Belajar dari Mimpi Buruk
...Alhamdulillah, ternyata aku hanya mimpi. Begitu yang sering kita alami ketika tersadar dari sebuah mimpi buruk yang menakutkan. Mimpi buruk telah membuat kita begitu takut, tegang, dan stress. Otak pun tak dapat membedakan apakah itu mimpi atau kenyataan. Mekanisme fisik tubuh pun akan bereaksi sesuai dengan persepsi yang diterima otak. Maka kita rasakan sesaknya nafas, gemetarnya badan, panasnya suhu tubuh, cepatnya detak jantung, derasnya keringat bercucuran, dan capeknya badan.
Setelah terjaga, walau badan berkeringat dan nafas terengah-engah, lega sekali rasanya, lepas dari situasi yang menakutkan, dan kembali ke situasi yang menyejukkan. Begitu kita bangun, kita kembali kepada kawasan kesadaran yang lebih luas, kita sangat bersyukur. Kita bahkan mampu menertawakan mimpi yang barusan kita alami. He he he ... hanya mimpi …
Pada suatu waktu, kita pasti pernah mengalami kejadian atau situasi buruk, bahkan mungkin menakutkan. Bisa saja berupa tekanan dari atasan di tempat kerja, perseteruan dengan teman, hilanganya sebuah kesempatan emas, cekcok dengan istri, kecelakaan lalu lintas, ancaman pembunuhan, kematian anggota keluarga yang kita cintai, hingga bencana alam yang mengerikan. Musibah yang menimpa kita, akan memunculkan sensasi yang hampir sama dengan perasaan yang ditimbulkan oleh mimpi buruk.
Berkaitan dengan cobaan dan musibah, Allah berfirman :
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [QS Al-Baqarah : 155-157].
Ketika kita tertimpa suatu musibah, situasi kita kurang lebih sama dengan situasi saat kita mengalami mimpi buruk, ada rasa takut, ngeri, dan was-was. Dan, ketika kita bangun, dan sadar bahwa kita barusan mengalami mimpi buruk, hati kita pun menjadi lega. Situasi kembalinya kesadaran dari suatu mimpi ini, kurang lebih juga sama dengan kembalinya kesadaran kita dari situasi ketakutan dan kesedihan akibat terkena musibah. Yaitu kesadaran bahwa kita bukanlah apa-apa di hadapan Allah, sembari mengatakan kalimat istirja’ : Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun, sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini sungguh sangat besar kekuatannya, merupakan “mantera” penghibur yang sangat ampuh kala kita tertimpa musibah, yang kembali menyadarkan kita bahwa dunia dan isinya ini bukanlah apa-apa, kita bukanlah siapa-siapa, bahwa kita adalah milik Allah sepenuhnya. Terserah Allah, mau melakukan apa kepada kita… lha wong kita cuma makhluk ciptaan-Nya, ya pasrah saja…
Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment