Photobucket

Saturday, November 8, 2008

Tag der Offenen Moschee, Open House Masjid di Jerman

judul asli : Integrasi Muslim Jerman: Dari Dialog menuju Rahmatan lil’alamin

Hidayatullah.com--“Kamu pasti bersyukur sekali ya, punya Masjid di sini. Ada satu hal yang membuat kami iri kepada kalian, yaitu suasana ukhuwah (geschlossenheit) kalian begitu terasa saat aku masuk ke mesjid untuk pertama kali. Rasa persaudaraan ini yang sudah sejak lama hilang di kehidupan kami”, demikian komentar salah seorang warga non-muslim Jerman yang berkunjung ke Masjid Ali di Kostheim, sebuah kota yang terletak 30 km dari kota metropolitan Frankfurt.

Hari Jum’at, 3 Oktober 2008 lalu, sejumlah masjid di seluruh Jerman mengadakan acara ”Tag der Offenen Moschee” (Open House Masjid) secara serempak. Acara ini menjadi kegiatan rutin tahunan sejak 12 tahun dengan memanfaatkan momentum hari libur nasional Jerman dalam rangka memperingati Hari Persatuan Jerman, yang jatuh pada tanggal 3 Oktober.

Berbagai organisasi Islam yang mewakili 3,5 juta muslim di Jerman hari itu menyiapkan berbagai program guna menyambut warga setempat yang hendak berkunjung ke masjid. Termasuk Masjid Al Falah Berlin yang sebagian besar jamaah masjidnya berasal dari Indonesia dan Masjid Ali Kostheim yang dibangun oleh muslim pendatang dari Maroko.

Program Open House di Masjid Al Falah dimulai pada pukul 13:30 dengan memberi kesempatan kepada warga Jerman untuk mengikuti jalannya shalat Jum’at. Khotbah Jum’at yang dibawakan dalam bahasa Indonesia dan Jerman. Kemudian dilanjutkan dengan pengenalan kehidupan dan budaya muslim di Indonesia, melihat ruangan masjid dan dialog tentang Islam.

Hari itu halaman Masjid Ali juga nampak istimewa dengan dekorasi bernuansa Maroko guna menyambut warga Jerman setempat yang ingin mengenal Islam lebih lanjut. Tamu yang datang silih berganti memaksa panitia mengadakan program keliling masjid dalam beberapa kloter. Warga Jerman dari berbagai latar belakang, seperti jurnalis, aktifis gereja, tokoh pemuda dan masyarakat sangat antusias mengikuti shalat dan khotbah Jum’at yang di bawakan dalam bahasa Arab dan Jerman. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi kegiatan jamaah masjid dan dialog tentang Islam.

Peran Penting Dialog Dalam Bermasyarakat
Dalam poster-poster yang terpajang di dinding masjid, Masjid Ali mencoba mengenang kembali perjalanan panjang proses pendirian sebuah Masjid di lingkungan yang sangat buta tentang Islam, bahkan cenderung negatif terhadap seorang muslim. Hampir 10 tahun lamanya kaum muslimin di kota Kostheim / Wiesbaden mencoba melakukan dialog terus-menerus dengan pemerintah dan masyarakat, hingga mereka mau menerima kehadiran sebuah bangunan masjid berkubah dilingkungan mereka pada tahun 2002.

”Terutama dimasa-masa serangan teror dan kasus karikatur nabi, banyak bermunculan tuduhan-tuduhan negatif terhadap Islam”, papar Nasri Said, Ketua Takmir Masjid Ali. ”Maka kita harus memberikan penjelasan, mengundang warga setempat untuk datang dan berdialog di masjid dalam suasana yang tenang”, lanjut Said.

Selain dialog dengan berbagai tokoh masyarakat, anggota jamaah masjid Ali juga diharapkan aktif di masyarakat dan mendukung proses integrasi Muslim di Jerman. Ibu rumah tangga mendapat kesempatan belajar bahasa Jerman di masjid serta mendorong agar terlibat aktif dalam pertemuan-pertemuan wali murid di sekolah serta mengajukan diri untuk dipilih menjadi pengurus perwakilan wali murid.

Diluar itu kalangan muslimah juga secara rutin mengadakan dialog dengan anggota perempuan jamaah gereja setempat membahas berbagai persoalan dan menghapus rasa kecurigaan di antara mereka.

Program Open House Masjid diakhiri dengan bincang-bincang ringan di halaman masjid sambil menikmati kopi dan kue khas Maroko. Dalam obrolan terungkap, cukup banyak alasan untuk menghadiri acara Open House Masjid hari ini. Ada yang karena anaknya memeluk Islam, karena punya kenalan muslim, memiliki tetangga yang salah satu anaknya memeluk Islam, ada yang tertarik karena setiap kali membuka jendela flat rumahnya, terlihat kubah masjid yang indah dan lain sebagainya.

Seorang pengunjung merasa terharu menyaksikan ratusan muslim bersujud dengan penuh keimanan yang mendalam ketika shalat Jum’at. Dua orang pelajar dari Louise-Schroeder Scule Jerman menyempatkan hadir ke masjid untuk bertanya seputar posisi wanita dalam Islam untuk bahan proyek mereka di sekolah. ”Sebelumnya saya memiliki gambaran yang sangat berbeda, angker dan keras. Tetapi hari ini saya merasakan bahwa mereka sangat santun dan menyambut kami dengan penuh kehangatan,” komentar salah satu remaja putri tersebut. Seorang anak muda Jerman lain lagi komentarnya, ”Setelah saya mendengarkan khotbah Jum’at tadi, pandangan saya terhadap muslim telah berubah 180°. Kalau semua muslim melaksanakan ajaran Islam dengan benar, saya yakin dunia akan aman dan damai,”

Peran Sentral Masjid
Masjid masih termasuk sesuatu yang sangat langka di Jerman, meskipun dari waktu ke waktu semakin mudah untuk mendapatkan masjid di setiap kota. Selain itu perkembangan Islam sendiri di Jerman mengalami kemajuan yang luar biasa. Rata-rata 1000 warga negara keturunan Jerman memeluk Islam setiap tahunnya dan kebanyakan dari mereka adalah para profesional dan sarjana. Pemandangan berupa pelajar atau mahasiswa bule sedang shalat di masjid semakin menjadi hal yang biasa dan semakin marak.

Kehadiran masjid ditengah-tengah masyarakat seolah menjadi mercusuar yang mampu memancarkan cahaya Islam, sebagai pusat ilmu dan informasi penerangan. Menjadi pusat ibadah umat Islam, pendidikan Islam anak-anak dengan sekolah Al-Quran dan Bahasa Arab. Menjadi pusat belanja untuk memenuhi keperluan daging halal dan kebutuhan sehari-hari umat Islam. Menjadi Sport Club dan tempat bermain bagi anak-anak dan remaja muslim. Selain juga menjadi lembaga kursus bahasa dan bimbingan belajar.

Dengan adanya masjid pula, salah satu kewajiban muslim untuk mengenalkan Islam kepada yang lain menjadi lebih mudah. Banyak diantara orang Jerman yang memiliki kenalan Muslim, ingin diantar ke masjid. Dengan masuk langsung ke masjid dan mengikuti salah satu kegiatan yang diselenggarakan oleh masjid, semakin membuka pikiran mereka dan menghapuskan pandangan mereka selama ini yang salah terhadap Islam.

Pelan namun pasti, Islam mulai mendapatkan simpati dan masyarakat mulai merasa nyaman untuk hidup bersamanya. Seperti yang ditunjukkan oleh sebagian besar warga Jerman di kota Cologne yang membela dan mendukung proyek pendirian sebuah masjid besar di kota tersebut, ketika ditentang oleh sebuah partai berhaluan ekstrem kanan. [ Tieneke Ayuningrum. Ketua Kewanitaan Pusat Informasi dan Pelayanan PKS Jerman]

kunjungi : www.hidayatullah.com

No comments: