Photobucket

Thursday, February 8, 2007

James Yee, Kapten Muslim U.S. Army

Ini adalah tulisan yang dicuplik dari buku For God and Country, karya James Yee, seorang Kapten Muslim U.S. Army. Dalam buku itu (terbitan Dastan 2006), ia mengisahkan dirinya sendiri saat menjadi korban paranoid Amerika.

Pada saat aku mulai dewasa, agama bukanlah hal yang sangat berarti dalam hidupku. Aku merasa enggan mengikuti sekolah pagi setiap akhir pekan di gereja Protestan Lutheran, bersama ibuku. Seperti halnya teman sekelasku yang lain, aku juga merayakan Natal dan Paskah, namun aku bukanlah pengikut agama yang taat. Kemudian semuanya berubah tidak lama setelah aku tamat.

Beberapa saat setelah lulus dari West Point, aku dan Mike pergi ke Myrtle Beach, Carolina selatan, bergabung dengan anggota Zoo Crew lainnya, bersantai melepaskan diri dari tahun-tahun yang menegangkan selama di West Point. Aku di jadwalkan berangkat mengikuti pendidikan dasar perwira artileri pertahanan angkatan udara di Fort Bliss – El Passo, Texas. Dari sana kemudian aku nanti akan ditugaskan sebagai operator rudal Patriot di Bitburg, Jerman.

Saat perjalanan pulang dari Myrtle Beach, aku mampir di Washington D.C. untuk menemui Nichole. Sudah lama aku tidak mengunjunginya, terutama setelah ia berangkat dari West Point, namun kami masih tetap berteman baik dan saling berkomunikasi melalui telepon. Saat mengunjungi Nichole, aku berdiskusi serius dengan teman sekamarnya, seorang gadis muda bernama Sonji. Dia saat itu sedang mempelajari agama, dan mulai tertarik dengan ajaran Islam -- agama yang aku sendiri kurang memiliki pemahaman tentangnya.

“Bagaimana pendapatmu tentang pemikiran yang meyakini Tuhan yang tak memiliki anak atau keturunan?” tanyanya pada suatu sore, saat kami berjalan-jalan mencari santapan malam.

“Aku yakin bahwa ada satu Tuhan,“ jawabku. “Dan Yesus adalah anak Tuhan.”

“Aku juga yakin akan adanya Yesus,” ujarnya. “Tapi, menurut pendapatku, dia adalah seorang nabi, bukan anak Tuhan.”

Aku membantah pendapatnya, bahwa itu tidak sesuai dengan ajaran Kristen yang kupelajari dan aku tidak setuju dengan pendapatnya secara keseluruhan. “Aku yakin dengan ajaran trinitas, satu Tuhan yang ada pada tiga manusia, tiga dalam satu,“ kataku. Sonji juga dibesarkan dalam agama Kristen dan mengerti akan hal ini sepenuhnya, dan ia memperlihatkan perbedaan yang amat menonjol antara Islam dan Kristen : Islam menyatakan bahwa hanya ada satu Tuhan dan Yesus – yang merupakan sosok yang luar biasa penting bagi ajaran Kristen – bukanlah anak Tuhan, melainkan seorang nabi.

“ Apa yang kaukatakan itu tidak sesuai dengan ajaran Kristen,” jawabku.

” Pernahkah kau membaca tentang agama Islam?“ tanya Sonji.

” Belum, ” jawabku dengan jujur.

” Nah, kalau begitu bagaimana kau bisa mengkritik sesuatu yang tidak kau ketahui apa pun tentangnya?” tanyanya lagi.

Aku tidak pernah dengan mudah mengakui kekalahan dalam perdebatan itu, hanya saja aku belum menemukan jawaban yang memuaskan. Aku katakan padanya bahwa aku akan mencari tahu tentang Islam dan pemikiran-pemikiran yang telah dinyatakannya padaku. Saat itu aku berharap bisa menghubunginya di kemudian hari dan menunjukkan bahwa apa-apa yang telah dikatakannya padaku saat itu adalah salah dan aku akan menang dalam perdebatan itu.

Kemudian aku membeli sebuah buku yang berjudul Understanding Islam : An Introduction to the Muslim World karya Thomas W. Lippman dan mulai membacanya. Saat itu aku berharap akan menemukan hal-hal aneh tentang islam, namun anehnya aku malah menemukan bahwa ajaran Islam memiliki kemiripan dengan apa yang kuyakini dalam agamaku, Kriten Protestan. Orang Islam percaya bahwa Yesus dilahirkan oleh Bunda Maria dengan suatu keajaiban, dan ia adalah seseorang yang mengajarkan pada umatnya untuk percaya akan adanya satu Tuhan, dan percaya akan adanya hari pembalasan. Semuanya ini sudah aku ketahui dan aku yakini.

Aku terus membaca, mulai berkonsentrasi pada kisah Nabi Muhammad. Orang Islam percaya bahwa Muhammad adalah satu-satunya nabi yang ada sesudah Yesus. Sangat sulit untuk menyangkal bahwa Nabi Muhammad bukanlah seorang pemimpin agama yang luar biasa. Keberadaan umat Islam di dunia saat ini bahkan sudah menjadi bukti akan kehebatannya. Seperti halnya Yesus, Muhammad juga mengajarkan kepada umatnya untuk percaya dan yakin pada satu Tuhan. Aku mempercayai Ibrahim, Musa, Nuh, Daud, Yusuf, dan Yesus, jadi mengapa aku tidak mempercayai adanya Muhammad ?

Perbedaan yang paling mencolok yang aku temukan antara ajaran Kristen dan Islam adalah tentang ketuhanan Yesus. Apakah dia betul-betul anak Tuhan atau bukan ? Yesus adalah manusia biasa. Dia butuh makan. Dia butuh waktu untuk tidur. Dia merasakan penderitaan dan memiliki dan memiliki sifat keTuhanan pada saat yang bersamaan. Sepanjang hidupku sebagai penganut ajaran Protestan Lutheran, aku biasanya berdoa pada Yesus, yang saat itu aku yakini sebagai Tuhan Bapa. Aku yakin mereka sama dan adalah satu. Orang Islam berdoa kepada Tuhan dan bukan kepada Muhammad. Ini adalah perbedaan jelas yang mulai aku mengerti dan ini sangat masuk akal.

Setelah selesai pendidikan dasar artileri pada Januari 1991, aku mendapatkan pelatihan lanjutan di Fort Knox, Kentucky. Di sini aku bertemu dengan tiga orang perwira Mesir yang ketiganya beragama Islam. Kami kemudian menjadi akrab dan menghabiskan waktu berbincang mengenai agama. Mereka menunjukkan padaku ruangan kecil di dalam rumahnya sebagai tempat mereka beribadah dan menjawab pertamyaan-pertanyaanku tentang bagaimana mereka melakukan ibadah dan keyakinan mereka akan Islam. Mereka menjelaskan tentang lima fondasi Islam yaitu : percaya pada Tuhan, melaksanakan sholat lima waktu, bersedekah, menjalankan puasa di Bulan Ramadhan, dan melakukan ibadah Haji ke kota Mekkah - seperti yang sudah aku baca. Para perwira itu sangat ramah dan bersahabat, dan aku merasakan mereka memiliki sesuatu di dalam diri mereka yang menciptakan adanya ikatan spritual satu sama lain.

Pada saat aku kembali ke New Jersey mengunjungi kedua orang tuaku pada minggu terakhir kunjungan dinas sebelum diberangkatkan ke Jerman dengan kapal, aku saat itu memiliki keyakinan kuat untuk menjadikan Islam sebagai bagian hidupku dan memutuskan untuk pindah agama. Pada tanggal 9 April 1991, aku mengucapkan syahadat, yang dalam bahasa Arab merupakan sebuah kesaksian. Di hadapan umum aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah, yang merupakan dasar pertama dalam ajaran agama Islam. Sangat sederhana. Kemudian aku menggunakan Yusuf sebagai nama panggilan di antara sesama penganut agama Islam lainnya. Yusuf dalam bahasa Arab berarti Joseph, yang saat itu merupakan nama tengahku, sesudah nama keluarga. Setelah itu, Imam -- yang menjadi pimpinan agama --masjid di Newark memperkenalkanku pada seluruh umat Islam yang hadir saat itu dan mereka menyambutku dengan ramah. Aku diberi satu buah Alquran, yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh penerjemah Alquran terkenal yaitu Yusuf Ali.

Pada awalnya keluargaku beranggapan bahwa ketertarikanku pada Islam hanya bersifat sementara saja. Namun saat mereka menyadari bahwa aku serius dengan apa yang kulakukan, mereka akhirnya memberikan dukungan yang luar biasa.

Aku masih harus belajar banyak tentang Islam, dan sebelum berangkat ke Jerman aku membeli satu set kitab hadis Sahih Muslim yang terdiri dari empat seri. Sahih Muslim adalah kumpulan pemikiran, perbuatan, perkataan Nabi Muhammad – yang kemudian disebut sebagai hadis dalam kesusasteraan Islam. Jika membacanya, aku akan terhanyut hingga berjam-jam, sangat menarik.

Pada waktu itu, Sonji baru saja menamatkan pendidikannya dan kembali ke Newark, New Jersey. Di sinilah ia dibesarkan, dan jaraknya tidak begitu jauh dengan daerah asalku, Springfield. Aku mampir mengunjunginya, dan dia mengatakan padaku bahwa beberapa bulan setelah kami berdiskusi sore itu, ia memeluk agama Islam. Pada saat aku menghubunginya, dia berharap bertemu denganku dan bertukar pendapat tentang agama; dia heran mengapa aku begitu serius mendalami Islam. Aku katakan padanya bagaimana aku menghargainya sebagai seorang yang memberikan inspirasi padaku untuk mempelajari dan mengenal lebih jauh agama Islam.

Aku sangat tertarik padanya. Kami sering menghabiskan waktu bersama, selama dua minggu sebelum aku berangkat ke Jerman, dan itulah pertama kalinya aku merasa jatuh cinta. Cinta pandangan pertama yang benar-benar tanpa kekangan, aku berharap suatu hari aku akan menikahi Sonji. Namun pada saat aku mulai melintasi Atlantik dan dia mulai serius dengan impiannya menyelesaikan pendidikan di bidang hukum untuk menjadi pengacara, kami memutuskan hubungan. Namun kami tetap bersahabat, dan masih sering berhubungan.

Kunjungi : www.pustakazahra.com, www.dastanbooks.com/book_reviews.php?id=40

Kunjungi juga :
1. http://mualaf.com/modules.php?name=News&file=article&sid=213
2. http://swaramuslim.net/more.php?id=A700_0_1_0_M
3. http://en.wikipedia.org/wiki/James_Yee

3 comments:

EnDah Rezeki said...

Terharu dengan perjuangannya. Hanya orang-orang yang berpikir (jg krn Hidayahnya) yang bisa tahu bahwa Islam adalah sebenar-benarnya agama. Dan itu bukan suatu kebetulan. Memang agama Islamlah yang Dia ridhoi.

Anonymous said...

KALO ENTE NGOMONGIN KRISTEN,
BOLEH DONG ANE NGOMONGIN ISLAM...
BIAR IMBANG COY..

MAEN KE BLOG ANE YAAH.....

Surfing, Travelling and Yoga said...
This comment has been removed by the author.