat Islam pada dirinya, juga karena pengertiannya bahwa Islam adalah agama yang mengajak pada akhlak dan memberikan jaminan pada dunia pada cinta dan kasih sayang dan keadilan. Dari sinilah dirinya condong untuk mengetahui rahasia agamanya.

Ketika perasaan ini semakin kuat, dia tidak cukup dengan bertanya, tapi ia mengambil terjemahan Al Quran agar ia mengetahui segi mukjizat dan balagahnya. Ia dapat merealisasikan cita-citanya setelah ia bertemu dengan salah seorang temannya. Ia meminjamnya dengan senang, ia mempelajarinya sampai azan shubuh, ia mendengar azan. Seorang muazin mengumandangkan azan untuk shalat, maka matanya menangis, ia tidak kuasa kecuali untuk mandi dan shalat seperti yang dilakukan umat Islam.

Aldo harus masuk Islam secara resmi agar ia dapat berziarah ke Makkah dan Madinah, lalu ia menuju salah seorang temannya untuk menunjukkan jalan agar ia masuk Islam dengan cara datang di hakim Syara’ untuk menyatakan bahwa ia masuk Islam dan namanya diganti Muhammad Syarif.

Muhammad Syarif tidak hanya masuk Islam, ia juga mempunyai peran untuk memberi hidayah orang lain agar masuk Islam. Apalagi mereka dulu adalah orang-orang yang telah dinasranikannya, baik dari keluarga atau murid-muridnya. Ia mampu dengan sabar untuk berdialog dengan tenang, sehingga mampu menyadarkan banyak orang dan kerabatnya, bahwa Islam adalah agama benar, juga temannya yang seorang pendeta.

Yang penting diperhatikan adalah bahwa pendalamannya tentang agama Nasrani sangat membantunya dalam menyadarkan orang, hingga akhirnya orang tersebut mendapat petunjuk Allah. Ia menjelaskan – setelah Allah memberi hidayah padanya – bahwa penjelasan Al Quran seputar Isa Alaihissalam dapat diterima akal dan logika.

Ia melihat bahwa dakwah Islam membutuhkan banyak hal, contohnya, buku-buku cetakan yang mengajak pada agama Allah sangat minim jumlahnya, padahal menurut pengalamannya ketika masih menjadi dai Nasrani, sangat banyak buku Nasrani yang telah diterbitkan.

Ia juga berpendapat bahwa dai harus rela bercampur di antara bangsa-bangsa, untuk menjelaskan hakikat Islam dan keistimewaanya, meluruskan anggapan-anggapan salah dari negara nonmuslim, yang telah terpengaruh para misionaris. Karena, secara logika, tidak mungkin kita mengajak orang masuk suatu agama sementara ia yakin bahwa agama itu jelek.

Dari situ Muhammad Syarif berharap secepatnya ada spolitik dalam dakwah Islam. Bagaimana bahwa agama yang benar menurut Allah adalah Islam, menjelaskan hakikat Isa Alaihissalam sebagai Nabi dan Rasul. Umat Islam sangat menghormati Nabi Isa Alaihissalam sebagai Nabi. Ibunya Maryam juga termasuk tokoh ahli surga.

Ia juga menjelaskan bagian yang penting yang ditanggung oleh umat Islam yang kaya. Ia menganjurkan mereka agar mencetak terjemahan Al Quran dan kitab-kitabnya yang menjelaskan akidah Islam dan kitab-kitab yang membantu dakwah dengan bermacam-macam bahasa, karena banyak orang yang tidak kenal Islam dan ajarannya, sehingga menjadi pengkalang dalam memahami Islam.

Ia menjelaskan, hal yang harus diperhatikan oleh umat Islam yang kaya, yaitu bahwa kegiatan misionaris itu mendapat dukungan dari orang-orang Nasrani yang kaya.

Kunjungi penerbit : Pustaka Kautsar

baca selengkapnya...

Thursday, August 30, 2007

Paspor dan Uang Palsu dari Isreal

Merupakan cuplikan dari novel Ketika Cinta Bertasbih, Habiburahman El Shirazy, Republika-Basmala, Maret 2007. Bagian ini saya cuplik karena memuat informasi mengenai strategi Israel. Walaupun merupakan sekedar novel, namun saya yakin, penulis tidak asal menulis. Pastilah isinya didasarkan kepada fakta yang terpercaya. Saya telah membaca yang episode 1, dan kini sedang menunggu penerbitan episode 2. Ceritanya bagus, sekelas dengan Ayat-ayat Cinta. Berikut ini cuplikan yang saya maksud.

... “Bagaimana dia bisa mendapatkan paspor-paspor ini ?” tanya Furqan lugu.

“Ya tentu saja Israel. Paspor-paspor itu ‘palsu tapi asli’.”

“Maksud kolonel dengan ‘palsu tapi asli’ bagaimana ?”

“Paspor itu sesungguhnya palsu. Karena yang mengeluarkan bukan negara asalnya tapi yang mengeluarkan sebenarnya adalah Mosad Israel. Tapi asli, artinya bahkan negara aslinya pun akan mengakui itu asli. Sebab tidak bisa dibedakan dengan yang asli. Jenis kertasnya sama. Semuanya sana. Kau harus tahu, Israel memiliki semua jenis kertas yang digunakan untuk membuat uang di seluruh dunia. Juga memiliki semua jenis kertas yang digunakan untuk membuat paspor di seluruh dunia. Israel juga memiliki teknologi untuk membuat uang dan paspor yang sama persis dengan yang ada di seluruh dunia. Inilah rahasia yang berhasil kami kuak. Maka kita harus hati-hati. Dengan membuat uang palsu, tapi benar-benar tidak bisa dibedakan dengan yang asli, Israel bisa merusak ekonomi suatu negara. Krisis Asia Tenggara dalam analisis kami tak bisa dilepaskan dari rekayasa Israel.”

Kolonel Fuad memberikan penjelasan panjang lebar. Furqan jadi sangat mafhum. Jika untuk membuat paspor di seluruh dunia adalah begitu mudah bagi Mosad Isreal, maka untuk sekedar mengetahui identitas dirinya dan membuka kamar hotelnya bukanlah pekerjaan susah.

baca selengkapnya...

Sunday, August 26, 2007

Amru bin Ash Menaklukkan Romawi di Mesir


Masih dari buku Di Atas Sajadah Cinta.

Untuk membuka negeri Mesir, Khalifah Umar Bin Khattab ra. Mengirim pasukan perang yang dipimpin oleh Amru bin Ash ra. Setelah melakukan perjalanan panjang akhirnya tibalah pasukan kaum muslimin di Mesir. Panglima Amri bin Ash membangun markasnya di dekat benteng pasukan Romawi yang saat itu menjajah Mesir.

Suatu hari Panglima Romawi mengirim utusan untuk menemui Panglima Amru bin Ash. Utusan itu menyampaikan pesan bahwa panglimanya mengundang Amru bin Ash untuk berunding.

Panglima Romawi sudah sepakat dengan seluruh pasukannya hendak membunuh Amru bin Ash, pada saat Amru hendak kembali pulang ke markasnya. Beberapa tentara telah bersiap di atas benteng. Begitu Amru keluar dari benteng usai perundingan, mereka akan menghujaninya dengan batu cadas.

Amru bin Ash memenuhi undangan itu dan menemui panglima Romawi. Lalu mengadakan perundingan dengannya. Karena tidak menemui kesepakatan Amru minta diri. Ketika ia berjalan untuk keluar benteng, sudut matanya menangkap gerakan aneh di atas benteng. Ia mendapat firasat yang tidak baik. Otaknya langsung bergerak cepat. Ia mendapatkan jalan keluar. Ia pura-pura mengingat sesuatu lalu kembali menemui panglima Romawi, dan berkata,

"Aku punya ide, di markasku ada sekumpulan sahabat Rasulullah saw., diantaranya adalah Khalifah Umar bin Khattab ra. Kami selalu meminta petunjuk Umar dalam melangkah. Bagaimana kalau Anda langsung berbicara dengannya ?"

Panglima Romawi itu bertanya, "Benarkah dia bersama kalian saat ini ?"

"Ya. Aku ini datang ke sini menemuimu juga atas persetujuannya. Bagaimana pendapatmu ? Aku jemput saja dia untuk datang ke sini agar dia bisa langsung berbincang denganmu."

Mendengar hal itu Panglima Romawi senang sekali. Dalam otaknya ada satu pemikiran, "Jika Umar ada di dalam pasukan kaum Muslimin, maka membunuh Amru bin Ash tidak ada artinya. Karena meskipun Amru mati, Umar bisa langsung memimpin kendali. Tapi jika Umar datang ke benteng ini dan bisa dibunuh, maka ini akan sangat bermanfaat agi Romawi. Kekuatan kaum Muslimin akan mengendor. Dan daerah-daerah yang direbut mereka seperti Syam dan Palestina bisa direbut kembali. Hemm, jika tadi aku akan membunuh seorang panglima saja, maka aku akan membunuh khalifahnya."

Panglima Romawi itu lalu memberikan isyarat kepada semua pasukannya untuk membiarkan Amru pulang dengan selamat. Amru pulang dengan diantar panglima Romawi itu hingga di luar gerbang, dengan harapan tak lama lagi Umar akan datang ke dalam bentengnye. Dan jika Umar datang ke bentengnya pastilah akan diikuti para pembesar kaum Muslimin. Dengan begitu sangat mudah sekali untuk membunuh mereka sekaligus.

Amru kembali ke markasnya. Lalu mengumpulkan seluruh tentaranya. Ia mengatur rencana matang penyerangan benteng itu. Dalam waktu yang singkat selama ia ada di dalam benteng, ia bisa menguasai peta benteng Romawi. Di mana gudang senjatanya. Letak pasukan pemanah. Tempat panglima. Gudang makanan. Bagaimana pintu itu bisa didobrak. Juga titik-titik kelemahannya. Dalam hal berperang, kecerdikan dan kecerdasan Amru memang telah teruji sejak zaman jahiliyah sebelum ia masuk Islam.

Pagi harinya, Amru melakukan penyerangan besar-besaran. Pintu benteng bisa dijebol. Ribuan pasukan Muslimin membanjiri benteng. Akhirnya benteng itu bisa dikuasai dan pasukan Romawi menyerah kalah. Setelah itu dalam waktu singkat seluruh negeri Mesir bisa dikuasai kaum Muslimin. Kedatangan kaum Muslimin disambut gembira oleg rakyat Mesir. Sebab mereka datang tidak sebagai penjajah sebagaimana bangsa Romawi, tetapi sebagai saudara yang saling menyayangi. Dengan keluhuran budi, kaum Muslimin bisa menarik rakyat Mesir untuk masuk agaman Islam. Dan dalam waktu yang singkat Islam menjadi darah daging rakyat Mesir.


baca selengkapnya...

Friday, August 24, 2007

Imam Hasan Al Bashri dan Tetangga Nasrani

Salah satu kisah dari buku Di Atas Sajadah Cinta, Habiburrahman El Shirazy, Republika-Basmala-MD, Mei 2007.

Imam Hasan Al Bashri adalah seorang ulama tabi'in terkemuka di kota Basrah, Irak. Beliau dikenal sebagai ulama yang berjiwa besar dan mengamalkan apa yang beliau ajarkan. Beliau juga dekat dengan rakyat kecil dan dicintai oleh rakyat kecil.

Imam Hasan Al Bashri memiliki seorang tetangga nasrani. Tetangganya ini memiliki kamar kecil untuk kencing di loteng di atas rumahnya. Atap rumah keduanya bersambung menjadi satu. Air kencing dari kamar kecil tetangganya itu merembes dan menetes ke dalam kamar Imam Hasan Al Bashri. Namun beliau sabar dan tidak mempermasalahkan hal itu sama sekali. Beliau menyuruh istrinya meletakkan wadah untuk menadahi tetesan air kencing itu agar tidak mengalir ke mana-mana.

Selama dua puluh tahun hal itu berlangsung dan Imam Hasan Al Bashri tidak membicarakan atau memberitahukan hal itu kepada tetangganya sama sekali. Dia ingin benar-benar mengamalkan sabda Rasulullah SAW. "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya."

Suatu hari Imam Hasan Al Bashri sakit. Tetangganya yang nasrani itu datang ke rumahnya menjenguk. Ia merasa aneh melihat ada air menetes dari atas di dalam kamar sang Imam. Ia melihat dengan seksama tetesan air yang terkumpul dalam wadah. Ternyata air kencing. Tetangganya itu langsung mengerti bahwa air kencing itu merembes dari kamar kecilnya yang ia buat di atas loteng rumahnya. Dan yang membuatnya bertambah heran kenapa Imam Hasan Al Bashri tidak bilang padanya.

"Imam, sejak kapan Engkau bersabar atas tetesan air kencing kami ini ?" tanya Si Tetangga.

Imam Hasan Al Bashri diam tidak menjawab. Beliau tidak mau membuat tetangganya merasa tidak enak. Namun ...

"Imam, katakanlah dengan jujur sejak kapan Engkau bersabar atas tetesan air kencing kami ? Jika tidak kau katakan maka kami akan sangat tidak enak," desak tetangganya.

"Sejak dua puluh tahun yang lalu," jawab Imam Hasan Al Bashri dengan suara parau.

"Kenapa kau tidak memberitahuku ?"

"Nabi mengajarkan untuk memuliakan tetangga, belaiu bersabda, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya !"

Seketika itu Si Tetangga langsung mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia dan seluruh keluarganya masuk Islam.

baca selengkapnya...

Herman Halim, Mualaf dari Bank Maspion

Diambil dari kumpulan kisah mualaf tabloid Nurani, yang diterbitkan ke dalam buku Hidayah Allah untuk Para Pendeta, JP Books, Surabaya, Maret 2007.

Allah memang berhak untuk membuka hati siapa saja untuk menerima ajaran Islam secara kaffah. Begitu juga dengan Herman Halim, Presdir Bank Maspion ini terbuka hatinya dan memutuskan untuk menjadi Muslim. “Saya masuk Islam Tanggal 27 Agustus. Saya bersyahadat di Masjid Ceng Hoo Surabaya dan disaksikan oleh banyak orang,” tuturnya kepada NURANI saat ditemui di kantornya.

Herman menerangkan bahwa saat dirinya bersyahadat, ia tidak disertai dengan keluarganya. “Saya berangkat ke sana sendiri. Untungnya, teman saya di PITI Masjid Ceng Hoo banyak. Jadi sudah dipersiapkan. Bahkan Pak Ali Markus, memberikan selamat ketika saya sudah bersyahadat,” terangnya sambil tersenyum.

Saat ditanya tentang tanggapan keluarga ketika dirinya menjadi Muslim, Herman Halim menerangkan bahwa pihak keluarga sebenarnya mengkritik, namun tidak berani secara frontal. “Setahu saya, mereka hanya berani mengkritik atau menyindir. Mereka tidak berani bertanya secara frontal. Mungkin karena saya saudara tertua. Jadi mereka segan dengan saya,” ungkapnya.

Ditanya soal ketertarikannya kepada Islam, pemilik nama Lim Xiao Ming ini mengatakan bahwa dirinya mengenal Islam sejak enam tahun lalu, dari kesukaannya membaca buku-buku agama. “Saya memang senang membaca segala buku agama, mulai dari agama Budha, Kong Hucu, Kristen, dan Islam,” terangnya.

Ayah dua anak ini mengatakan bahwa dari kesukaannya membaca buku-buku agama inilah dia mulai menyerap intisari dari agama. “Dari pembacaan dan perenungan semua intisari agama yang saya serap, bahwa semua agama itu benar dan mengajarkan kebaikan (namanya juga mualaf – amanah). Cuma penyampaiannya bermacam-macam,’ terangnya

Setelah merenung sekian lama, akhirnya pimpinan Bank Maspion ini memilih Islam menjadi keyakinannya setelah ia memeluk agama Kristen. “Saya melihat Islam adalah agama terakhir, dan ia mengambil dari semua intisari agamayang telah ada. Sehingga ajaran Islam begitu lugas dan mudah diserap secara kaidah,” terangnya.

Ketika ditanya tentang latar belakang agama keluarga Herman Halim, ia menjelaskan bahwa keluarganya memeluk beberapa agama. “Dalam keluarga saya tidak fanatik memeluk satu agama. Saya dulu agamanya Kristen. Sedangkan saudara saya ada yang Budha ada juga yang Kong Hucu. Malah, istri saya beragama Budha,” terangnya.

Sikap inilah yang dipegang teguh Herman Halim dalam membentuk karakter keluarganya. Bahkan soal menganut agama, ia tidak pernah memaksakan kepada kedua anaknya. “Anak saya, saya bebaskan dalam memilih agama. Saya tidak pernah melarang hal itu,” ujarnya.

Terpengaruh Anak
Ketertarikan Herman Halim akan Islam memang berangkat dari perenungan panjang. Namun, ia mengaku lebih banyak dipengaruhi Andrew anak keduanya. Awalnya Herman Halim keget dan menanyakan tentang keinginan anak keduanya memeluk agama Islam. Namun, Andrew bisa meyakinkan ayah dan keluarganya tentang niatnya menjadi Muslim.

“Apa perbedaannya dengan agama yang kamu yakini selama ini ?” tanya Herman Halim kepada Andrew saat itu. “Saya pernah mencoba memeluk beberapa agama. Namun Islamlah yang membuat saya lebih tenang dan pas. Dan saya bisa lebih gampang menangkap ajaran Islam daripada yang lain,” ujar Herman yang menirukan pendapat Andrew.

Dari diskusi antara anak dan ayah inilah, Herman terus mencari dan mencari jawaban atas argumen yang dikemukakan oleh Andrew. “Saya mengenal Islam lebih banyak setelah Andrew menerangkan kepada saya dan keluarga tentang ajaran Islam sesungguhnya,” ujarnya.

“Saya juga heran, padahal ia sejak kecil sudah ada di Australia. Namun ia begitu kuat saat menerangkan tentang bagaimana ajaran Islam,” tambahnya. Herman menerangkan, dalam menjelaskan agama Islam, Andrew Halim ini membawa Al Quran dan Injil. “Ia membandingkan antara ayat per ayat. Bahkan, beberapa dari paman dan bibinya tidak bisa menyela dan menjawab pertanyaan Andrew,” terangnya.

Dari pertemuan antara Andrew dan keluarga yang juga dihadiri oleh Herman Halim itulah akhirnya wacana tentang kebenaran Islam mulai terungkap. “Sejak itu saya jadi tekun belajar Islam. Saya baca Al Quran yang terjemahan dari Bahasa Inggris dan Tionghoa. Saya terus mencari apa yang dikatakan Andrew,” terangnya.

Menurut Herman Halim, Andrew bukan tipe orang yang mudah percaya dengan sesuatu. “Andrew itu, untuk percaya dan yakin biasanya sudah melalui penelitian dan perbandingan antara baik dan buruknya,” terangnya.

Makanya, Herman Halim yakin bahwa apa yang diyakini anaknya adalah suatu kebenaran yang pasti. “Saat saya beritahu saya menjadi Muslim, ia begitu senang. Ia menyebut lafal Allahu Akbar berulang-ulang. Ia begitu senang saya masuk Islam,” paparnya.

Lebih Tenang
Herman Halim saat ini mengaku lebih tenang batinnya setelah mengucapkan dua kalimat Syahadat. “Pertama kali saya melaksanakan salat, hati saya rasanya tenteram dan damai. Tidak pernah saya merasakan hal seperti ini sebelumnya. Meski saya tidak fasih cara melafalkan Arabnya, namun saya tahu arti Bahasa Indonesianya,” paparnya sembari memejamkan mata.

“Saat salat hati saya damai, sehingga bisa melepas kejenuhan dan stres saat bekerja. Saya lebih mantap dalam mengerjakan tugas-tugas kerja,” tambahnya.

Yang paling menarik bagi bagi pemilik nama asli Lim Xiao Ming ini dalam mempelajari Islam adalah cara menghafal bacaan salat. “Kalau salatnya sih sudah bisa dipelajari. Tapi kalau melafalkannya, ini saya masih kaku. Butuh waktu yang banyak,” ujarnya. “Kalau lupa bacaannya, bukunya saya baca, lalu saya kembalikan lagi. Lucu pokoknya kalau melihat saya belajar salat,” tambahnya sambil tertawa.

Namun, Bapak dari Albert Halim dan Andrew Halim ini tidak menyerah. Ia bertekad untuk bisa melafalkan bacaan Al Quran serta belajar membaca Al Quran. “Saya berencana mendatangkan guru privat Bahasa Arab. Dan saya ingin sekali bisa melafalkan bacaan salat,” niatnya.

Kunjungi Tabloid NURANI

baca selengkapnya...

Tuesday, August 21, 2007

Wahyu Suparno Putro, Dale Collin Smith

Diambil dari kumpulan kisah mualaf tabloid Nurani, yang diterbitkan ke dalam buku Hidayah Allah untuk Para Pendeta, JP Books, Surabaya, Maret 2007.

Hidayah datang lewat berbagai cara. Seperti yang dialami oleh komedian bule Wahyu Suparno Putro Dale Collin Smith. Pria berdarah Scotlandia namun berkewarganegaraan Australia ini mengaku memeluk Islam lantaran ingin mengerjakan Salat Tarawih setelah ikut berpuasa Ramadan. Berikut kisahnya.

Tahun 1994 saya bekerja di Jogjakarta. Waktu itu saya dikontrak oleh sebuah penerbangan swasta di Indonesia, di bagian manajemen. Saat itu saya belum berkecimpung di dunia seni peran seperti sekarang ini. Kala itu saya beragama Budha. Dalam ajaran Budha kita diharuskan untuk belajar bertoleransi. Selama di Jogjakarta saya banyak bertemu dengan orang-orang yang beragama Islam. Saya kadang suka ikutan puasa bersama mereka saat Ramadan tiba. Alhamdulillah saya puasa full lho selama Bulan Ramadan itu.

Senang bisa puasa dan berbuka puasa bersama-sama mereka. Hanya saja saya merasa ada sedikit yang kurang dalam melaksanakan semua itu. Karena saya tidak bisa menjalani Salat Maghrib dan Salat Tarawih bersama teman-teman saya itu. Apa yang saya kerjakan terhenti begitu waktu berbuka puasa tiba. Hal itu berlangsung sampai tiga tahun lamanya.

Bangun Subuh
Selain itu, saya juga mengalami kejadian yang terbilang berbeda pula. Setiap hari saya selalu terbangun ketika azan Subuh berkumandang. Itu terjadi setiap hari tanpa terkecuali. Peristiwa itu akhirnya saya tanyakan kepada bapak angkat saya. Kebetulan ketika saya mulai tinggal di Jogja, saya bertemu dengan seorang bapak yang akhirnya saya anggap seperti ayah sendiri. Jadi kalau saya ada apa-apa biasanya bertanya kepadanya.

Waktu itu dia menyarankan saya untuk menanyakan hal itu kepada seorang ustadz yang biasa dipanggil Pak Haji, yang tinggal di belakang rumah saya. Saat itu Pak Haji bilang kalau kita terbiasa bangun subuh tanpa memakai jam beker, berarti malaikat mulai dekat dengan kita. Sehingga kita suka terbangun ketika subuh tiba. Dari situlah saya akhirnya mulai banyak belajar tentang Islam.

Lebih Tenang
Saya belajar Al Quran dari Pak Haji. Setelah saya merasa benar-benar mantap, akhirnya saya masuk Islam. Bukan berarti dalam agama Budha saya tidak merasa tenang, tetapi saya merasakan kalau ajaran Budha lebih mirip prinsip hidup daripada agama. Sementara Islam mengajari hubungan vertikal antara hamba dengan Tuhannya. Jadi inilah yang membuat saya merasa cocok dan merasakan adanya ketenangan setelah mempelajari Islam.

Kalau ditanya, kenapa saya beragama Budha bukannya Kristen. Itu mungkin disebabkan karena saya lebih tertarik dengan Budha. Kebetulan kedua orang tua saya tidak beragama. Mereka menyerahkan urusan agama kepada saya, mana yang saya rasa cocok ya silakan dipeluk. Dulu sewaktu saya berumur sekitar sepuluh tahunan, di sekolah saya banyak mendapatkan cerita tentang Gandhi. Beliau pribadi yang penuh kasih. Dan saya memang menyukai pribadi orang yang seperti itu. Saya tipe orang yang tidak bisa menyakiti orang. Saya tidak menyukai peperangan dan memukul orang. Waktu itu saya berpikir misi Budha cocok untuk saya. Makanya saya pilih Budha (Nyambung nggak ya sama Gandhi ? – amanah).

Tapi selama itu saya merasa ada sesuatu yang kurang dalam jiwa saya. Dan sekarang saya sudah dewasa dan jauh lebih matang. Jadi melihat segala sesuatunya tidak serba hitam putih saja. Namun ada sisi yang lain. Saya tidak langsung menurut dan terpengaruh atas apa yang saya baca. Saya melakukan sesuatu aras panggilan jiwa bukan hitam putih lagi.

Masuk Islam
Saya masuk Islam sekitar tahun 1999 di Jogjakarta, di sebuah mushola di belakang rumah saya. Sewaktu saya berikrar masuk Islam, saya sempat ditanya mengapa saya masuk Islam. Saya jelaskan kalau itu panggilan jiwa saya. Mereke bertanya seperti itu karena di sana baru saja terjadi suatu peristiwa, di mana terdapat suau kelompok orang yang masuk Islam, tapi belakangan diketahui dia masuk Islam dengan tujuan untuk merusak Islam dari dalam. Mereka bertanya apakah apakah saya termasuk kelompok itu. Ya saya jawab bukan, karena saya juga baru mendengar ada kejadian sepert itu untuk pertama kalinya. Saya katakan saya masuk Islam dari hati nurani. Sewaktu saya membaca shahadat saya terharu sekali, sampai menitikkan air mata. Saya merasa seperti ada yang menyentuh kepala saya.

Saya diberi nama muslim Wahyu oleh ayah angkat saya. Waktu itu saya meminta untuk tidak diberi nama Muhammad, karena hampir semua orang bule yang masuk Islam namanya Muhammad. Saya ingin berbeda. Saya juga mencantumkan nama bapak angkat saya Suparno di belakang nama Wahyu, untuk menghormati beliau.

Kebetulan kedua orang tua saya sudah meninggal dunia semua. Jadi saya sudah menganggap beliau seperti orang tua saya sendiri. Mereka tinggal di Jogjakarta saat ini. Setiap lebaran tiba, saya pasti merayakannya bersama mereka. Kini keinginan saya hanya satu, ingin bisa memberangkatkan haji keduanya. Setelah keduanya bisa berhaji, barulah saya mempersiapkan diri untuk berhaji. []

baca selengkapnya...

Saturday, August 18, 2007

Merasakan Adanya Kehadiran Tuhan

Cuplikan ke-2 dari The Divine Message of The DNA, Kazuo Murakami,Ph.D., Mizan, tahun 2007.

Saya pernah menghabiskan beberapa hari di sebuah hotel yang sama dengan Russel L. Schweickart, dan kami mendapat banyak kesempatan untuk mengobrol. Sebagai seorang astronot Amerika dan anggota kru Apollo 9, ia pun berbagi pengalamannya di luar angkasa. Saya paling terkesan dengan salah satu komentarnya, yang intinya sebagai berikut : "Bumi jika dilihat dari luar angkasa tidak hanya indah; tetapi bahkan tampak seperti hidup. Jika menatapnya, saya merasakan diri saya terhubung dengan kehidupan itu; saya merasa bahwa keberadaan saya ini sungguh berkat adanya bumi. Pengalaman itu begitu menggerakkan hati sehingga saya tidak dapat menjelaskannya dengan kata-kata."

Walau secara intelektual kita mungkin tahu bahwa bumi itu hidup, hal ini bukanlah sesuatu yang biasanya kita sadari dalam kehidupan sehari-hari. Schweickart tertegun disebabkan kesadaran ini saat melihat bumi dari sudut pandang makrokosmik luar angkasa. Serupa dengannya, saya pun terinspirasi oleh ketakjuban dan kekaguman yang sama ketika saya melihat mikrokosmos, yaitu dunia yang terkandung dalam gen kita.

Semakin banyak yang saya ketahui tentang gen, semakin saya mengakui kehebatannya. Gen kita, yang terkandung di dalam nukleus sel yang begitu kecil sehingga tidak dapat terlihat, memiliki tiga miliar kombinasi dari empat huruf kimia yang berpasang-pasangan secara sempurna, A dengan T, dan C dengan G. Informasi yang begitu besar jumlahnya inilah yang menjaga kita tetap hidup - dan tidak hanya kita, tetapi juga setiap makhluk hidup di bumi mulai dari mikroorganisme hingga tumbuhan, hewan, dan manusia. Diperkirakan terdapat dua juta hingga duaratus juta spesies yang hidup di dunia ini, semua menyandarkan hidup mereka pada kode genetik yang sama. Bagi saya, hal ini sepertinya begitu luar biasa, namun tetap merupakan suatu fakta tak terbantah. Bagi saya, hal ini benar-benar merupakan bukti dari apa yang saya sebut sebagai "Sesuatu yang Agung".

Setelah kembali dari luar angkasa, Schweickart tergerak untuk berkelana berkeliling dunia dan berbagi emosi mendalam yang telah ia alami dengan sebanyak mungkin orang. Saya pun terinspirasi oleh perasaan yang sama. Kita tidak dapat menjelaskan dengan tepat apakah "Sesuatu yang Agung" ini sebenarnya. Sebagian orang menyebutnya sebagai kekuatan alam; yang lain menyebutnya Tuhan atau Buddha. Kita bebas untuk menyebutnya apapun yang kita inginkan. Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa hidup kita ada berkat karya kekuatan misterius ini.
Tak peduli betapa inginnya kita hidup, jika gen-gen kita berhenti berfungsi, kita tidak akan dapat bertahan sedetik pun. Masa hidup manusia yang mendekati seratus tahun ini adalah suatu pemberian tak ternilai dari Ibu Pertiwi. Jika seseorang memberi Anda satu juta dolar, mungkin Anda akan sangat senang. Mungkin Anda akan sedikit khawatir akan pajak-pajaknya, tetapi tetap saja Anda akan senang. Namun, dibandingkan dengan hadiah kehidupan, satu juta dolar tidak ada artinya.

Kita mengajari anak-anak kita untuk berterima kasih kepada orangtua mereka yang telah mengandung dan merawat mereka selama masa kanak-kanak. Saya pikir, sebagian besar orang menerima logika ini dan merasa berterima kasih. Tetapi karena orangtua kita juga memiliki orangtua yang sekali lagi memiliki orangtua sebelum mereka, sepertinya masuk akal bagi saya bahwa dengan memperpanjang terima kasih kita kembali melalui generasi-generasi yang lalu, pada akhirnya kita akan mencapai orangtua dari seluruh kehidupan. Rasa terima kasih terhadap orangtua kita seharusnya otomatis membawa kita pada rasa terima kasih terhadap mereka yang telah hidup sebelum kita dan oleh karena itu juga terhadap asal mula kehidupan. Walaupun kita tidak dapat melihatnya, berlangsungnya kehidupan yang terus-menerus menunjukkan bahwa kuasa ini ada. Dengan bekerja dalam penelitian genetik, perlahan membuat saya menyadari betapa pentingnya memperhatikan kenyataan bahwa kita hidup di dunia ini berkat adanya keberadaan ini, yang telah mendahului keberadaan kita semua.

kunjungi :
1. http://www.mizan.com/
2. bukukita.com

baca selengkapnya...

Friday, August 17, 2007

Keajaiban Kode Genetik

Cuplikan dari buku The Divine Message of The DNA, Tuhan dalam Gen Kita, Kazuo Murakami, Ph.D., Mizan, 2007.

Selain menyebabkan pembelahan sel dan mentransmisikan sifat-sifat dari orang tua ke anak, gen bekerja tanpa henti pada tingkatan yang jauh lebih langsung. Contohnya, kita tidak akan dapat berbicara tanpa berfungsinya gen kita, yang memainkan peran penting dalam menyaring informasi linguistik dari otak. Perantaraan gen diperlukan untuk mengangkat benda-benda, memainkan piano, atau mengerjakan segala aktivitas lainnya. Bukti bahwa kita tidak berubah menjadi sapi saat kita memakan daging sapi adalah juga diakibatkan oleh gen. Gen terlibat jauh lebih langsung dalam proses-proses kehidupan sehari-hari dibandingkan dengan yang dibayangkan oleh kebanyakan orang.

Sebuah aspek lain yang mengagumkan adalah, walaupun gen sama-sama memiliki prinsip cara kerja yang umum, adanya kemungkinan kombinasi yang tak terhingga memastikan tidak akan pernah ada dua makhluk yang sama persis. Untuk setiap satu orang anak, terdapat tujuh puluh trilliun kombinasi gen yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, perkawinan antara seorang wanita cantik dan seorang lelaki pintar tidak menjamin akan lahirnya seorang genius yang tampan. Seorang aktris cantik pernah dikabarkan melamar George Bernard Shaw karena sang aktris menginginkan seorang anak yang memiliki kencantikannya dan kecerdasan sang lelaki. Penulis sandiwara yang terkenal dengan lelucon-leluconnya yang mengandung sarkasme itu menjawab,"Dan bagaimana jika kita memiliki anak dengan otak seperti Anda dan wajah seperti saya ?"

Anda dapat melihat fakta ini dari persepsi berikut : Anda ada di dunia ini karena kebetulan Anda terpiih dari tujuh puluh triliun kemungkinan yang berbeda. Itu menunjukkan betapa istimewanya Anda.

Namun, ada sebuah potongan teka-teki lain yang menggelitik para ilmuwan seperti diri saya. Siapakah yang pada awalnya menuliskan kode luar biasa ini ? Umat manusia tentunya tidak dapat menciptakan kode genetik ini, namun apakah ini berarti bahwa kode genetik terjadi secara spontan begitu saja ? Toh bahan-bahan baku yang diperlukan untuk membentuk kehidupan banyak terdapat dalam dunia alami.

Menurut pendapat saya, kehidupan tidak mungkin merupakan hasil dari kebetulan saja. Jika hal ini benar, sebuah mobil seharusnya dapat merakit dirinya sendiri secara spontan asalkan seluruh onderdil yang diperlukan telah terkumpul di satu tempat. Kita tahu bahwa hal ini tidak pernah terjadi. Suatu kuasa yang lebih besar tentunya ada di belakang semua ini, sebuah kekuatan yang berada di luar pemahaman manusia.

Selama lebih dari sepuluh tahun, saya telah menyebutkan sebagai "Sesuatu yang Agung". Saya tidak tahu pasti gal apakah sesungguhnya itu, namun tanpanya, kehidupan yang berjalan dengan mulus berdasarkan sebuah cetak biru yang luar biasa luas yang dipadatkan ke dalam sebuah sel mungil ini tidak akan dapat tercipta.

Kemajuan-kemajuan penting telah berhasil diciptakan dalam bidang ilmu kehidupan sehingga kita dapat menangkap misteri-misteri dalam hidup, satu demi satu. Namun, meskipun seluruh tim penerima Hadiah Nobel bekerjasama, mereka masih tidak akan dapat menciptakan satu buah bakteri pun. Menciptakan kehidupan dari awal adalah sesuatu di luar kemampuan kita. Walaupun ada kemajuan teknologi yang luar biasa, kita tidak boleh lupa nahwa kehidupan kita merupakan anugerah dari kekuatan alam yang sungguh hebat. Banyak orang yang beranggapan bahwa "membuat bayi" itu mudah, namun ini adalah cara yang arogan dalam berpikir. Satu-satunya peran yang kita jalankan hanyalah menciptakan kesempatan bagi sebuah kehidupan untuk dilahirkan, dan setelah lahir, memberi kehidupan tersebut nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh. Anak-anak tumbuh alami sesuai dengan prinsip-prinsip kehidupan yang telah tersusun dengan sangat mendetail.

kunjungi penerbit : http://www.mizan.com/

baca selengkapnya...

Sunday, July 22, 2007

Ingin Melihat Tuhan

Ini Bab Kedua dari buku Gene Netto (mualaf) "Mencari Tuhan, Menemukan Allah" yang sedang ditulisnya. Insya Allah sebentar lagi terbit.

Saya dibesarkan di sebuah negara yang penuh dengan orang Kristen. Hampir semua teman saya di sekolah beragama Kristen. Akan tetapi, sebagian besar dari mereka bisa dikatakan “Kristen KTP” yaitu, mereka mengakui agamanya tetapi tidak ke gereja dan tidak membaca Al Kitab. Di antara anak–anak yang lain ada yang merasa sebagai orang ateis dan ada juga orang agnostik.

Orang ateis tidak percaya pada Tuhan sama sekali. Banyak dari mereka yang mengikuti ajaran evolusi Charles Darwin dengan menyatakan bahwa manusia berasal dari kera. Keberadaan manusia di bumi ini dianggap suatu kebetulan saja.

Artinya agnostik itu adalah orang yang tidak mau menyatakan Tuhan itu ada dan juga tidak mau menyatakan bahwa Tuhan itu tidak ada. Mereka adalah orang yang sedang menunggu bukti bahwa Tuhan ada. Kalau mereka mendapatkan bukti, mereka akan percaya. Untuk sementara, karena tidak ada bukti yang memuaskan, mereka diam saja dan tidak mengikuti suatu agama yang tertentu. Kalau orang tersebut dinamakan ateis, mereka tidak akan setuju karena orang ateis merasa yakin bahwa Tuhan tidak ada, padahal orang agnostik belum siap menyatakan Tuhan tidak ada.

Pada saat saya masih muda, saya merasa cukup yakin bahwa Tuhan tidak ada, tetapi sebenarnya saya terbuka untuk menerima bukti-bukti tentang keberadaan Tuhan kalau memang ada. Saya banyak bertanya-tanya tentang agama yang saya ketahui, yaitu agama Katolik. Pertanyaan-pertanyaan saya itu tidak terjawab dengan baik dan hal itu membuat saya lebih bingung lagi. Karena tidak ada bukti yang memuaskan, maka saya merasa terpaksa untuk tidak percaya kepada Tuhan.

Pada saat saya bertanya, jawaban yang diberikan tidak masuk akal. Atau jawaban yang diberikan kurang lengkap menurut saya dan setelah mendapatkan jawaban tersebut, justru pertanyaan baru akan muncul dan pertanyaan baru inilah juga tidak dijawab dengan baik. Pada saat saya memaksa untuk bertanya terus kepada nenek saya, saya diancam: “Kalau Paus tahu kamu bertanya-tanya tentang agama, kamu bisa dikeluarkan dari agama Katolik dan kamu akan masuk neraka. Percaya saja pada pastor. Tidak usah banyak bertanya!” Ternyata Paus berhak untuk menyatakan bahwa saya bukan orang Katolik lagi karena saya bertanya tentang agama. Dan semua orang yang menentang Paus bisa dikeluarkan dari agama Katolik dan oleh karena itu pasti akan masuk neraka. Menakutkan sekali!

Setelah terjadi suatu kejadian, misalnya wafatnya seorang anak manis dalam kecelakaan mobil, seringkali saya mendengarkan orang dewasa menyatakan bawa hal itu harus diterima dengan pasrah. Caranya adalah dengan mengucapkan “God works in mysterious ways” (Tuhan bertindak dengan cara yang misterius), yang artinya, kita tidak mungkin bisa memahami apa yang dilakukan oleh Tuhan, jadi kita anggap saja Tuhan misterius dan tidak perlu banyak bertanya. Tetapi, kalau Tuhan memang misterius, kenapa Dia memberikan akal kepada kita? Tentu saja kita akan menggunakan akal itu untuk memikirkan Tuhan dan juga agama-Nya. Seharusnya ada ajaran dasar di dalam agama yang masuk akal.

Kalau memang ada Tuhan, untuk apa Dia memberi ajaran-ajaran agama kepada manusia lalu membuat agama tersebut sulit dipahami secara akal? Sebagai manusia yang biasa, kita pasti akan meneliti agama dari Tuhan itu dengan menggunakan akal yang Dia berikan kepada kita. Justru tidak masuk akal kalau ada Tuhan yang menciptakan mahluk bernama manusia, memberi akal kepada mereka, kemudian memberi mereka suatu agama yang tidak masuk akal bagi mereka. Akal yang diberikan Tuhan itu pasti akan digunakan untuk menganalisa agama tersebut. Bagaimana bisa lain? Supaya ajaran agama itu tidak hilang, maka harus disampaikan kepada generasi yang berikut. Bagaimana seseorang bisa menyampaikan agama itu kepada anak-anaknya kalau dia sendiri tidak sanggup memahaminya?

Sebagai umpamaan, apakah mungkin seorang guru fisika bisa mengajar fisika kepada murid-muridnya padahal guru itu sendiri tidak mengerti fisika? Bayangkan kalau semua guru fisika meyampaikan ajaran yang tidak masuk akal kepada murid-muridnya di SMA. Pada saat murid-murid mendengarkan ilmu yang tidak masuk akal, mereka akan bertanya-tanya. Bagaimana kalau jawaban dari sang guru adalah “Ya, fisika memang misterius”. Kalau ditanya-tanya lagi muridnya diberi suatu ancaman: “Kalau kamu tidak berhenti bertanya-tanya tentang fisika, kamu akan dikeluarkan dari kelas ini dan secara automatis tidak bisa lulus dari sekolah! Percaya sajalah pada guru. Jangan bertanya lagi!”

Ajaran seperti apakah yang tidak kuat menahan pertanyaan dari seorang anak kecil? Saya yakin bahwa Tuhan Semesta Alam akan kuat dan akan sanggup memberi jawaban bila ditanyai oleh hamba-Nya. Kenyataan bahwa ada agama yang sepertinya tidak kuat untuk menahan pertanyaan dari seorang anak kecil itu membuat saya berfikir bahwa agama itu tidak mungkin berasal dari Tuhan Semesta Alam!

Sebagai seorang anak, saya merasa susah percaya kepada Tuhan karena saya tidak bisa melihat-Nya. Barangkali ada orang lain yang mempunyai perasaan yang sama dan bertanya tentang adanya atau tidak adanya seorang Tuhan yang tidak menampakkan diri dan tidak pernah terlihat. Banyak orang Kristen menjelaskan segala hal yang berkaitan Tuhan (seperti halnya Tuhan tidak nampak) dengan mengatakan bahwa Tuhan itu misterius dan kita tidak bisa mengerti apa yang Dia lakukan atau apa yang Dia kehendaki. Akan tetapi kalau Tuhan tidak mau menampakkan diri kepada kita, kenapa kita harus menanggap perkara itu misterius? Kalau kita menganalisa dengan akal yang sehat, maka justru wajar kalau kita bisa menemukan sebuah alasan yang bisa diterima oleh akal yang memberi “bukti” bahwa tidak nampaknya Tuhan itu adalah hal yang baik yang justru merupakan rahmat bagi kita.

[Skipped : Kisah Pertemuan Nabi Musa, Nabi Adam, dan Iblis dengan Allah. Dilanjutkan dengan Hadits mengenai pengampunan terhadap manusia yang telah membunuh 100 orang]

Sekarang saya mau bertanya: kenapa seorang manusia yang membunuh 100 orang yang lain bisa mendapatkan pengampunan atas dosanya? Pengampunan berarti dia tidak akan dihukum atas dosa tersebut. Padahal dua orang (Adam dan Hawa) yang hanya makan satu buah tetap dihukum. Dan satu mahluk yang hanya membantah tidak diampuni dosanya, dan tetap dihukum. Yang jelas si pembunuh itu belum sempat bertaubat (secara formal), karena dia sedang mencari sebuah tempat di mana taubatnya akan diterima. Akan tetapi, dia sangat mengharapkan ampunan dari Allah. Nabi Adam (as.) memang bertaubat dan taubatnya diterima, akan tetapi dia masih kena hukuman. Iblis tidak bertaubat dan sepertinya tidak ingin bertaubat. Dia kena hukuman yang paling keras dari tiga kasus ini.

Tuhan Tidak Nampak
Saya mau bertanya tentang kenapa Nabi Adam (as.) dihukum, Iblis dihukum, tetapi seorang pembunuh yang telah membunuh 100 orang tidak dihukum? Perbedaannya hanya satu: si pembunuh itu tidak memiliki bukti bawah Tuhan benar-benar ada! Dia tidak pernah berbicara dengan Tuhan seperti yang dilakukan oleh Nabi Adam (as.) dan Iblis. Pembunuh itu percaya kepada Tuhan didasarkan keimanan yang berarti dia percaya walaupun tidak melihat (dan tentu saja tidak bicara dengan Tuhan). Secara teoretis, kita bisa berargumentasi bahwa ada kemungkinan Adam dan Iblis melihat Allah dengan penglihatan matanya, tetapi teori ini bisa diragukan oleh karena ayat yang terkutip di atas, di mana Nabi Musa (as.) minta izin untuk melihat Allah, tetapi pada saat Allah menampakkan diri di belakang sebuah gunung, maka gunung meletus dan Nabi Musa (as.) jatuh pingsan (lihat Surah A’raaf, QS. 7:143). Kalau Nabi Musa tidak sanggup melihat Allah, maka kita bisa berargumentasi bahwa seharusnya Nabi Adam (as.) dan Iblis juga tidak sanggup. Teori ini juga bisa diragukan karena ada sebuah hadiths yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad (s.a.w.) tidak pernah melihat Allah swt.:

Diriwayatkan oleh Masruq:
Saya sedang istirahat di rumah A’ishah ketika dia mengatakan: Wahai Abu A’ishah, ada tiga perkara yang, bilamana ada seseorang yang membenarkannya, maka dia telah berbuat kebohongan terbesar terhadap Allah. Saya bertanya apakah tiga perkara itu. Dia menyatakan: Dia yang menganggap bahwa Muhammad (s.a.w.) melihat Tuhannya (dengan penglihatan matanya) telah berbuat kebohongan terbesar terhadap Allah… (Sahih Muslim No. 259)

Kalau Nabi Musa (as.) dan Nabi Muhammad (s.a.w.) tidak pernah melihat Allah dengan matanya, maka sangat wajar kalau kita berasumsi bahwa mahluk terlaknat seperti Iblis juga tidak bisa melihat-Nya. Didasarkan informasi ini, kita bisa beranggapan bahwa sangat kecil kemungkinan Nabi Adam (as.) dan Iblis melihat Allah. Akan tetapi, yang jelas sekali adalah mereka berbicara dengan Allah. Di Surah Al-A’raf (QS. 7:22-23), Nabi Adam (as.) berbicara dengan Allah untuk mohon mapun kepada-Nya setelah ditegur. Juga di Surah Al-A’raf (QS. 7:11-16) ada adialog antara Allah swt. dan Iblis. Tentang bagaimana caranya mereka berdialog dengan Allah swt., kita tidak bisa tahu. Apakah mereka mendengar “Suara Allah” dalam bentuk aslinya? Atau apakah mereka mendengar suatu “suara” di dalam hatinya? Jawaban untuk pertanyaan ini tidak bisa diketahui dan juga tidak penting bagi kita. Yang penting adalah ayat-ayat ini membuktikan ada sebuah dialog antara Allah dengan Nabi Adam (as.), Iblis, Nabi Musa (as.) dan Nabi Muhammad (s.a.w.).

Oleh karena mereka pernah berdialog langsung dengan Allah swt., maka sangat jelas bahwa mereka tidak percaya kepada Allah didasarkan keyakinan atau keimanan saja. Mereka percaya kepada Allah karena mereka telah mendapatkan bukti yang nyata bagi mereka (suara Allah) yang membuktikan bahwa Allah Yang Maha Esa memang ada dan bukan sebuah rekayasa atau khayalan orang lain.

Sebaliknya, kita, seperti si pembunuh tadi, tidak bisa melihat Allah dan tidak pula bisa berbicara dengan-Nya. Berarti kita, sama seperti si pembunuh, harus percaya kepada Allah swt. dan percaya pada ampunan Allah didasarkan keimanan dan bukan karena ada bukti nyata di depan mata kita bahwa Allah memang ada. Hal ini membuka kemungkinan dan kesempatan yang lebih besar bagi kita bahwa dosa-dosa kita akan diampuni. Nabi Adam (as.) dan Iblis hanya melakukan satu kesalahan masing-masing. Dan hukumannya sangat berat bagi mereka. Seorang pembunuh melakukan dosa besar berkali-kali dan dosanya diampuni. Berarti kalau seandinya kita melakukan banyak dosa, termasuk dosa-dosa besar, maka kita sangat bisa mengharapkan pengampunan dari Allah. Kenapa? Karena kita percaya kepada Allah tanpa bukti konkret bahwa Allah memang ada. Kita percaya disebabkan keimanan dan bukan karena pernah berdialog langsung dengan-Nya.

Bayangkan kalau kita bisa melihat Allah setiap hari. Sebagai contoh, pada setiap pagi kita bangun, kita buka jendela dan bisa langsung melihat Allah sedang duduk di atas sebuah kursi besar yang melayang di udara. Setiap orang pada saat memandang Allah merasa bahwa Mata Allah membidiknya. Ke mana saja kita pergi di dunia ini, Allah nampak dan terasa Mata Allah mengikuti semua jejak kita! Pada saat kita mau bertindak, kita mendengarkan Suara Allah yang menegur kita dan memberikan kita sebuah peringatan tentang hukum Allah. Setiap hari kita bisa melihat Allah di mana-mana dan mendengarkan suara-Nya.

Kalau keadaan kita seperti itu, maka kita akan berada dalam posisi yang sama dengan Nabi Adam (as.). Kita yakin bahwa Allah ada karena kita mendapatkan bukti nyata. Dan kalau kita hidup dalam keadaan seperti itu, maka wajar kalau peraturan keras yang digunakan untuk Nabi Adam (as.) dan Iblis berlaku bagi kita: sekali berbuat salah, kena hukuman berat! Atau seperti Iblis: sekali berbuat salah, lalu berdebat dengan Allah dan tidak mau bertaubat, maka kena hukuman yang paling berat – dikutuk sepanjang masa dan dijamin masuk neraka!

Apakah anda mau melihat Allah? Atau mendengarkan suara-Nya? Saya tidak mau. Waktu masih anak kecil saya ingin sekali melihat Tuhan sebagai bukti bahwa Tuhan adalah nyata. Tetapi sekarang, saya sudah tidak mau melihat Allah pada saat masih hidup di dunia ini. Kalau seandainya keinginan saya dari waktu kecil terwujud, maka saya sudah pernah melihat Allah (setelah dia menampakkan diri) dan saya sudah menjadi seorang manusia yang masuk kategori Nabi Adam (as.) dan Iblis – sekali berbuat salah, langsung kena hukuman berat. Sebagai seorang manusia biasa, saya memang melakukan dosa terus, dan dosa saya bertambah setiap saat, tanpa terasa. Berarti kalau saya masuk kategori Nabi Adam (as.) maka saya sudah pasti kena hukuman berat disebabkan dosa-dosa tersebut.

Hukuman untuk Nabi Adam (as.) sangat berat; Nabi diturunkan dari sorga. Hukuman apa yang setimpal untuk saya? Sulit dibayangkan hukuman yang bisa menimpa saya di dunia ini kalau Allah menghendaki langsung menghukum saya. Dan setelah melakukan sebuah dosa, belum tentu saya akan langsung bertaubat seperti halnya Nabi Adam (as.). Bisa jadi saya lebih mirip Iblis dan berusaha untuk berprotes dan membela diri terhadap Allah. Kalau memang itu yang terjadi, berarti ada risiko hukuman bagi saya lebih mirip hukumannya Iblis daripada hukumannya Nabi Adam (as.). Waduh!

Memang setiap hari, kita semua sibuk mengumpulkan dosa, tetapi berapa banyak dari kita yang bertaubat setiap hari? Sekali berbohong. Sekali mengingkari janji. Sekali mengambil sesuatu tanpa hak. Sekali memfitnah orang. Berapa banyak dosa yang terkumpul setiap hari secara tidak terasa? Maukah anda melihat Tuhan dengan imbalan kena hukuman berat setelah satu kali melakukan dosa? Saya tidak mau!

Kalau kita membandingkan kasus Nabi Adam (as.) dan Iblis dengan kasus si pembunuh 100 orang, maka menjadi jelas bahwa kita lebih mungkin mendapatkan ampunan dari Allah kalau kita belum pernah melihat-Nya dan belum pernah mendengarkan suara-Nya. Sepertinya, Allah lebih siap mengampuni orang yang hanya percaya kepada-Nya daripada orang yang yakin bahwa Allah benar-benar ada (karena pernah mendapatkan bukti nyata). Kalau ada seseorang yang pernah berbicara dengan Allah maka orang itu sudah mengetahui kebesaran dan keesaan Allah. Orang itu sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak menuruti perintah Allah. Bagi kita yang belum pernah melihat Allah atau mendengarkan suara-Nya, masih diperbolehkan mengeluarkan alasan-alasan kita: saya lupa, saya sibuk, uang saya kurang, saya belum bisa, lagi hujan, besok saja, nanti malam dan seterusnya. Dan kita mendapatkan pengampunan yang tidak terbatas di sisi Tuhan kita: Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

53. Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Surah Az Zumar, QS. 39:53)

Kenyataan bahwa kita tidak bisa melihat Allah merupakan suatu nikmat dan rahmat besar bagi kita sebagai manusia biasa yang banyak berbuat dosa setiap hari. Sebab, kalau kita bisa melihat Allah, sangsinya akan sangat berat. Barangkali kesempatan kita untuk berbuat dosa hanya satu kali saja, dan setelah itu kita akan dihukum dengan hukuman yang terasa sangat berat bagi kita. Justru karena Allah sayangi kita, Dia tidak menampakkan diri kepada kita. Dan dengan demikian, dosa kita yang sungguh banyak bisa diampuni dengan lebih mudah.

Kunjungi :
1. Blog Mr. Gene Netto
2. Bab I, Saya

baca selengkapnya...

Saturday, July 21, 2007

Keunggulan Spiritualitas Orang Timur (?)

Uni Eropa (UE) menetapkan 6 Juli 2007 ini sebagai tanggal dimulainya pelarangan terbang di Eropa bagi 51 maskapai penerbangan Indonesia, hingga tiga bulan mendatang. Suatu pukulan telak bagi dunia penerbangan komersial kita. Sebagian besar masyarakat, tampaknya menganggap wajar dan memaklumi penetapan ini, dan sebagian kecil lainnya menganggap sebagai suatu keputusan politis yang tidak adil. (Ungkapan Pendapat di BBC)

Dari dahulu memang terbukti bahwa orang-orang Barat sangat peduli dengan segala macam prosedur, entah itu prosedur kerja, prosedur keselamatan kerja, dan lain-lain. Hingga akhirnya sertifikasi untuk beberapa standar prosedur pun dipercaya kesahihannya bila dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi Barat. Kepedulian terhadap prosedur ini juga tercermin pada kedisiplinan mereka terhadap peraturan-peraturan. Antrian yang rapi, lalu lintas yang teratur, tingkat pelanggaran yang rendah, dan lain-lain.


Bandingkan dengan kepedulian orang-orang timur mengenai hal yang sama. Sering kita rasakan kurang jelasnya aturan-aturan. Kita sering melihat kekacauan kondisi angkutan kereta api di India atau Pakistan, tentunya di Indonesia juga. Bagaimana juga kesan-kesan 'negatif' jamaah haji Indonesia terhadap kondisi lalu lintas di Mekkah saat berhaji. Lalu, adakah hal itu semata-mata merupakan suatu kelemahan orang Timur, khususnya kaum Muslim ? Mungkin ya, dan ... mungkin juga tidak.

Telah jamak diketahui bahwa angin sekulerisme bertiup dari Barat. Bahkan akhir-akhir ini, imbas semangat sekuler ini membuat kepercayaan masyarakat Barat terhadap gereja semakin luntur saja. Mereka tidak begitu mengakui campur tangan Tuhan dalam beberapa segi kehidupan. Mereka justru memuja-muja akal pikiran dan kecerdasan manusia, sebagai hal yang menyebabkan manusia mampu mencapai peradaban yang maju seperti sekarang ini. Dan memang seperti itulah kenyataannya, kemajuan teknologi dan peradaban memang kebanyakan didasari oleh kecerdasan manusia dan kecintaan manusia terhadap dunia.

Karena mereka mengabaikan campur tangan Tuhan, maka mereka menganggap segala sesuatu yang didapat dalam kehidupannya, adalah murni akibat usahanya sendiri. Meyakini akan prinsip ini, maka mereka menjadi sangat peduli dengan apa yang namanya prosedur. Prosedur yang baik, aman, dan selamat, akan menghasilkan sesuatu yang baik, aman, dan selamat pula. Apabila terjadi sesuatu hasil yang buruk, harus ada seseorang yang dijadikan kambing hitam untuk dipersalahklan sebagai penyebab hasil buruk yang terjadi.

Bagaimana dengan orang Timur ? Mereka (atau kita ?) sangat meyakini adanya campur tangan Tuhan dalam setiap kejadian. Kita tidak harus menunjuk seseorang sebagai orang yang bersalah, yang menjadi penyebab terjadinya suatu kecelakaan. Kita meyakini bahwa sesuatu terjadi karena memang sudah tertulis dalam suratan takdir harus terjadi seperti itu. Sehingga kecelakaan-kecelakaan yang terjadi secara bertubi-tubi pun, dianggap sebagai sesuatu yang memang seharusnya terjadi.

Jadi, apakah kemudian berarti ketidakpedulian kita terhadap keselamatan angkutan dan penerbangan adalah bukti keunggulan spiritualitas kita dibanding orang Barat ? (Lho, kok jadi gini ya ..? ).

Ada sebuah hadits Nabi yang di Barat cukup terkenal. Mereka mengatakannya sebagai pepatah kuno dari Arab, yang kurang lebih berbunyi: Kamu boleh menyerahkan urusannya pada Tuhan, tapi tambatkan dulu untamu. Setidaknya saya sudah dua kali mendengar narator suatu film dokumenter Barat di televisi yang menyitir "kata bijak" itu. Pepatah tersebut sebenarnya berasal dari Hadits At-Tirmidzi. Seorang sahabat menemui Nabi Saw di masjid tanpa terlebih dahulu menambatkan untanya. Ketika Nabi Saw. menanyakan hal tersebut, dia menjawab, "Aku telah bertawakkal kepada Allah”. Nabi Saw. meluruskan kekeliruannya tentang arti tawakkal dengan bersabda: إعقلها ثم توكل "Tambatkanlah terlebih dahulu (untamu), kemudian setelah itu bertawakkallah." (HR. At-Tirmidzy).

"Pepatah" atau hadits tersebut mengingatkan kembali akan posisi Al Islam yang selalu mengambil jalan tengah yang bijak, yaitu antara usaha dan tawakkal. Kita tidak boleh mengusahakan sesuatu dengan meninggalkan tawakkal kepada Allah, dan sebaliknya hanya semata-mata menyerahkan urusan kepada Allah tanpa berusaha keras.

baca selengkapnya...

Sunday, July 15, 2007

Hari Meluruskan Arah Kiblat

Senin, 16 Juli 2007, adalah hari di mana kita bisa mengkaliberasi arah kiblat di tempat kita masing-masing. Sore hari pada tanggal ini, matahari berada tepat di titik Zenit kota Mekkah pada pukul 09.27 GMT atau 12.27 Waktu Makkah (GMT+3) atau 16.27 WIB (GMT+7). Saat paling tepat untuk menentukan arah kiblat ke Ka'bah di Mekah.

Karena di negara kita peristiwanya terjadi pada sore hari maka arah bayangan tongkat adalah ke Timur, sedangkan arah bayangan sebaliknya yaitu yang ke arah Barat agak serong ke Utara merupakan arah kiblat yang benar. Cukup sederhana dan tidak memerlukan ketrampilan khusus serta perhitungan perhitungan rumus-rumus. Jika hari itu gagal karena matahari terhalang oleh mendung maka masih diberi roleransi penentuan dilakukan pada H+1 atau H+2.

Penentuan arah kiblat menggunakan teknik seperti ini memang hanya berlaku untuk daerah-daerah yang pada saat peristiwa Istiwa Utama dapat melihat secara langsung matahari dan untuk penentuan waktunya menggunakan konversi waktu terhadap Waktu Makkah. Sementara untuk daerah lain di mana saat itu matahari sudah terbenam misalnya wilayah Indonesia bagian Timur praktis tidak dapat menggunakan teknik ini. Sedangkan untuk sebagian wilayah Indonesia bagian Tengah barangkali masih dapat menggunakan teknik ini karena posisi matahari masih mungkin dapat terlihat. Namun demikian masih ada teknik lain yang juga menggunakan bayangan matahari untuk menentukan arah kiblat dari suatu tempat di seluruh permukaan bumi yang akan dibahas nanti pada artikel berikutnya.... di http://mutoha.blogspot.com

sumber : Jogja Astro Club

baca selengkapnya...

Mualaf Eropa Intro

Inilah posting pertama saya di www.youtube.com. Sebuah clip berdurasi 1 menitan yang diambil dari VCD produksi Forum Arimatea yang berjudul Eropa Menuju Islam. Berisi perkenalan singkat tiga orang mualaf Eropa. Cukup menarik ...

baca selengkapnya...

Saturday, July 7, 2007

PITI Jatim dan Moslemtionghoa.com

Saat surfing-surfing ringan, tau-tau saya sampai ke situs PITI Jatim dan moslemtionghoa.com. Waaah, tambah seru nih ukhuwah para Muslim Tionghoa. Selamat ya, soalnya beberapa bulan lalu, sangat jarang ditemukan situs-situs PITI dan muslim tionghoa. Kalaupun ada, info-infonya masih sangat minim. Semoga, untuk waktu-waktu mendatang, segera bermunculan situs-situs ukhuwah sejenis.

Mungkin ada yang berpendapat bahwa kemunculan eksistensi organisasi-organisasi Islam adalah bagian dari proses terpecah belahnya kaum Muslim. Bisa jadi betul demikian, apabila organisasi-organisasi itu saling berbeda dalam masalah aliran dan ajarannya. Namun semestinya, organisasi-organisasi Islam itu berdiri karena alasan kemudahan cara untuk mengamalkan kebaikan, terutama dalam tataran kehidupan sosial. Sementara, ajaran tauhid dan ibadahnya tidak berbeda dengan organisasi-organisasi Islam lainnya.

Inilah kalimat pertama yang muncul di situs Piti Jatim :
Selamat datang di website Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jawa Timur. Semoga anda berkenan melihat-lihat seluruh isi website dan info-info dari PITI Jatim. Kami akan memberikan semua info dan keterangan yang anda butuhkan tentang sejarah dan budaya masyarakat Islam Tionghoa di Indonesia beserta info kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.

Kunjungi :
1. PITI Jatim
2. moslemtionghoa.com

baca selengkapnya...

Sunday, July 1, 2007

Abdullah, Serdadu US Army yang memeluk Islam

Cahaya Hidayah di Perang Teluk…..

Ketika itu ia adalah seorang pemuda tamatan Sekolah Menengah. Berdinas aktif di US Army (Angkatan Darat Amerika Serikat) selama beberapa tahun, dimana ia memperoleh kesempatan belajar beberapa kemampuan teknis. Kini ia menghidupi diri dan keluarganya dengan menggeluti usaha jasa perbaikan mesin fotocopy dan mesin fax.

Sungguh menarik menyimak kisah awal mula Abdullah memeluk Islam. Namun jauh lebih menarik mengetahui bagaimana ia menyusuri proses Islamisasi diri. Ketika pecah Perang Teluk yang melibatkan Pasukan Amerika Serikat dengan Pasukan Irak, ia ditempatkan di Saudi Arabia.

Suatu hari ia sedang berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar Saudi. Di sebuah toko, ia memilih barang, tawar menawar dengan penjaga toko, dan akhirnya sepakat atas harga yang harus dibayar untuk barang tersebut. Namun berkumdanglah Adzan panggilan shalat dari Masjid terdekat kala ia hendak membayar belanjaannya itu. “Cukup sudah!” kata penjaga toko itu kepadanya seraya menolak melakukan transaksi dagang apapun hingga selesai melaksanakan shalat. Toko pun ditutupnya dan ia bergegas pergi menuju Masjid.

Abdullah begitu terperanjat dan tak habis pikir dengan kejadian kecil ini. Mengapa si penjual tidak mau mengambil uang yang telah menjadi haknya dengan terjadinya kesepakatan harga diantara mereka. Tak sekalipun dalam kehidupan Abdullah menjumpai orang yang menolak uang. Pada umumnya, di dunia bisnis, semua orang memburu uang dengan berbagai cara. Orang macam apakah si penjual itu? Agama apa pulakah yang begitu utama di matanya? Abdullah begitu penasaran dan ingin mengenal lebih banyak tentang agama itu. Dibacanya berbagai buku tentang Islam, semakin hari semakin banyak buku yang dibacanya dan akhirnya ketika kembali pulang ke Amerika ia memutuskan untuk memeluk Islam. Di New York, ia mendapatkan banyak guru yang baik yang mengajarkan kepadanya dasar-dasar pendidikan Islam. Iapun memperoleh pengajaran membaca Kitab Suci Al-Qur’an. Ini menjadikan Abdullah seorang Muslim yang sangat ketat menjalani keIslaman-nya.

Saya baru mengenal Abdullah manakala ia pindah ke Detroit. Ia telah memutuskan untuk bermukim didekat Masjid Pusat Tauhid Detroit dan melaksanakan hampir dari seluruh shalat lima waktunya di Masjid ini. Pada waktu itu saya bekerja sukarela menjalankan kegiatan humas Masjid. Menjalankan hubungan kemasyarakatan sebuah organisasi Islam bisa menjadi tantangan tersendiri. Banyak kejadian antara akhi Abdullah dengan saya, yang cukup menimbulkan masalah sementara diantara kami berdua. Kami sama-sama tulus dengan cara kami masing-masing. Permasalahan diantara kamipun sirna tanpa bekas ditelan waktu. Bagaimanapun juga kejadian ini merupakan ujian kesabaran dalam berbeda pendapat dengan seseorang yang bisa saling berjumpa beberapa kali dalam sehari berkenaan dengan kegiatan Masjid.

Suatu hari, saya meminta akhi Abdullah mengumandangkan adzan. Ia katakan bahwa itu akan dilakukannya diluar Masjid di tepi jalan raya. Saya katakan padanya bahwa kami telah melalui prosedur pendaftaran ke Pemerintah Kota Detroit dan Dinas Pemadaman Kebakaran setempat diawal pendirian Masjid. Dewan Kota telah mengadakan pengumpulan pendapat umum sebelum akhirnya mereka mengijinkan kami membangun Masjid. Namun ia tidak merasa perlu mendengar nasehat saya. Maka sayapun menegaskan dengan gamblang bahwa kalau itu tetap dilakukannya, maka saya harus berhadapan dengan masyarakat umum, Kejaksaan, Komisi Tata Ruang, dan juga Departemen Perencanaan Kota. Saya katakan dengan tegas kepadanya, “Anda hanya datang, shalat dan pergi meninggalkan Masjid. Tak pernahkah terbayangkan dalam pikiran anda bagaimana sulitnya pengalaman kami berhadapan dengan mereka di Balai Kota. Berbuat bijaklah dan berhati-hati dalam menjalankan keIslaman kita. Jangan sampai kita membuat lingkungan tetangga kita Non-Muslim merasa terganggu dan tergerak untuk mengajukan keberatan? Lagi pula, seyogyanya kita pusatkan perhatian kita pada menghidupkan Iman saudara-saudara Muslim kita daripada membuat masalah dengan para tetangga Non-Muslim di lingkungan kita ini.” Tetap saja nasehat saya ini tak dihiraukannya sama sekali. Ia tetap menolak mengumandangkan adzan dari dalam Masjid. Maka saya pun; seraya berdoa:”Wahai Allah maafkanlah hambamu ini”; terpaksa meminta orang lain untuk mengumandangkan Adzan.

Secara kebetulan saya mengetahui bahwa hanya ada satu Masjid di Amerika Utara yang memiliki ijin meletakkan pengeras suara diluar Masjid. Keputusan yang diambil oleh pengadilan Dearborn, Michigan menguntungkan kaum Muslim karena hampir semua anggota masyarakat di likungan itu beragama Islam.

Pernah juga akhi Abdullah meminta saya memberikan kunci Masjid kepadanya. Saya jelaskan bahwa Masjid hanya dibuka pada waktu-waktu shalat dan untuk keperluan asuransi telah dilakukan pembatasan kebebasan masuk Masjid.

Beberapa minggu kemudian, ia meminta ijin kepada saya agar tamunya diperbolehkan tidur di Masjid pada malam hari. Tetapi saya tidak meluluskan permintaannya. Saya bertanya kepadanya, “Mengapa anda tidak menyediakan tamu anda tempat bermalam di rumah anda?” Iapun mejawab, “Karena saya telah beristri.” Saya pun menawarkan kepadanya, “Kalau begitu, biarkan tamu anda bermalam di rumah saya.” Iapun balik bertanya, “Bukankah andapun beristri?” Saya katakan kepadanya, “Benar, tetapi akan saya usahakan untuk mencarikan ruangan untuknya di rumah saya, atau saya akan carikan hotel untuknya dan saya yang akan membayar biayanya.” Akhi Abdullah pun pergi begitu saja dengan membawa amarahnya. Ia hanya mau melakukan sesuai dengan cara yang diinginkannya. Ia pun menyatakan keberatannya atas perlakuan saya itu kepada saudara-saudara Muslim yang lain. Walaupun ia begitu kecewa, ia tetap pada komitmennya untuk shalat berjama’ah di Masjid.

Akhi Abdullah telah menghafal cukup banyak Surah dari Al-Qur’an, pelafalannya pun sangat memesona dan tepat. Saya memintanya menjadi Imam shalat Isya’ setiap hari. Semakin banyak Surah yang ia hafal dari hari ke hari. Ia pun amat menyukai Surah yang baru ia hafal dan cenderung untuk ia bacakan ketika menjadi Imam Shalat. Namun selalu saja ada kekeliruan dalam pembacaan surah yang baru dihafalnya. Tentu saja ini menimbulkan perasaan kurang nyaman bagi saudara-saudara Muslim lainnya yang menjadi ma’mum.

Saya keluhkan hal itu kepadanya, saya sarankan agar didalam shalat ia hanya membaca surah-surah yang ia kuasai hafalannya dan saya juga minta agar sehari sebelumnya ia bacakan dulu di hadapan saya surah yang akan ia bacakan didalam shalat. Akhi Abdullah suka dengan saran saya ini. Maka ia menjadi lebih baik dan telah memahami sudut pandang saya. Kesalahan-kesalahan bacaannya pun telah hilang seluruhnya dan kerjasama yang didukung sikap untuk saling menolong ini telah menjadi jalan untuk mempererat kembali persaudaraan diantara kami.

Pernah juga kami (jama’ah masjid) ada masalah lain dengan akhi Abdullah. Ia pernah terbiasa membacakan surah yang panjang dan dilanjutkan dengan surah Al-Ikhlas didalam setiap raka’at, sehingga shalat berlangsung lama. Kadangkala, shalat isya yang ia pimpin bisa berlangsung sampai duapuluh menit. Banyak peserta shalat berjama’ah yang tidak siap menjalani dan memiliki kesabaran cukup dalam hal demikian ini. Saya ungkapkan perasaan para jama’ah ini kepadanya. Iapun menjawab bahwa ia menyukai cara yang ia lakukan itu, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh salah satu sahabat Rasulullah SAW yang selalu menyambung pembacaan surah didalam shalatnya dengan surah Al-Ikhlas setiap kali mengerjakan shalat. Saya katakan kepada akhi Abdullah, “Sepanjang pengetahuan saya, surah Al-Ikhlas hanya disambungkan dengan pembacaan surat lain didalam raka’at ke-dua.” Kembali ia menjawab, “ Saya baca sebuah hadits yang meriwayatkan bahwa itu dilakukan di kedua raka’at.” Maka tak seorangpun dapat mencegahnya membaca sebuah surah panjang diikuti dengan pembacaan Surah Al-Ikhlas di setiap raka’at.

Suatu hari saya melihatnya sedang membaringkan badannya disisi kanan dan ditopangnya kepalanya dengan lengan kanannya menjelang shalat Subuh berjama’ah. Saya pun menjadi khawatir dan menghampirinya, saya tanyakan kepadanya adakah terjadi sesuatu pada dirinya. Ia katakan bahwa ia baik-baik saja dan ia menjelaskan bahwa ia melakukan apa yang biasa dilakukan oleh Rasulullah Muhammad SAW untuk beristirahat sejenak dengan posisi tubuh sebagaimana ia sedang lakukan. Akhi Abdullah selalu ingin mencoba melakukan apapun yang ia baca dari Al-Qur’an dan Al-Hadits tanpa sedikitpun merasa canggung ataupun malu.

Kehidupan rumah-tangganya pun amat mengesankan. Istrinya dan banyak saudara-saudaranya yang masuk Islam melalui usahanya yang gigih mendakwahkan Islam kepada mereka. Ia dikarunia Allah SWT banyak anak. Semua anaknya sangat bagus dalam membaca al-Qur’an. Anak lelakinya yang tertua, waktu itu berumur tujuh tahun, telah hafal sebagian Al-Qur’an atas bimbingan sang Ayah. Bersama-sama sang Ayah pula si anak secara teratur hadir untuk shalat bejama’ah di Masjid, bahkan juga untuk shalat Subuh. Saya belum pernah tahu, adakah ayah-ayah yang lain yang dengan senang hati membawa anak lelaki mereka yang baru berusia tujuh tahun untuk berjama’ah shalat subuh di Masjid, walaupun cuaca begitu dinginnya, lagi bersalju ataupun sedang hujan. Seusai shalat Subuh, akhi Abdullah biasanya mengajarkan Al-Qur’an kepada anak lelakinya itu di Masjid. Maka, jadilah anak lelakinya itu istimewa dalam hal pengetahuan dan pengamalan Islamnya, begitupun perilakunya sungguh menawan. Pembacaan Al-Qur’annya pun seindah sang Ayah. Adabnya bagaikan seorang pria dewasa berusia tigapuluh tahun. Semoga kelak, ia bisa menjadi Imam Masjid yang baik.

Seiring berjalannya waktu, akhi Abdullah tidak hanya memegang kunci Masjid, iapun bertanggung-jawab atas pelaksanaan shalat berjama’ah di Masjid. Terpikirkan pula oleh saya, bahwa ia pun telah siap untuk memberikan khutbah Jum’at. Meskipun awalnya sedikit enggan, iapun bersedia untuk berkhutbah sekali saja. Itupun telah dikerjakannya dengan amat sangat baik. Oleh karena itu iapun selanjutnya ditugasi untuk setiap bulannya satu khutbah Jum’at di Pusat Tauhid Detroit dan satu Jum’at di Pusat Tauhid Farmington Hills, Michigan. Ia laksanakan tugas sukarela ini dengan begitu baik.

Tanpa maksud membesar-besarkan, banyak jama’ah yang datang untuk memintanya menjadi Khatib Tetap di kedua Masjid itu. Mereka juga suka mendengarkan pembacaan Al-Qur’an olehnya. Jujur saja, kamipun bisa mengumpulkan infaq-shadaqah lebih banyak di masing-masing masjid itu manakala akhi Abdullah memimpin Shalat Jum’at.

Suatu hari diwaktu Subuh, manakala shalat Subuh berjama’ah telah usai dan semua jama’ah telah pulang ke rumah masing-masing, akhi Abdullah datang ke Masjid Pusat Tauhid Detroit bersama seorang akhi Muslim setempat. Saya sedang membaca kitab suci Al-Qur’an ketika mereka memasuki masjid. Mereka pun menunaikan shalat Subuh. Setelahnya, saya menyambut kehadiran mereka berdua yang baru saja pulang dari menunaikan ibadah Haji. Saya mendesak mereka agar berkenan singgah ke rumah saya untuk sarapan pagi. Akhi Abdullah menolak ajakan saya, ia katakan bahwa ia belum pulang ke rumah dan langsung menuju masjid. Ini ia lakukan mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW yang selalu mendahulukan singgah di Masjid sepulang beliau dari sebuah perjalanan, sebelum pulang ke rumah untuk menjumpai keluarga beliau. Saya pun bertanya-tanya dalam hati, seberapa banyakkah orang-orang yang terlahir dari keluarga Muslim yang mengamalkan sunnah Rasulullah SAW ini?

Kini, akhi Abdullah suka menertawakan dirinya dimasa lalu yang begitu kaku perilakunya. Ia sekarang telah bisa menerima beraneka-ragam pengamalan ajaran Islam. Iapun sudah mulai bersedia mengumandangkan adzan dari dalam Masjid.

Setelah akhi Abdullah berkesempatan menyampaikan khutbah Jum’atnya yang pertama, seusai shalat saya memperkenalkannya kepada para jama’ah, saya ceritakan bagaimana kisahnya memeluk Islam dan betapa bangga putranya ikut sang Ayah melaksanakan shalat Subuh di Masjid setiap hari. Begitu selesai perkenalan itu saya sampaikan nampak betapa akhi Abdullah begitu ingin mengetahui tangapan saya mengenai khubtbah yang dibawakannya. Saya katakan kepadanya bahwa khutbahnya baik sekali, iapun menyelesaikan dengan tepat waktu, sementara sering terjadi banyak khatib yang sulit untuk mengakhiri khutbahnya. Ia pun pergi tanpa berkomentar lagi. Setelah shalat Isya’ akhi Hani ingin berbicara dengan saya. Ia berkata, “Akhi Abdullah merasa tersinggung, ia menganggap bahwa memujinya didepan umum sama halnya; sebagaimana yang diriwayatkan sebuah hadits; memotong urat lehernya.” Saya menanggapinya, “Hendaknya anda merujuk juga hadits yang lain, bahwa kitapun dianjurkan untuk menghormati secara patut dan menyampaikan penghargaan kepada siapapun yang pantas menerimanya.” Nabi Syuaib AS juga menekankan agar umatnya tidak kikir memberikan penghargaan yang patut diberikan. Hal ini juga tercantum dalam berbagai ayat didalam Al-Qur’an. Banyak orang yang hanya dengan memperhatikan sebuah hadits langsung menarik kesimpulan sendiri. Alhamdulillah saya tidak melebih-lebihkan apapun dalam memperkenalkan dirinya. Terlebih lagi, jama’ah perlu mengenal segala sesuatu mengenai Khatib yang baru. Saya sampaikan pendapat saya ini kepada akhi Abdullah pada keesokan harinya. Iapun merasa puas dengan penjelasan saya.

Sebulan setelah kejadian itu, sekali lagi saya memperkenalkannya kepada para jama’ah setelah kedua-kalinya ia menyampaikan khutbah Jum’at. Saya berkata, “Saya bukannya memuji akhi Abdullah, tetapi saya rasa, saya perlu berlaku adil dalam menyampaikan fakta dan mutu sebenarnya dari khatib kita yang baru.” Setelah memperkenalkannya , saya pun menambahkan bahwa tugas dan tanggung-jawab dijalankan bersama-sama.

Kini akhi Abdullah dan akhi Hani memikul tanggung-jawab atas Masjid manakala saya berhalangan hadir ke Masjid. Mereka berdua menjalankan tugas dan tanggung-jawab mereka dengan baik sekali.

Akhi Abdullah mengikuti kelas bahasa Arab pada sebuah perguruan lokal, pengajarnya adalah Dr. Syeikh Ali Suleiman. Maka kini iapun telah mampu berbahasa Arab dengan baik, memahami beberapa tata-bahasanya. Ia pun terus membaca dan menghafal surah-surah Al-Qur’an. Iapun belajar Hadits, memimpin Shalat Jum’at, dan juga membimbing banyak orang yang belum beriman kepada cahaya Islam. Seorang tamatan sekolah menengah dengan ketulusan dan komitmennya telah berhasil mengerjakan hal-hal besar ini, juga memperkenalkan dan mendakwahkan Al-Islam ditengah-tengah masyarakat dari berbagai macam keyakinan. Itulah Akhi Abdullah, salah seorang produk sampingan dari Perang Teluk. Masih banyak lagi serdadu-serdadu lain yang menjadi pemeluk Islam setelah berkunjung ke Saudi Arabia.

Disalin dari : www.imtiazahmad.com

baca selengkapnya...

Saturday, June 30, 2007

Hidup Sehat dengan Shalat Shubuh

Merupakan cuplikan kedua dari buku Hidup Sehat dengan Shalat Shubuh (Bab 3).

Gas Ozon
[...] Keilmuan modern telah mengukuhkan tentang keberadaan gas O3 (ozon), yang mengandung prosentase oksigen yang tinggi dan dapat mencapai puncak reaksinya pada waktu shalat Subuh, lalu berkurang secara bertahap hingga terbit matahari.

Sebenarnya, fakta ini tidak membutuhkan suatu penemuan ataupun pengokohan, karena Anda sendiri bisa mudah mengamati kebersihan dan kesegaran udara pada waktu shalat Subuh dibandingkan dengan waktu siang hari.

Udara pada waktu Subuh masih bersih dan belum tercemari kebersihan dan kesegarannya dengan apapun. Udara ini dapat menyegarkan hati, menguatkan paru-paru, memperbarui sel-sel yang mati, menyuplai tubuh dengan oksigen, mengeluarkan karbon dioksida, membersihkan darah dari kotoran-kotoran, memperbaiki kinerja organ-organ tubuh, merenggangkan urat-urat syaraf, menyembuhkan berbagai penyakit syaraf, rheumatik, dan asma.

Berkenaan dengan gas ozon, para ilmuan di Jerman Barat yang ahli dalam analisa-analisa kedokteran, telah sampai pada kesimpulan-kasimpulan penting seputar penggunaan gas ozon dan pemanfaatnnya dalam pengobatan berbagai pembengkakan dan kanker ganas serta meringankan rasa sakit berbagai penyakit yang akut lainnya.

Kesimpulan-kesimpulan yang telah dicapai oleh para ilmuan menunjukkan bahwa gas ozon dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan berbagai macam kerusakan yang terjadi di dalam paru-paru dan hati. Gas ozon juga dapat menjadi obat berbagai wabah penyakit dalam, tersumbatnya urat-urat nadi, pembekuan pembuluh-pembuluh darah, komplikasi penyakit gula seperti luka-luka dan bisul-bisul, meningkatkan aliran darah di pembuluh-pembuluh, gejala asma, dan beberapa penyakit organ sensitif lainnya.

Itu semua karena gas ozon memiliki keistimewaan memberi pengaruh positif dalam menghadapi berbagai virus, bakteri, dan jamur. Ia juga bermanfaat untuk meningkatkan imunitas tubuh, mengobati berbagai penyakit yang banyak menimpa manusia pada usia lanjut, mengobati berbagai penyakit dada, hati dan dapat mengaktifkan berbagai sel tubuh.

Hasil yang paling mengembirakan dalam pemanfaatan gas ozon ialah apa yang telah dibuktikan oleh berbagai penelitian yang memanfaatkan gas ini untuk terap AIDS. Penelitian-penelitian tersebut telah mengukuhkan bahwa dengan memanfatkan gas ozon, penyakit AIDS dapat dikontrol dan dikendalikan, meskipun pada tahap akhir.

Bukti dari hal itu adalah keberhasilan Dr. Alexander Browis dari Jerman Barat dalam menemukan metode terbaru yang berbahan dasar ozon ditambah dengan beberapa unsur yang dikenal untuk menguatkan tubuh. Lalu, darah pasien tersebut dicampur dengan satuan-satuan tertentu dari ozon hingga mencapai (20000), kemudian campuran itu disuntikkan ke dalam urat pasien. Dari berbagai hasil terapi yang dilakukan terhadap beberapa pasien AIDS, tampak adanya respons positif dan harapan baru yang besar [...]

Menghirup Nafas Dalam-dalam
Tidak diragukan lagi bahwa bernafas adalah salah satu tugas hidup yang paling penting dan perlu karena ia selalu kita lakukan sepanjang hayat. Pada saat yang sama, kedua paru-paru membersihkan darah dan mengedarkannya. Sementara, tugas paru-paru yang sesungguhnya ialah memberikan kesempatan pada sel-sel darah merah untuk menghirup oksigen dari udara dan mengeluarkan karbodioksida.

Semua organ tubuh dan anggotanya akan bekerja dengan seimbang dan teratur selama jantung selalu menyuplainya dengan darah yang bersih. Apabila jantung berhenti, rusak, kacau, atau terlambat dari tugasnya, maka pergerakan anggota-anggota tubuh dan organ-organnya pun berhenti, melemah, layu, atau bahkan mati.

Dari sini kita dapat menarik satu kesimpulan bahwa tugas-tugas biologis dan kejiwaan, sebagian besar bergantung pada cadangan oksigen yang tersedia. Tanpa melihat dampak-dampak positifnya bagi kesehatan seluruh tubuh, menghirup nafas yang dalam itu sangat melindungi tubuh dari berbagai macam penyakit yang jumlahnya tidak sedikit.

Dr. Fisk dan Ficher serta para dokter ternama lainnya berkata, “Seratus kali pernafasan yang dalam setiap hari adalah resep seorang dokter yang cerdas untuk menghindari terkena penyakit TBC,” Lihatlah, Dr. Meylit sampai menganjurkan pasien-pasiennya yang mengidap TBC agar banyak berada di luar rumah dan beristirahat di tempet yang udaranya segar serta menghirupnya dalam-dalam. Sebagaimana hipotesis sebelumnya, hasilnya pun amat memuaskan.[...]

Weber, seorang ilmuwan ternama, menguatkan pendapat bahwa dengan menarik nafas yang dalam akan terjadi satu perbaikan yang mengagumkan dalam pemberian asupan bagi jantung dan kedua paru-paru.[...]

Andaikata pernafasan yang dalam itu memiliki urgensi dan manfaat yang begitu besar, apakah mungkin Allah jadikan waktu tersebut jauh dari waktu shalat ? Sekali-kali tidak! Bahkan, Dia jadikan tepat di dalam waktu shalat itu sendiri.

Dalam buku Terapi Penyembuhan dengan Yoga disebutkan, ketika membicarakan manfaat pernafasan dan terapi dengannya, bahwa mengulang-ulang penyebutan beberapa kata dalam nada tertentu memiliki khasiat yang besar dalam pernafasan. Mereka menyebutkan beberapa kata terapi tersebut, yang diantaranya ialah kata amin - yang diucapkan oleh imam dan makmum dengan suara yang tinggi dan panjang pada waktu shalat Subuh, Magrib, dan Isya'.

Mereka melanjutkan, bahwa intonasi suara seperti pada kata amin yang diucapkan aamiin (panjang, amanah) dapat menghilangkan segala ketegangan dalam tubuh. Khususnya, jika diucapkan dengan suara tinggi yang dirasakan sampai ke lubuk yang paling dalam.

Pengucapan kata amin ini termasuk dari pernafasan yang dalam dan pelan, yang merupakan terapi bagi tekanan darah tinggi, lemah jantung, dan saraf. Ia juga dapat memperbarui vitalitas, membersihkan darah, dan melegakan hati. Maha suci Allah yang tidak ada ilah kecuali Dia yang Maha Pemberi nikmat, Maha Pemurah, Maha Mulia, dan Maha Bijaksana.

Pernafasan yang dalam ini tentu akan memiliki manfaat yang paling besar ketika dilakukan ketika Subuh, udara bersih, murni, dan mengandung banyak oksigen.

(Ada satu lagi manfaat kesehatan dari bangun pagi shalat Subuh. Silakan lihat di bukunya aja ya, gak enak sama penerbit, masak semuanya dibocorin di sini... he he)

Kunjungi penerbit : http://www.aqwam.com/

Artikel lain yang menarik : Rahasia Sholat Shubuh (Dr. dr. Barita Sitompul SpJP)

baca selengkapnya...

Saturday, June 16, 2007

Aturan Allah Mengenai Siang dan Malam

Ini adalah bagian awal dari buku Hidup Sehat dengan Shalat Subuh, karya Syaikh Adnan Tharsyah, penerbit Aqwam, Mei 2007.

Allah telah menetapkan bagi manusia sistem waktu untuk bekerja dan istirahat. Allah menjadikan waktu malam untuk tidur, istirahat, dan mencari ketenangan. Sebaliknya, Dia menjadikan waktu siang untuk bekerja, berusaha, dan melakukan berbagai kegiatan.

Akan tetapi, pola hidup kita pada zaman modern ini, ditambah lagi dengan adanya listrik, televisi, dan sebagainya, menjadikan kita sering melalaikan dan menyelisihi aturan alami yang telah Allah tetapkan bagi kita. Sebagian besar manusia lebih memilih memulai aktivitas hariannya dua atau tiga jam setelah matahari terbit hingga Asar, daripada memulainya setelah matahari terbit hingga Zuhur. Bahkan sebagian yang lain masih bekerja hingga larut Isya'.

Mereka lebih memilih hal itu daripada bersegera tidur di awal malam yang memiliki manfaat sangat besar. Bahkan, terkadang ketika sebagian manusia pulang ke rumah, ia dapati sesuatu yang bisa menyibukkan dan melenakannya sampai lewat tengah malam, yaitu televisi. Ketika TV dimatikan dan ia beranjak tidur, tidak tersisa lagi antara waktu malamnya dengan Subuh, kecuali hanya dua sampai tiga jam saja, yang tidak cukup bisa menjadikannya bangun untuk bertahajud dan Shalat Subuh berjamaah di masjid.

Tidur adalah aktivitas yang didorong oleh saraf simpatik dan saraf parasimpatik, yaitu antara dua bagian sistem saraf pertumbuhan. Para pekerja malam, memungkinkan bagi mereka untuk membiasakan diri melakukan perubahan antara siang dan malam. Mereka mengubah waktu efektif saraf parasimpatik ke waktu luang lainnya yang bukan semestinya dalam rentang waktu 24 jam. Itulah yang membuat para pekerja tidak sanggup terus begadang pada jam-jam malam. Adapun waktu pada jam-jam penghujung malam, tidak dapat memberikan kualitas tidur yang nyaman. Karena, jam-jam tidur mereka berada pada masa aktifnya saraf simpatik.

Mengadakan perubahan masa aktif antara saraf simpatik dan saraf parasimpatik mungkin saja dilakukan. Tetapi yang tidak mungkin adalah memperpanjang atau memperpendek salah satu dari masa aktif kedua saraf tersebut. Pelanggaran terhadap aturan ini mengakibatkan instabilitas keseimbangan antara dua bagian sistem saraf otonom. Akan muncul kekacauan dalam sistem peredaran darah, sistem pencernaan, dan akan terjadi penurunan stamina secara menyeluruh serta hilangnya gairah dan semangat.

Sayyid Quthb menuturkan, "Sesungguhnya, ketenangan pada malam hari adalah satu kebutuhan bagi setiap yang hidup. Harus ada satu periode gelap agar sel-sel yang aktif bisa tenang dan beristirahat dari aktivitasnya di bawah sinar cahaya. Tidur saja tidak cukup untuk memenuhi ketenangan ini, tapi harus dengan adanya malam. Harus dengan adanya gelap. Jika sel aktif yang selalu bersinggungan dengan cahaya sampai pada batas maksimal kemampuannya, maka susunannya akan rusak. Sebab sel tersebut tidak mendapatkan salah satu bagian yang penting baginya, yaitu ketenangan."

Firman Allah :
Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan. (QS.78:10-11)

Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyal karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. (QS.40:61)

Komentar pribadi :
Subhanallah. Sebenarnya Allah telah mengatur siang dan malam ini dengan sangat sempurna, dan telah memberikan ketentuan yang tepat bagi manusia untuk menghadapi kondisi ini. Namun kebanyakan 'kita' bersombong diri dengan prasangka 'kita' sendiri. 'Kita' lebih suka tidur lewat tengah malam (karena nge-blog ?), untuk kemudian bangun kesiangan, atau menggantinya dengan tidur siang. Semoga Anda tidak demikian.

Badai radiasi matahari, yang merupakan badai gelombang elektromagnetik, telah menjadi penelitian yang sangat intens di kalangan para ilmuwan. Kunjungilah http://pwg.gsfc.nasa.gov/istp/outreach/cmeposter/html.html, Anda akan mendapatkan penjelasan bagaimana badai radiasi matahari ini mempengaruhi berbagai perangkat elektronik dan aktivitas permukaan bumi. Sehingga, sangatlah masuk akal, bila kita dianjurkan untuk memanfaatkan waktu malam untuk beristirahat dengan sebaik-baiknya, yaitu ketika efek badai matahari relatif kecil. Ini memungkinkan tubuh beristirahat dengan ketenangan yang sempurna, tanpa gangguan radiasi kosmik yang signifikan.

Pada posting berikutnya, akan saya sampaikan cuplikan dari buku ini, yang berkaitan dengan hikmah bangun dini hari dan Shalat Subuh di masjid.

Kunjungi penerbit : http://www.aqwam.com/

baca selengkapnya...

Thursday, June 7, 2007

Tantangan Para Mualaf

Dari dulu, saya begitu kagum dengan para mualaf. Yang menjadi kekaguman saya adalah semangat mereka yang membara untuk mencari kebenaran. Kami, yang Islam karena keturunan, sering tidak/kurang memiliki semangat mencari kebenaran seperti halnya saudara-saudara kami yang mualaf. Kadang, semangat mencari kebenaran itu baru muncul setelah kami mulai menua. Karena sadar bahwa kami belum punya cukup bekal untuk mati, sementara jatah hidup di dunia semakin berkurang.

Setiap ada kisah-kisah mualaf di majalah-majalah, pasti menjadi artikel pertama yang saya baca dahulu. Sampai-sampai, saya juga mengoleksi buku-buku yang mengisahkan petualangan para mualaf.

Dari beberapa kisah yang saya baca, saya simpulkan bahwa ternyata memang cukup berat tantangan seorang mualaf. Mulai dari dikucilkan keluarga, dibenci kawan-kawan lamanya, dihujat mantan "ustad" nya, dan lain-lain. Bahkan tidak jarang masih dicurigai dan dibenci oleh sesama Muslim, karena dianggap kepindahan agamanya hanya sementara dan berpura-pura. Yang saya sebut belakangan ini mungkin tantangan terberat bagi mualaf setelah dikucilkan keluarga. Kadang membuat frustasi sang mualaf dan berbalik menjadi kebencian kepada Saudara seimannya.

Di lain pihak, rasa benci dan curiga dari sebagian Saudara Muslim ini, sangat mungkin dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman buruk para Muslimin ketika menghadapi para pejuang salib alias misionaris. Di Malang, akhir tahun lalu ada sebuah persekutuan di sebuah hotel, yang sangat menghina umat Islam. Orang-orang Nasrani, dengan mengenakan pakaian Muslim, yang laki2 berkopiah & sarung, yang perempuan berkerudung dan berjilbab, berkumpul di sebuah hall hotel, untuk mendengarkan ceramah yang isinya menghujat dan mengutuk Islam. Silakan lihat cuplikan videonya di http://www.youtube.com/watch?v=Izc2yoeE-hQ . Sebetulnya ada bagian di mana para jemaah menginjak-injak Al Quran, namun tidak ditampilkan di video itu.

Pernah juga diketemukan di Malang baru-baru ini, ada orang yang mengaku-ngaku ikut pengajian di sebuah masjid, yang ternyata dia adalah anggota "intel" misionaris. Yang setelah dikorek, ternyata dia memiliki link dan dokumen rencana operasi yang cukup mengejutkan.

Dua minggu lalu, rumah saya didatangi dua anak muda kakak adik (sekitar 25-27 th), mungkin anggota kumpulan pemuda suatu jemaah gereja. Kebetulan saya sedang mandi, sehingga dia hanya bertemu dengan istri saya. Ternyata dua anak ini berupaya berdakwah tentang ajaran "keselamatan" kepada istri saya yang jelas2 berjilbab. Dan ternyata, tetangga2 saya yang lain juga dikunjungi oleh 2 anak ini. Masya Allah...

Jadi, maafkan kami, apabila ada Saudara-saudara kami, yang setelah mengalami pengalaman buruk seperti itu, kemudian khilaf, menggeneralisasi masalah, dan menyimpulkan bahwa mualaf itu kemungkinan adalah mata-mata para misionaris.

Mungkin, sebaiknya para mualaf lebih dalam lagi dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan Saudara-saudara Muslim lainnya, tanpa harus memandang warna kulit dan ukuran-ukuran lainnya. Barangkali kami perlu juga mengadakan pengajian bersama yang mengundang para anggota organisasi mualaf. Saya yakin, pada akhirnya para mualaf akan menemukan bahwa ternyata lebih banyak Saudara Muslim yang menyayanginya.

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS Hujurat : 13)

Gabung ke milis : Mualaf Indonesia

baca selengkapnya...

Saturday, June 2, 2007

Message Behind The Song

Imagine there's no Heaven
It's easy if you try
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the people
Living for today

Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace

You may say that I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will be as one
Imagine no possessions
I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of man
Imagine all the people
Sharing all the world

You may say that I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will live as one

Hampir semua dari kita mengenal lirik lagu ini. Ya, lagunya John Lennon, Imagine, yang terasa menyejukkan saat didengarkan. Tapi tunggu dulu... Ternyata ada yang aneh di sini.

Terdapat beberapa kalimat kunci yang sangat erat berkaitan dengan agenda gerakan konspirasi freemasonry :

Imagine there's no Heaven. No hell below us. And no religion too.
Sama saja artinya dengan meniadakan agama. Tidak mengakui adanya konsekuensi paska kehidupan. Mempersepsi eksistensi Tuhan dengan pengertiannya sendiri, atau bahkan mungkin tidak mengakui adanya Tuhan.

Nothing to kill or die for. Living life in peace.
Memiliki semangat humanisme universal. Sama seperti halnya dengan semangat "LC" dan "RC", organisasi bentukan freemasonry, yang didedikasikan untuk dunia kemanusiaan, tanpa membedakan suku bangsa dan agama.

No need for greed or hunger. A brotherhood of man. Imagine all the people. Sharing all the world. And the world will be as one
Membangun semangat persaudaraan, untuk membentuk suatu dunia baru yang satu, alias New World Order, alias Novus Ordo Seclorum (semboyan AS di mata uang kertas 1 dolar-nya)

Dan ingatlah, lagu-lagu atau kalimat-kalimat yang diulang-ulang, dan masuk ke otak kita melalui panca indera, akan mempengaruhi area bawah sadar kita.

Patut disimak :
1. Ancaman Global Freemasonry, Harun Yahya
2. NLP dalam Islam

baca selengkapnya...