Photobucket

Saturday, May 12, 2007

Prihatin Artis, Aurat Gratis

Saya lupa, kapan pertama kali mendengar akronim Artis = Aurat Gratis itu dan dari siapa. Walaupun tidak tepat mewakili karakter semua artis, tapi pas sekali menggambarkan beberapa artis tertentu (umumnya wanita) ketika tampil di televisi atau panggung. Rasanya semakin membabi buta saja penampilan mereka. Sementara itu, pemerintah dan publik kurang bereaksi terhadap kondisi ini. Saya rasa harus ada yang mengcounter keadaan ini, sikap artis yang selalu "memaksa" kita untuk melihat auratnya itu.

Kadang saya merasa, sebenarnya artis begitu melecehkan agamanya. Suatu saat, seorang wanita dangdut memasuki panggung dengan mengucapkan salam "Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh", tapi beberapa detik kemudian bergoyang-goyang dengan erotis, dengan hampir 50% dadanya terlihat oleh penonton, sungguh suatu hal yang menyedihkan. Pernah juga saat artis lain yang mengenakan pakaian minim, menerima award di suatu acara, dengan lantang meneriakkan "Terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus". Saya tidak yakin, orang Kristen yang mendengar teriakan itu bangga dan membalas dengan pujian 'Haleluya'. Hampir dipastikan justru merasa prihatin dan mengelus dada.

Orang-orang di dunia entertainment mungkin sudah semakin tebal urat malunya, karena setiap hari mereka memang bergelut dengan aurat. Pertama, mereka berhati-hati dan takut-takut, namun lama-lama jadi terbiasa. Akhirnya, output yang muncul di TV-pun mengikuti trend mereka yang semakin permisif. Sementara itu, masyarakat penonton tidak mengalami kecepatan penebalan urat malu seperti yang terjadi di dunia entertainment. Sehingga kadang terkaget-kaget melihat sajian aurat di TV yang begitu melimpah dan sudah sedemikian maju perkembangannya.

Tayangan-tayangan negatif, yang merupakan input-input negatif yang masuk melalui indera penonton tersebut tidak akan pernah bisa dihapus. Bila input negatif itu berlangsung terus-menerus, dia akan terekam ke dalam alam bawah sadar penonton, yang sewaktu-waktu bisa membangkitkan imajinasi dan perilaku negatif. Begitu yang pernah saya simpulkan setelah membaca paparan tentang NLP. Astaghfirullah...

Sebenarnya, ketika seorang artis mengaku beragama tertentu, semestinya dia juga berkomitmen untuk secara konsisten membuat perilakunya comply dengan ajaran agamanya. Kalo masih tampil seronok, sebaiknya jangan ngaku-ngaku di depan umum tentang agamanya, supaya tidak bikin 'trenyuh' pemeluk agama yang seagama dengan artis tersebut.

Gimana ya cara menghadapi situasi ini ? Mungkin harus lebih banyak lagi feedback ke dunia pertelevisian & broadcasting.

No comments: