Photobucket

Friday, February 23, 2007

Islam Benar-benar Mengubahku

Ini adalah salah satu di antara empat belas pengalaman mualaf Amerika, yang dikisahkan di dalam buku Bulan Sabit di Atas Patung Liberty, terbitan mizania, 2007.

Segalanya Tidak Ideal
Namaku Diana Beatty; sebagian orang memanggilku Masooma Amtullah, tetapi kebanyakannya tidak. Usiaku mendekati 23 tahun dan aku baru memeluk agama Islam kira-kira tiga tahun silam. Aku mahasiswa jurusan fisika dan ingin menjadi guru. Aku berasal dari Colorado, Amerika Serikat. Ayah dan saudara-saudaraku ahli listrik. Aku hanya memiliki seorang saudara kandung laki-laki, yang berusia 27 tahun, telah menikah dan mempunyai dua orang anak. Dia tinggal dua rumah jauhnya dari rumah orang tuaku. Ibuku seorang sekretaris bidang hukum pada kantor Kejaksaan County. Tak satupun dari anggota keluargaku yang sempat mengenyam pendidikan tinggi. Ayahku pemabuk dan perokok berat, dan kebiasaannya itu telah menyusahkan seisi rumah karena dia menjadi egoistis dan cepat marah. Dia seperti bangkai hidup. Ibuku sering bertengkar dengannya dan menjalani perkawinan yang menyedihkan. Akan tetapi, dari luar, mereka terlihat hidup rukun.

Tak Mengenal Islam
Ketika aku mulai kuliah, untuk pertama kalinya aku bertemu dengan seorang Muslim. Setelah bertemu dengan beberapa orang Muslim lain, lambat laun aku menyadari betapa aku tidak mengenal Islam dan umatnya. Banyak hal yang kuketahui tentang Islam saat aku remaja ternyata keliru, tetapi aku memang tak tahu-menahu soal Islam. Aku menjadi ingin mengenal agama tersebut karena sikap baik kaum Muslim yang menarik hatiku; demikian pula ketulusan dan shalat kaum Muslim. Gagasan tentang sebuah agama yang membimbing kita dalam setiap aspek kehidupan memang merupakan sesuatu yang tengah kucari. Aku tumbuh sebagai seorang Kristen, dan saat bertemu dengan kaum Muslim, aku tengah giat-giatnya menjalankan agama Kristen dan bersungguh-sungguh mengkaji Injil. Akan tetapi, pertanyaan-pertanyaan menyangkut Injil tetap tak terjawab olehku. Namun, Al-Quran menjawabnya. Semula aku tak suka membaca Al-Quran karena ia menyatakan bahwa Isa bukanlah Anak Tuhan, dan pernyataannya tentang perang yang selalu bergaung di dalam pikiranku serta apa yang pernah kudengar tentang terorisme dan kekerasan kaum Muslim.

Akan tetapi, kaum Muslim yang kukenal kujadikan contoh tentang sosok seorang Muslim itu, dan melihat betapa kelirunya pandangan miring yang kumiliki sejak kecil. Aku bertanya-tanya bagaimana aku tahu Injil benar sedangkan Al-Quran salah, khususnya ketika terdapat begitu banyak kemiripin dan tampak keduanya berasal dari sumber yang sama. Aku tak dapat mempercayai guruku yang mengajariku Injil ketika dia mengatakan bahwa Al-Quran berasal dari setan dan menjadi serupa dengan Injil tetapi penuh dusta.

Islam sebagai Pilihan
Aku juga tak percaya bahwa kaum Muslim ini, yang secara umum jauh lebih taat dalam menjalankan agama Tuhan daripada kaum Kristen, akan masuk ke neraka seperti yang pernah diajarkan kepadaku. Ketika aku melanjutkan kajianku, aku mampu membaca Injil berdasarkan sebuah pandangan baru, dan melihat berbagai pertentangan, kekeliruan, dan kesesatan logika. Akan tetapi, semua kekeliruan dan pertentangan ini tak ada dalam Al-Quran. Apa yang dinyatakan Al-Quran tentang Tuhan, tujuan kita dan segalanya, menurutku lebih masuk akal dan mudah dimengerti. Aku yakin bahwa Tuhan akan membekali kita dengan sebuah agama yang memang dapat kita pahami dan jujur. Memang sulit, tetapi setelah beberapa bulan aku mempelajari kedua agama itu, Islam keluar sebagai pilihan. Aku menjadi sangat yakin bahwa Islam adalah sebagai agama sejati yang diutus Allah SWT, kepada kita dan karena itu aku anut. Ketika itu, aku masih kurang yakin menyangkut berbagai hal. Aku kurang yakin khususnya menyangkut jilbab, dan aku tak tahu apa-apa tentang cara shalat dan sebagainya, tetapi akhirnya aku mulai belajar.

Sangat sulit menyimpulkan bahwa setiap orang yang pernah kukenal – guru, kedua orang tua, kakek, teman, dan penginjilku – semuanya keliru. Sangatlah sulit memutuskan untuk menentang keluargaku dan melakukan sesuatu yang tak akan mereka sukai atau pahami. Aku takut salah memilih. Agama Kristen mengajarkan, bahwa jika Anda tidak beriman bahwa Isa a.s. wafat demi dosa-dosa Anda, Anda akan masuk neraka (setidak-tidaknya demikianlah yang dikatakan oleh para pendeta kepadaku). Aku pun takut tergelincir. Aku takut teman sebaya, rekan, dan bosku akan bereaksi negatif. Keluargaku juga mungkin akan mengasingkanku. Memang keluargaku membenci pilihan itu, tetapi tidak mengasingkanku. Hubungan kita selamanya berubah.

Kesulitan Keluarga
Setiap kali aku bercakap-cakap dengan ibuku, dia selalu mengeluhkan pakaian Islamku. Tampaknya itu benar-benar mengganggu mereka, dan dia akan memberiku literatur Kristen dan sebagainya. Saat pertama kukenakan jilbab, dia mengomeliku selama satu minggu. Yang sangat menyakitkan, dia menulis sepucuk surat kepadaku dan menyatakan itu sebagai tamparan di wajahnya, bahwa aku telah melupakan jerih payahnya membesarkanku dan balasannya adalah aku menjadi orang Arab. Mereka meyakinkan diri bahwa aku melakukan hal itu hanya demi suamiku yang Muslim (aku akhirnya memang menikah dengan seorang Muslim). Mereka tak menyukainya dan ingin agar pekawinan kami berakhir. Para anggota keluargaku mengatakan kepadaku bahwa aku akan masuk neraka. Tidaklah sulit meninggalkan makanan yang haram dan alkohol; melaksanakan shalat, mengenakan jilbab (meski semula memang agak sulit). Satu-satunya hal yang sangat sulit adalah menyakiti hati keluargaku dan terus-menerus ditekan oleh mereka.

Dalam proses ini, aku sungguh-sungguh kehilangan beberapa orang yang tak dapat menerima perubahan itu, tetapi kebanyakan teman-temanku biasa-biasa saja. Aku pun tak menghadapi masalah dalam menyelesaikan banyak pekerjaan akibat pilihanku untuk mengenakan jilbab. Secara umum, aku tidak didiskriminasikan di kampus, meski Anda harus menatap muka dan bersikap formal terhadap rekan sekerja. Menurutku, kebanyakan orang menghargai apa yang aku yakini. Hanya keluargaku saja yang menghadapi persoalan berat, sebab aku adalah anak mereka. Dan pria tak habis pikir mengapa aku menolak untuk menjabat tangan mereka.

Serasa Pulang ke Rumah
Sulit menjelaskan kepada orang yang tak pernah merasakan bagaimana Islam dapat mengubah dan memperbaiki hidup seseorang. Akan tetapi, Islam benar-benar telah mengubahku. Kini, aku tak ragu lagi terhadap tujuan hidup di dunia ini dan bahwa aku tengah menempuh jalan yang lurus. Sebelumnya aku sungguh-sungguh tak pernah tahu, dan kini aku rasa tenteram bersama Islam. Kehendak Tuhan sangatlah berarti bagiku dan aku memiliki keyakinan tentang dari mana asalku. Di samping itu, melalui Islam, jarang ada persoalan taksa mengenai apakah sesuatu benar atau salah. Berbeda dengan teman-teman Kristenku yang sering ragu apakah mereka melakukan hal yang benar. Aku akhirnya dapat berpegang pada sesuatu yang benar-benar teguh dan aku tak tersesat lagi. Aku bahkan sungguh-sunggu tidak tahu bahwa aku tengah tersesat sebelumnya, tetapi ketika kutemukan agama Islam dan menerawang ke masa lalu, jelaslah bagiku bahwa aku tengah melakukan pencarian selama bertahun-tahun. Alhamdulillah, aku beroleh petunjuk.

Islam juga memperbaiki hidupku sebagai seorang perempuan. Sebab, akhirnya aku tahu bahwa kaum pria Muslim yang baik jauh lebih menghargai kaum perempuan dibandingkan dengan kebiasaan yang ada di kalangan masyarakat Amerika, tempat aku dibesarkan. Aku merasa istimewa menjadi seorang perempuan. Sebelumnya aku merasa kurang bersyukur menjadi seorang perempuan karena menurutku hidupku akan lebih mudah seandainya aku menjadi seorang lelaki. Sebab, sebagai seorang perempuan aku dulu benar-benar dihadapkan kepada tanggung jawab besar untuk bekerja sepenuh waktu; merawat rumah tangga, memasak, mencuci, dan merasa tak pernah cocok dengan semua peran itu. Sebagai Muslimah, aku merasa lebih bebas untuk memperhatikan diri, memilih jalan yang benar-benar selaras dengan sifatku, membuat orang lain menerima hal itu, dan merasa tak ada masalah menjadi seorang perempuan – seperti pulang ke rumah. Memeluk agama Islam serasa pulang ke rumah.

Kunjungi : www.mizan.com

5 comments:

abdulmuchibbudin said...

islam is right

Anonymous said...

sekiranya pagan Kristen dan katholik mempelajari bibel mereka dengan membaca lebih teliti dengan menggunakan akal sehat mulai dari cover sampai kepada terjadinya chapter : Genesis, pasti mereka akan menjadi bingung, contoh yang paling nyata dalam PB ialah :
Matius 10:34 :
"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.
Lukas 12:51:
Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan.
Yohanes 10:8 :
Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok,dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.
Markus 15 : 27-28 :
27 Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang di sebelah kiri-Nya.
28 (Demikian genaplah nas Alkitab yang berbunyi: "Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka.")
Markus 12 : 29 - 30 :
Jawab Yesus:” Hukum yang terutama ialah:” Dengarlah hai Israil , Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa.”. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
Kidung Agung 4: 5 :
Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang yang tengah makan rumput di tengah-tengah bunga bakung.
Kidung Agung 7: 7- 8 :
Sosok tubuhmu se umpama pohom korma, dan buah dadamu gugusannya, Kataku : “ Aku ingin memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan2 nya”
saya cukupkan sedikit saja, karena masih banyak yang dapat saya tampilkan.....

Anonymous said...

memang ga bikin damai.nyatanya ja islam selalu benci ma orang kristen. ni ja dah mulai kepanasan si islam.hahahaha bener khaaannnn????

Anonymous said...

Ayo Jawab Nih wahai Kristiani, sewaktu nabi Isa lahir, air lebih dulu ada atau Nabi Isa lebih dulu ada. Jawaban yang pasti dan tidak bisa dibantah bahwa air lebih dulu ada sebelum Nabi Isa Lahir, berarti air ada yang mencipta begitu juga Nabi Isa. Kok goblok banget Nabi dijadikan Tuhan, Masa Tuhan kok baru ada setelah air, goblok kuadrat.

Anonymous said...

cobalah anda renungkan kembali, jernihkan pikiran, jadikan semuanya netral. banyak pihak yang memfitnah islam, agar anda tidak mengetahui apa itu Islam yang sebenarnya.

setelah anda siap, cobalah pelajari islam, lihat kandungan ayat ayat al qur'an. semuanya jadi bukti akan kebenaran islam.

anda bisa lihat disitu, bagaimana proses manusia diciptakan dari setetes mani sampai menjadi manusia yang utuh, seperti anda saat ini.
cobalah lihat lagi, jangan anda langsung membantahnya, padahal ayat yang menjelaskan tersebut di turunkan oleh Allah 14 abad yang lalu.
apakah disaat itu sudah ada alat alat seperti saat ini???
sehingga banyak sekali penjelasan dalam alqur'an yang baru bisa diteliti pada zaman modern ini.

cobalah renungkan dan pelajari sendiri, mudah mudahan Allah membukan pintu hidayahnya.