Photobucket

Saturday, February 3, 2007

Surga Burung-Burung (kisah 12)

Tak kusangka, ternyata di halaman luar masjidil haram banyak terdapat burung-burung merpati, yang berinteraksi sangat dekat dengan manusia-manusia yang lalu lalang di situ. Sekilas suasananya seperti burung-burung merpati di Paris yang sering kulihat di film-film itu. Orang-orang sengaja membeli pakan burung, 1 real sekantong plastik kecil, lalu mereka menaburkannya di lantai sebelah luar halaman masjid. Dan burung-burung itupun dengan suka cita mengerumuni taburan makanan itu. Sangat menakjubkan. Kita bisa berjalan kaki dengan santainya di sekitar merpati yang sedang sibuk mematuk makanan. Kalau kita membuat gerakan yang mengejutkan, spontan segerombolan merpati yang ada di sekitar kita akan beterbangan.

Aku sangat suka mengamati burung. Yah … mungkin karena aku juga hobi paralayang, dan sangat terobsesi dengan terbang. Merpati inilah yang sangat mudah untuk dinikmati keindahannya, karena bisa sangat dekat dan sangat jelas dilihat dari sembarang posisi. Pernah aku dan istri duduk di tritikan (kalo versi JATENG : tritisan) Hotel Darut Tauhid (sebelahnya Hilton), duduk menghadap ke arah masjidil haram, menikmati sarapan kentang dan ayam goreng KFC, sambil menikmati pemandangan merpati-merpati yang lucu-lucu. Mereka terbang rendah dengan kecepatan tinggi, dan sesekali membuat manuver yang menakjubkan. Beberapa tampak mendarat di lantai halaman yang mengkilat. Sayapnya mengepak-ngepak horisontal untuk melakukan pengereman. Namun karena roda pendaratannya berupa kuku kaki burung yang keras, maka sang merpatipun terpeleset-peleset di atas lantai yang licin. Kami berdua terkekeh-kekeh menyaksikan fenomena itu. Ya Allah, tingkah polah burung-burung ciptaan-Mu inipun dapat merupakan penghibur hati yang sangat menyejukkan. Subhanallah.


Dua kali aku pernah mendapat hadiah dari si burung merpati. Pertama, saat itu aku yang sedang berjalan pulang dari masjid bersama istri, ngrasani dan menertawakan perilaku merpati yang lagi kasmaran. Sang pejantan tampak agresif mengejar-ngejar betina sambil mengembangkan sayapnya ke kiri dan ke kanan. Merpati jantan tampak tidak sungkan-sungkan untuk menyatakan keinginannya itu, di tengah-tengah kerumunan merpati yang lain. Saat itu istriku cuma bilang ‘Sst ... jangan gitu Mas, istighfar …’. Setelah berjalan sejauh sekitar 100 meter dari lokasi aku ngrasani tadi, tiba-tiba di atas kepalaku terdengar suara kepakan sayap burung yang begitu dekat. Belum sempat aku menyadari apa yang terjadi, leherku terkena tetesan cairan kental yang cukup hangat. Spontan tangan kiriku bereaksi untuk segera mengenali zat cair yang hangat itu. Kemudian aku segera tersadar bahwa aku telah terkena serangan udara berupa kotoran merpati. Ya ampuun … Aku hanya tersenyum-senyum saja, ingat merpati yang sedang kurasani tadi.


Hadiah kedua, kuterima saat aku sedang menunggu istri yang sedang antri pemberian Mushaf Al-Quran gratis di dekat pintu masjid nomor 40-an. Saat itu memang hanya wanita yang diberi Quran gratis, sehingga para suami hanya menunggu di sekitar antrian. Nah saat waktu luang itulah aku memanfaatkannya untuk menikmati pengamatan terhadap merpati yang sedang lalu lalang, bermanuver sekitar 3-5 meter di atas kami. Aku berimajinasi, andai aku yang menjadi burung itu, betapa enaknya ya.., bisa terbang kian kemari, menikmati ruang tiga dimensi (di dalam ruang yang memiliki sumbu koordinat x,y,z). Berbeda dengan kita manusia, yang hanya melata di permukaan tanah saja. Di tengah-tengah nikmatnya mengamati keindahan itu, tiba-tiba ada sesuatu yang meluncur dari atas, dan jatuh tepat mengenai kopiahku. Alhamdulillah … Semoga cukup ini saja balasan bagi orang yang kurang bersyukur ini.


Kalau yang menguasai wilayah luar masjid adalah burung merpati, lain lagi burung-burung yang mendominasi wilayah di atas pelataran thowaf. Di atas pelataran thowaf, udara dikuasai oleh sejenis burung parkit/emprit. Sesekali burung kecil itu tampak menclok di sisi vertikal kain kiswah, berpegangan pada tulisan timbul kaligrafinya. Namun ajaibnya, tak satupun burung ini yang mampir bertengger di atas ka’bah atau di lantai atap ka’bah. Hanya saja, aku tidak tahu, apakah fenomena ini akibat mekanisme metafisik, atau memang ada semacam zat yang ditaburkan di atas atap ka’bah agar burung-burung tidak mau singgah ke sana. Yang jelas, talang air (terbuat dari emas) yang muncul dari atap di salah satu sisi ka’bah, pada sisi atasnya diberi semacam deretan paku yang mengarah ke atas. Mungkin maksudnya agar sisi atas talang air itu tidak dihinggapi burung. Wallahu a’lam.


Ada satu lagi jenis burung yang ada di sekitar masjidil haram, yaitu sejenis elang. Burung jenis ini terbang dengan di ketinggian yang jauh di atas komunitas merpati dan emprit. Saat langit terang, kelihatan delapan hingga sepuluh elang yang sedang melayang-layang nun jauh di atas sana. Hampir sama dengan tinggi bangunan berlantai 30-an. Mereka mengandalkan thermal saat melayang, sehingga sangat jarang mengepakkan sayap. Thermal adalah aliran massa udara yang naik dari permukaan tanah menuju angkasa. Udara ini naik karena mengembang dan semakin ringan setelah terkena panas permukaan bumi. Panas permukaan bumi sendiri timbul akibat pemanasan oleh cahaya matahari. Elang akan melayang dan berputar-putar di atas area thermal ini, untuk mendapatkan daya dorong ke atas, sehingga dia tetap dapat mempertahankan ketinggian, atau bahkan menambah ketinggian, tanpa banyak tenaga. Sayapnya yang diciptakan dengan begitu lebarnya, dirancang untuk kepentingan thermalling ini. Subhanallah.

No comments: