Bencana Ini, Ulah Malin Kundang
Apakah penyebab timbulnya bencana yang bertubi-tubi di negeri ini ? Siapakah yang paling bertanggung jawab terhadap semua yang terjadi ini ? Mungkin jawabnya adalah Malin Kundang…
Rasanya tidak ada yang tidak mengenal kisah Malin Kundang, si pemuda Melayu yang miskin, yang setelah lama merantau akhirnya menjadi saudagar kaya raya. Setelah kaya raya, Malin kebetulan singgah di kampung halamannya, tetapi ketika bertemu ibunya si Malin tidak mengakuinya sebagai orangtua, dan justru menghardik dan mencaci-makinya, demi malu terhadap istri dan mertuanya. Akhirnya anak durhaka ini dikutuk oleh ibunya, sehingga setelah tertimpa angin ribut yang sangat hebat, Malin Kundang menjadi batu.
Kisah Malin Kundang itu sebenarnya masih sering kita jumpai saat ini. Mungkin kita mengasosiasikannya dengan anak-anak yang durhaka kepada ibunya. Kasih sayang ibu kepada anak itu, dibalas dengan kedurhakaan ketika sang anak telah dewasa dan sukses. Lalu anak itu pun dikutuk oleh ibunya. Ya, itu memang sering kita dengar. Namun, sebenarnya kita juga bisa memperluas relasi antara Ibu dengan Malin, dengan hubungan antara Tuhan dengan manusia.
Saya berlindung kepada Allah dari niat untuk menyetarakan Tuhan dengan sosok ibu, hanya sekedar perumpamaan saja. Mari kita renungkan, Allah telah mencurahkan kasih sayangnya yang demikian berlimpah kepada sang manusia. Nikmat Tuhan yang mana yang akan kita ingkari ? :
· Manusia diciptakan-Nya dengan bentuk fisik yang paling sempurna, dengan tingkat kerumitan metabolisme dan mekanisme tubuh yang sophisticated.
· Manusia dibekali dengan akal pikiran yang cerdas, yang memberikan kesadaran akan keberadaan dirinya, dan akhirnya mampu memiliki peradaban dan pengetahuan yang tinggi.
· Manusia diberikan indera yang sempurna, yang merupakan sensor-sensor untuk menangkap makna-makna dan berinteraksi dengan dunia di sekelilingnya.
· Dihamparkan-Nya bumi yang indah untuk hidup manusia, di bangunnya langit dengan atmosfir yang kuat, serta sabuk Van Allen yang kokoh, yang berfungsi sebagai perisai serangan meteor dan hujan kosmik yang terus-menerus berlangsung.
· Diciptakan-Nya siklus air yang kompleks, pemanasan-penguapan-kondensasi-hujan-peresapan-pengairan, untuk menghidupkan bumi setelah matinya, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang beraneka macam jumlah dan warnanya, demi memberi rezeki dan menjaga kelangsungan hidup manusia.
· Diciptakan-Nya matahari yang bersinar, untuk menunjang proses kehidupan manusia di bumi. Bersama-sama dengan bulan, matahari menjadi sarana penghitung waktu.
Sungguh semuanya merupakan wujud kasih sayang yang tak terhingga dari Tuhan kepada umat manusia, lebih dari sekedar kasih sayang seorang Ibu kepada anaknya . Tiada yang sia-sia pada semua ciptaan-Nya, semua berfungsi untuk mendukung kelangsungan hidup manusia. Lebih lanjut lagi, agar manusia berfikir tentang eksistensi diri dan alam sekitarnya, untuk kemudian menemukan Tuhannya. Seperti rangkaian petunjuk dan teka-teki, yang akhirnya membawa kita kepada penemuan samudera kesadaran yang lebih luas.
Namun apa yang terjadi ? Ketika manusia telah mengembara di muka bumi, kemudian mengetahui rahasia-rahasia ilmu pengetahuan, ketika manusia mampu membangun peradaban yang tinggi, ketika manusia mampu mengumpulkan harta yang banyak, ketika manusia mampu meraih kekuasaan, maka dia menjadi sombong sesombong-sombongnya. Runtuhlah rasa rendah hati dan ketundukannya kepada Tuhan. "Inilah aku, yang telah mampu menandingi ilmu, kekayaan, dan kekuasaan Tuhan."
Pada derajat yang sedikit lebih ringan, mungkin wujud kesombongan itu tidak meniadakan rasa rendah hati kepada Tuhan secara mutlak. Rasa tunduk kepada Tuhan masih tetap ada, namun dia juga menampakkan rasa rendah hati, ketundukan, bahkan pemujaan kepada yang selain Allah (syirik). Yaitu kepada para rahib, paranormal, jin-jin dan manusia, juga kepada nafsu-nafsu yang ada dalam hati manusia itu sendiri. Terlebih lagi, manusia membuat-buat sendiri cara ibadah kepada Tuhannya (bid’ah), mengikuti persangkaannya dan otak-atik-nya sendiri, mengikuti aturan-aturan ritual nenek moyang, atau tokoh-tokoh spiritual yang dianggap memiliki karomah.
Sekarang bayangkan, seorang ibu yang telah berjuang mati-matian ketika melahirkan anaknya, kemudian sekuat tenaga merawat dan mendidik anaknya, serta mengasihsayangi dengan seluruh kemampuannya. Tiba-tiba saat anak itu besar dan sudah sukses, menjadi sombong, tidak mengakui nasab dan asal-usulnya, bahkan kemudian berani mencaci maki sang ibu.
Atau pada derajat yang lebih ringan, anak itu hanya menghormati orangtua sekedarnya, tetapi justru berlebihan berbakti kepada orang lain. Lebih menuruti nasehat orang lain dan justru melecehkan nasehat orang tuanya (~ syirik). Atau mungkin anak itu mengungkapkan rasa terima kasih kepada orang tuanya dengan cara yang dibenci orang tuanya (~ bid’ah). Betapa sakiiiiit hati orang tua yang diduakan seperti itu. Pastilah beliau akan merasa cemburu dan marah akibat perilaku anak tersebut.
Apakah kira-kira Tuhan menjadi cemburu saat manusia mempertuhankan sesuatu selain Tuhan? Insya Allah, Dia akan murka. Kutukan akan diturunkan, dan bencana itupun menjadi tak terelakkan, yaitu rusaknya atmosfer bumi, gempa bumi dan tsunami, muntahnya isi bumi, dan gunung meletus. Dalam Al-Quran Surat Maryam (19) : 88-92, Allah Berfirman :
[88] Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak".
[89] Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar
[90] hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh
[91] karena mereka menda'wakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak
[92] Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.
Dengan ayat ini, saya tidak bermaksud untuk mendeskreditkan agama tertentu sebagai penyebab bencana. Karena pada kenyataannya, banyak juga kesyirikan dan bid’ah yang dilakukan oleh Muslim sendiri. Banyak Malin Kundang - Malin Kundang yang bertebaran di muka bumi ini. Bahkan, mungkin saya sendiri juga sebenarnya masih menjadi Malin Kundang (!?). Oleh karena itu, mari kita bersama-sama meningkatkan ilmu kita, agar benar-benar menjadi manusia yang sesuai dengan apa yang disyariatkan oleh Allah SWT.
Berusaha mencegah dan mengantisipasi bencana, namun tanpa taubat dan pendekatan diri kepada Allah adalah tindakan yang hampir sia-sia, tidak menyentuh substansi permasalahan sesungguhnya. Bagaikan menangani bencana AIDS dengan kondom, sementara seks bebas masih terpelihara dan akhlak masyarakat tidak terbina dengan baik. Bagaikan menangani masalah kemacetan lalu lintas, hanya dengan sekedar memberi tulisan "Dilarang Macet", tanpa mencari dan mensolusikan pangkal persoalan terjadinya kemacetan.
Wallahu a’lam.
Ket. : gambar dipetik dari www.pu.go.id
2 comments:
saran.
Coba maen-maen ke blognya wadehel.wordpress.com
Happy blogging
Barusan liat-liat. Waduh ... completely liberal puol. Nggak kuat mbacanya. Saya nggak tau, apa memang wadehel yang liberal atau hanya cari sensasi agar comment & visiting-nya banyak. Daripada sakit ati, mending gak usah diterusin bacanya. Nanti kalo udah cukup siap, aku pengin juga comment di sana, biar rame...
Post a Comment