Photobucket

Sunday, May 30, 2010

Sholat Jumat di Masjid Niujie Beijing

Jumat, hari pertama di Beijing, tak kusangka kalo kami akan di-ampirkan-kan ke Masjid Niujie. Sesuai jadwal, mestinya kami akan mampir ke masjid ini pada Hari Minggu nanti. Tapi Bu Fuji, pemandu perjalanan kami yang non-muslim, ingin agar kami sempat merasakan Sholat Jumat di Masjid yang berada di barat daya Forbiden City ini. Alhamdulillah, betul-betul kesempatan yang tak terduga.

Begitu memasuki gerbang masjid, sudah terdengar suara khutbah berbahasa China. Wah, semoga tidak terlambat ikut sholat, karena aku masih harus ke kamar kecil dan ambil air wudlu. Apalagi baju tebal, berlapis, berkaos tangan, dan berkaos kaki ini pasti akan memperpanjang waktu wudlu. Untunglah hingga selesai wudlu khutbah belum selesai. Aku kemudian segera masuk ke Masjid. Jacket tebal kulipat dan kutaruh di sela-sela rak sepatu di dekat pintu masuk. Lalu kutunaikan Sholat Takhiatul Masjid, sholat sunat kitika memasuki masjid. Selesai sholat, aku duduk bersama jamaah lain untuk mendengarkan khutbah. Di arah dalam dalam, dekat mihrab, terlihat ada ustadz muda belia yang sedang duduk di semacam panggung untuk berkhutbah. Di sela-sela khutbah itu, sempat aku mengambil gambar video dengan handycam.

Aku jadi bingung, setelah khutbah selesai, para jamaah melakukan sholat sendiri-sendiri, dua rakaat, dan diulang beberapa kali. Haduh, ini sholat apa ya ? Apalagi dikerjakan setelah Khutbah Jumat. Di antara rasa bingung itu Aku duduk saja, tidak ikut sholat, menunggu kejelasan duduk perkaranya. Tak lama kemudian aku baru paham, ternyata yang kusangka Khutbah Jumat tadi adalah semacam ceramah pengajian sebelum ritual khutbah dan Sholat Jumat dimulai. Karena kemudian kulihat seorang syaikh berjalan menuju mimbar, mengucapkan salam, lalu muadzin mengumandangkan adzan. Alhamdulillah, ternyata ritual Jumatan baru akan dimulai. Jadi kami bisa mengikuti versi lengkap dari rangkaian Sholat Jumat di Masjid kuno dan bersejarah ini.

Lafal adzan yang dikumandangkan muadzin sama persis dengan yang biasa terdengar di Indonesia, menandakan bahwa Islam di Beijing berhaluan sunni. Tidak terdengar lafal "Hayya 'ala khoirul 'amal", sebagaimana adzan di Iran yang berhaluan syiah. Setelah adzan, khatib menyampaikan khutbah dalam Bahasa Arab yang cukup fasih. Khutbah tidak berlangsung lama, sekitar limabelas menit saja untuk dua khutbah. Yang agak berbeda adalah ketika dikumandangkan Iqomat menjelang sholat. Lafal Iqomat, terdengar seperti lantunan adzan, dengan jumlah bacaan yang sama persis dengan adzan, namun disisipi kalimat "Qodqomatisshollah" dua kali.

Sholat berlangsung dengan khidmat. Ketika makmum sholat harus mengamini bacaan Al Fathihah imam, aku sempat kecelik. Aku sudah bersiap-siap dengan ucapan "amin" yang bersemangat, namun ternyata jamaah di situ mengamini dengan suara pelan dan pendek, sebagaimana "amin" di Masjid Nabawi Madinah. Jadi suara "amin"-nya tidak se-gayeng di Indonesia.

Ketika duduk di akhir rakaat ke-dua, kulihat orang-orang Beijing yang duduk didepanku melakukan duduk iftirosy, yaitu duduk dengan kaki kiri diduduki oleh pantat kiri, tidak duduk tawarruk, dimana kaki kiri menyilang di bawah kaki kanan. Ini sama persis dengan orang-orang Mekkah yang sholat di Masjidil Haram. Dan akhirnya, selesai salam orang-orang berzikir sendiri-sendiri dengan suara yang tak terdengar. Tidak ada bacaan Tasbih, Hamdallah, dan Takbir yang dipimpin oleh Imam.

Selesai Sholat Jumat, aku bersama beberapa teman menyempatkan diri berfoto dengan latar belakang arah dalam masjid. Subhanallah... puas banget rasanya, bisa Sholat Jumat di Masjid Niujie. Beberapa hari lalu aku hanya bisa melihat masjid ini melalui Youtube. Tapi hari ini betul-betul berada di dalam Masjid Niujie, berkumpul dengan Saudara-saudara seiman di Beijing, dan mengikuti rangakaian Sholat Jumat dari awal hingga akhir, Alhamdulillah...

2 comments:

endang setio said...

Ceritanya bikin iri...

Pengen juga merasakan bisa sholat di negeri orang merasakan indahnya ukhuwah islamiyah...

ngeBlog said...

assalamu'alaykum..

subhanallah, mas Andi bisa mengalami sholat di negeri yg mayoritasnya non-muslim...
ditunggu sharing pengalamannya di negeri2 non-muslim lainnya, mungkins seperti belanda dan prancis??

wassalam..